
Bola.net - Ketua Umum Badan Sepak Bola Rakyat Indonesia (BASRI) Eddy Sofyan dan Ketua Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) Isran Noor, kembali menuai kritikan tajam akibat ulahnya mendatangkan legenda sepak bola dunia asal Argentina, Diego Armando Maradona.
Serangkaian kegiatan Maradona di Indonesia, nyatanya tidak berjalan seperti yang dijanjikan Eddy dan Isran. Misalnya saja, untuk kegiatan seminar, coaching clinic dan tango football. Padahal, para peserta harus menggelontorkan dana besar agar tidak melewatkan kesempatan tersebut.
Alhasil, Aktivis Save Our Soccer (SOS) Apung Widadi, mengatakan jika pelaksanaan tersebut gagal berjalan. Hal tersebut, tidak lepas dari persiapan yang dilakukan pihak promotor, Eddy dan Isran.
"Maradona datang ke Indonesia konon dengan dana yang cukup besar, yakni sekitar Rp12 miliar. Dana tersebut, diduga berasal dari dana APBN. Ironisnya, kedatangan Maradona sama sekali tidak begitu membantu sepak bola Indonesia. Harus diakui, hal tersebut cuma selebrasi dan hura-hura," ujar Apung.
Untuk sekedar diplomasi antar negara seperti niat awal, dikatakan Apung, hal tersebut sama saja telah gagal. Karena itu, dana untuk mendatangkan Maradona harus diaudit Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Roy Suryo Notodiprojo. Tujuannya, untuk akuntabilitas kedatangan Maradona yang semula dijanjikan Eddy dan isran bakal menyambangi Jakarta, Surabaya, Medan dan Makassar.
"Kalau hanya menghamburkan uang dan tidak memberi perubahan, lain kali tidak usah mendatangkan tokoh dengan biaya yang diperkirakan berasal dari APBN," tuturnya.
Bukan kali ini saja Apung menyoroti hal tidak lazim dalam pentas sepak bola nasional. Sebelumnya, dirinya kerap mengkritisi Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Djohar Arifin Husin yang dianggap belum merealisasikan semua janjinya sejak terpilih pada 9 Juli 2011.
Misalnya saja, terkait transparansi keuangan yang seharusnya dilaporkan setiap enam bulan sekali. Tidak hanya itu saja, bahkan Apung mengungkapkan jika Djohar diduga banyak menerima gratifikasi.
Transparansi keuangan PSSI, disebutkannya ketika itu, begitu penting dilakukan untuk menghindari penggelapan dana yang masuk. Pasalnya, sebagai federasi, tidak sedikit mendapatkan bantuan dari pihak luar.
Sementara itu, Timo Scheunemann juga tidak ketinggalan dalam menyikapi kedatangan Maradona. Mantan pelatih klub Persema Malang yang kini giat menjalankan pembinaan sepak bola usia muda, mengatakan bisa menciptakan Maradona versi Indonesia dengan dana kurang dari Rp12 miliar.
"Dengan uang kurang dari 12 miliar Rupiah, saya bisa menciptakan Maradona Indonesia," tulisnya di akun Twitter @Coachtimo. (esa/dzi)
Serangkaian kegiatan Maradona di Indonesia, nyatanya tidak berjalan seperti yang dijanjikan Eddy dan Isran. Misalnya saja, untuk kegiatan seminar, coaching clinic dan tango football. Padahal, para peserta harus menggelontorkan dana besar agar tidak melewatkan kesempatan tersebut.
Alhasil, Aktivis Save Our Soccer (SOS) Apung Widadi, mengatakan jika pelaksanaan tersebut gagal berjalan. Hal tersebut, tidak lepas dari persiapan yang dilakukan pihak promotor, Eddy dan Isran.
"Maradona datang ke Indonesia konon dengan dana yang cukup besar, yakni sekitar Rp12 miliar. Dana tersebut, diduga berasal dari dana APBN. Ironisnya, kedatangan Maradona sama sekali tidak begitu membantu sepak bola Indonesia. Harus diakui, hal tersebut cuma selebrasi dan hura-hura," ujar Apung.
Untuk sekedar diplomasi antar negara seperti niat awal, dikatakan Apung, hal tersebut sama saja telah gagal. Karena itu, dana untuk mendatangkan Maradona harus diaudit Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Roy Suryo Notodiprojo. Tujuannya, untuk akuntabilitas kedatangan Maradona yang semula dijanjikan Eddy dan isran bakal menyambangi Jakarta, Surabaya, Medan dan Makassar.
"Kalau hanya menghamburkan uang dan tidak memberi perubahan, lain kali tidak usah mendatangkan tokoh dengan biaya yang diperkirakan berasal dari APBN," tuturnya.
Bukan kali ini saja Apung menyoroti hal tidak lazim dalam pentas sepak bola nasional. Sebelumnya, dirinya kerap mengkritisi Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Djohar Arifin Husin yang dianggap belum merealisasikan semua janjinya sejak terpilih pada 9 Juli 2011.
Misalnya saja, terkait transparansi keuangan yang seharusnya dilaporkan setiap enam bulan sekali. Tidak hanya itu saja, bahkan Apung mengungkapkan jika Djohar diduga banyak menerima gratifikasi.
Transparansi keuangan PSSI, disebutkannya ketika itu, begitu penting dilakukan untuk menghindari penggelapan dana yang masuk. Pasalnya, sebagai federasi, tidak sedikit mendapatkan bantuan dari pihak luar.
Sementara itu, Timo Scheunemann juga tidak ketinggalan dalam menyikapi kedatangan Maradona. Mantan pelatih klub Persema Malang yang kini giat menjalankan pembinaan sepak bola usia muda, mengatakan bisa menciptakan Maradona versi Indonesia dengan dana kurang dari Rp12 miliar.
"Dengan uang kurang dari 12 miliar Rupiah, saya bisa menciptakan Maradona Indonesia," tulisnya di akun Twitter @Coachtimo. (esa/dzi)
Advertisement
Berita Terkait
-
Piala Dunia 30 Juni 2013 23:53
-
Bola Indonesia 30 Juni 2013 20:00
-
Bola Indonesia 30 Juni 2013 18:15
-
Bola Indonesia 30 Juni 2013 17:20
-
Bola Indonesia 30 Juni 2013 16:39
LATEST UPDATE
-
Liga Inggris 22 Maret 2025 12:17
-
Piala Eropa 22 Maret 2025 12:01
-
Tim Nasional 22 Maret 2025 11:55
-
Tim Nasional 22 Maret 2025 11:46
-
Tim Nasional 22 Maret 2025 11:35
-
Tim Nasional 22 Maret 2025 11:21
HIGHLIGHT
- 5 Pemain Gratisan yang Bisa Direkrut Manchester Un...
- Di Mana Mereka Sekarang? 4 Pemain 17 Tahun yang Pe...
- 7 Eks Pemain Real Madrid yang Bersinar di Tempat L...
- 10 Opsi Striker untuk Man United: Solusi Ruben Amo...
- 5 Pemain yang Pernah Membela PSG dan Liverpool
- 7 Mantan Rekan Setim Cristiano Ronaldo yang Pernah...
- Di Mana Mereka Sekarang? 5 Pemain yang Diminta Pau...