PSIS Semarang: 22 Pemain, Satu Bintang, Ora Sepele!

PSIS Semarang: 22 Pemain, Satu Bintang, Ora Sepele!
Bek PSIS, Riyan Ardiansyah (14) merayakan gol kemenangan bersama rekan setimnya dalam laga pekan pertama BRI Liga 1 2021/2022 melawan Persela Lamongan. (c) Bola.net/Bagaskara Lazuardi

Bola.net - PSIS Semarang menjadi tim dengan aksi paling impresif di BRI Liga 1 2021/2022. Mahesa Jenar menutup putaran pertama dengan duduk manis di posisi kedua klasemen BRI Liga 1 dengan raihan 12 poin dari enam laga.

PSIS menjadi satu dari lima tim yang belum pernah kalah. PSIS mendapat poin lebih banyak dari Persib Bandung, Persija Jakarta, Arema FC, dan Borneo FC yang materi pemainnya lebih bagus.

PSIS menjadi salah satu tim paling produktif di BRI Liga 1. Pasukan pelatih carteker Imran Nahumarury itu mencetak sembilan gol. PSIS hanya kalah produktif dari dua tim, Bhayangkara FC dan Persebaya Surabaya.

Capaian PSIS sangat impresif, sekaligus mengejutkan. Sebab, PSIS tak begitu aktif di bursa transfer. Pemain baru yang diboyong juga tak terkesan mewah. PSIS mendatangkan pemain lokal Nerius Alom yang sebelumnya bermain di klub Liga 2 Mitra Kukar. Sementara, Brian Ferreira datang dalam kondisi cedera.

Sementara, pemain yang meninggalkan PSIS antara lain Flavio Beck, Safrudin Tahar, Tegar Infantrie, Abanda Rahman, Muhammad Ridwan, dan Soni Setiawan. Selain itu, PSIS juga ditinggal pelatih kepala Dragan Djukanovic.

Kepergian Djukanovic sempat diprediksi akan membuat PSIS limbung. Apalagi, Imran Nahumarury yang ditunjuk sebagai carteker belum cukup berpengalaman. Tapi, PSIS membuktikan bahwa mereka adalah tim yang solid. Tim yang memang sudah lam terbentuk.

1 dari 3 halaman

22 Pemain

22 Pemain

Pelatih PSIS Semarang di BRI Liga 1 2021/22, Imran Nahumarury (c) Dok. PSIS Semarang

Pelatih carteker PSIS Semarang, Imran Nahumarury, memberi kesempatan yang luas pada semua pemain PSIS untuk masuk line-up. Pelatih asal Maluku itu tidak membedakan pemain berdasar usia, asing atau lokal, pemain timnas atau bukan. Semua punya kesempatan yang sama.

"Saya selalu bilang kepada mereka [pemain PSIS] bahwa saya tidak pernah hanya berharap dengan 11 pemain. Semua pemain saya anggap penting, itu saya tekankan kepada pemain di dalam latihan," kata Imran.

"Jadi siapapun yang siap dia akan main, mau itu senior atau junior. Kalau dia siap, dia akan main. Itu yang membuat mereka selalu bersaing di tiap latihan. Saya tidak melihat nama besarnya, saya tidak melihat itu siapa," sambung Imran.

Imran tidak asal bicara. Sejauh ini, dari enam laga BRI Liga 1, PSIS telah memainkan 22 pemain berbeda. PSIS mendaftarkan 31 pemain di BRI Liga 1. Artinya, hanya sembilan pemain yang belum mendapat kesempatan tampil. Mereka yang belum bermain adalah pemain muda jebolan Elit Pro Academy. Mereka adalah pemain yang menjalani tahun pertama di level profesional.

Imran tidak mengandalkan satu pemain untuk posisi tertentu. Sebagai bukti, sejauh ini, hanya ada satu pemain yang tidak tersentuh di skuad PSIS. Dia adalah Finky Pasamba. Sang gelandang selalu bermain penuh dari enam laga yang dimainkan PSIS.

Rotasi paling menarik terjadi di lini belakang. PSIS pernah memainkan duet pemain lokal, Rio Saputro dan Alfeandra Dewangga saat Wallace tidak bugar. Bahkan, PSIS pernah menduetkan Dewangga dengan Wahyu Prasetyo. Duet dua pemain muda potensial.

Rotasi juga dilakukan di lini depan. Septian David tak selalu bermain penuh. Ada Fandi Eko dan Komarudin yang bersaing dengannya. Sementara, Riyan Ardiansyah membuat Bruno Silva dan Hari Nur tidak mendapat jaminan selalu masuk starting XI.

Rotasi pemain PSIS dilakukan dengan baik oleh Imran. Sebab, menurutnya, siapa pun yang bermain, kerja keras lah yang menjadi kuncinya. "Saya selalu menekankan kepada mereka, bahwa kalau kami mau meraih poin, kami harus bekerja keras, kami harus bermain sebagai unit, bermain sebagai sebuah tim," katanya.

2 dari 3 halaman

Satu Bintang

Satu Bintang

Bruno Silva merayakan gol kedua timnya saat laga pekan keenam BRI Liga 1 2021/2022 antara Persebaya Surabaya melawan PSIS Semarang (c) Bola.net/Bagaskara Lazuardi

Nama di punggung tidak lebih besar daripada lambang di dada. Falsafah ini diterapkan dengan fasih di PSIS Semarang. Tidak ada pemain bintang di PSIS. Yang ada hanya satu bintang di dada, di atas logo PSIS.

Semua pemain PSIS punya status yang sama. Tidak ada pemain yang lebih penting dari pemain lain. "Di PSIS tidak ada pemain bintang atau pemain spesial. Semua sama. Semua harus mengikuti aturan yang ada," kata CEO PSIS, Yoyok Sukawi.

Yoyok tidak asal bicara. Dia memberi bukti. PSIS memberi hukuman tegas pada Bruno Silva. Pemain asing. Pemain yang menjadi idola fans PSIS. Pemain yang disebut-sebut sebagai juru gedor andalan PSIS.

Bruno melakukan tindakan indisipliner. Dia pun mendapat hukuman. PSIS memberi hukuman yang mungkin tidak lazim bagi klub-klub di Indonesia. Bruno mendapat hukuman berlapis. Pemotongan gaji, dipulangkan ke Semarang, dan sanksi absen satu laga.

Benar-benar fenomena yang langka di klub Indonesia. PSIS menegaskan bahwa hanya ada satu bintang di klub. Bintang itu bukan pemain. Bintang itu bukan manajemen. Bintang itu ada di atas logo klub.

Toh, tanpa kehadiran Bruno Silva, PSIS tetap bisa meraih kemenangan. PSIS menang dengan skor 3-1 atas Persiraja Banda Aceh ketika Bruno menjalani sanksi. Sebelumnya, PSIS juga mampu bermain imbang 2-2 tanpa kehadiran Bruno di lapangan.

"Satu pemain enggak ada, menurut saya tidak menjadi kendala. Sepak bola bukan individual, saya selalu bilang bahwa sepak bola itu teamwork. Masih ada Hari Nur yang menjadi opsi ketika Bruno tidak main," kata pelatih Imran Nahumarury.

3 dari 3 halaman

Ora Sepele

Ora Sepele

BRI Liga 1: Pemain PSIS Semarang, Wahyu Prasetyo (c) Bola.net/Bagaskara Lazuardi

PSIS ora sepele atau PSIS tidak remeh.

PSIS mungkin bukan salah tim unggulan di BRI Liga 1. Tapi, sejak turnamen pramusim Piala Presiden 2021, PSIS telah menunjukkan potensi besar yang mereka miliki. PSIS kembali membuktikan potensi mereka di putaran pertama BRI Liga 1.

PSIS punya kombinasi skuad yang sangat bagus dari sisi usia. Hari Nur Yulianto mewakili generasi lama. Dia telah membela PSIS untuk waktu yang lama. Hari Nur adalah pahlawan lokal bagi PSIS. Dialah yang membawa PSIS promosi ke Liga 1.

Hari Nur menjadi satu di antara empat pemain PSIS yang berusia di atas 30 tahun. Tiga nama lainnya adalah Joko Ribowo [32], Jandia Eka Putra [34], dan Wallace Alves Costa [35]. Keempat pemain senior ini punya peran penting.

Tapi, mereka juga ditopang pemain muda yang kualitasnya menjanjikan. Semua tahu kualitas Pratama Arhan [19], salah satu pemain kesayangan Shin Tae-yong. Tapi, PSIS bukan hanya Arhan. Masih ada Alfeandra Dewangga [20], Wahyu Prasetyo [23], Reza Irfana [22], Fredyan Wahyu [23], dan Eka Febri Setiawan [21].

Melihat talenta muda yang dimiliki PSIS, tim ini nampak punya masa depan yang menjanjikan. Andai musim ini PSIS tak meraih gelar juara, PSIS harusnya tidak kecewa. Sebab, mereka tengah membangun fondasi yang bagus dengan para pemain muda dan usia matang.

Selain itu, satu hal yang menarik dari skuad PSIS adalah sebagian besar pemain berasal dari Semarang atau daerah lain di Jawa Tengah.

Memang ada pemain dari luar Semarang atau Jawa Tengah. Ada Jandia Eka dari Padang, Fandi Eko dari Surabaya, Nerius Alom dari Papua, atau Frendy Saputra dari Lampung. Tapi, mayoritas pemain PSIS berasal dari Jawa Tengah.

Dewangga dan Septian David mewakili cita-cita sebagian anak kecil di Semarang yang ketika beranjak besar ingin membela PSIS Semarang. Lalu, ada Rio Saputro, Riyan Ardiansyah, Pratama Arhan, dan Wahyu Prasetyo yang mewakili cita-cita pemuda Jawa Tengah yang ingin tampil di Liga 1 bersama PSIS.

PSIS ora sepele!