Produksi Merchandise PSS Sleman Juga Dihentikan Sementara

Produksi Merchandise PSS Sleman Juga Dihentikan Sementara
Suporter PSS Sleman (c) Dok Bola.com

Bola.net - Kompetisi Shopee Liga 1 2020 baru berlangsung tiga pekan, sebelum dihentikan sementara akibat pandemi virus Corona. Klub-klub pun mulai merasakan dampaknya, tak terkecuali PSS Sleman.

Salah satu dampaknya adalah lesunya aktivitas penjualan merchandise, terutama jersey.

"Kami sebenarnya juga bingung, karena ada produksi yang harus pending. Tidak tahu akan berakhir sampai kapan situasi seperti ini," terang manajer bisnis apparel Sembada, Hasbi Sirajudin, kepada Bola.com, Kamis (26/3/2020).

1 dari 2 halaman

Salah Satu Sumber Pemasukan Klub

Kompetisi kasta tertinggi Indonesia baru bergulir tiga pekan. PSS juga baru bertanding dalam tiga laga yang hanya mengemas hasil satu imbang dan dua kekalahan.

Berhentinya kompetisi semakin menambah beban Sembada Apparel dalam mencari profit. Padahal, ini merupakan satu di antara sumber pemasukan klub.

"Jersey terbaru memang laku, tapi tetap berbeda ketika kompetisi bergulir. Tidak sebesar kalau ada pertandingan," tuturnya.

PSS Sleman akhirnya menghentikan produksi jersey dan pernak-pernik lainnya. Ini merupakan solusi yang tepat agar tidak terus merugi. Pasalnya, kelanjutan kompetisi belum jelas kapak bakal digelar.

2 dari 2 halaman

Efisiensi

Ada kemungkinan, kompetisi dilanjutkan kembali pada bulan Juni setelah Idul Fitri. Ini diperkuat dengan keputusan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperpanjang status darurat virus Corona hingga 29 Mei.

"Ketika kami harus terus produksi, bisa jadi perjudian, karena tidak tahu kapan bisa dilanjutkan kembali. Mengacu pada akhir Mei sesuai tanggal status darurat, itu pun juga belum pasti, karena tanggap bencana bisa jadi diperpanjang," jelasnya.

PSS memilih realistis dalam menghadapi kondisi ini.

"Dalam kondisi seperti ini yang bisa kami lakukan adalah efisiensi, kalau untuk mengejar omset jelas tidak mungkin," pungkasnya.

Disadur dari: Bola.com/Penulis Vincentius Atmaja/Editor Wiwig Prayugi

Published: 27 Maret 2020