Perseru: Kami Bagian dari Republik Indonesia

Perseru: Kami Bagian dari Republik Indonesia
Skuat Perseru Serui saat Piala Presiden 2017. (c) ist

Bola.net - -

Perseru Serui mengungkapkan alasan mengapa tetap akan menggunakan Stadion Marora sebagai kandang untuk Liga 1 musim 2017. Manajemen Perseru menegaskan bahwa kendala akses yang sulit ke stadion kini sudah teratasi dengan hadirnya moda transportasi udara dan laut.

Sebelumnya, PSSI selaku federasi sepakbola di Tanah Air menyatakan bahwa Stadion Marora tak dapat dipakai untuk kompetisi Liga 1 musim ini. Itu setelah stadion berkapasitas 10.000 penonton tersebut tak lolos verifikasi oleh PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) selaku operator Liga.

Keputusan tersebut membuat kubu Perseru berang karena merasa tak dianggap sebagai bagian dari Republik Indonesia. Mereka akhirnya malah mengancam siap untuk keluar dari kompetisi resmi yang digelar oleh PSSI tersebut.

"Jadi gini, Perseru itu adalah jati diri masyarakat Papua, baru setelah itu adalah alat pemersatu. Kan Perseru bagian dari negara Republik Indonesia, kalau kita sudah mau dilepas ya sudah kita masuk ke liga lain," ujar media officer Perseru, Tamrin Sinambela kepada Bola.net di Hotel Park Lane, Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu (8/4/2017).

Satu hal yang membuat Stadion Marora tak lolos verifikasi adalah akses menuju ke stadion yang sangat sulit ditempuh dan berisiko tinggi. Sulitnya ases tersebut dikeluhkan banyak klub-klub peserta Liga 1 yang kemudian mereka sampaikan kepada PT LIB.

Namun, Tamrin mengatakan bahwa masalah akses menuju Serui bukanlah alasan mereka harus pindah homebase. Sebab, saat ini sudah ada pesawat Trigana yang bisa memuat 49 penumpang yang melayani rute Jayapura ke Serui atau Biak ke Serui.

Selain itu, ada moda transportasi laut. Yang dimana setiap harinya banyak jadwal kapal cepat yang melayani penyeberangan dari Biak ke Serui. Jika biasanya Biak-Serui ditempuh 6-7 jam, kini bisa dijangkau 4-5 jam.

"Jadi artinya transportasi bukanlah masalah. Kalau tim lain menyebut transportasi sulit ke Serui, menurut kami tidak etis. Bagaimana kalau kami yang berangkat 17 kali bertandang ke klub lain, tapi kami tidak mengeluh," tandasnya.