
Bola.net - Wacana bahwa kelanjutan kompetisi Shopee Liga 1 musim 2020 tak menerapkan degradasi menimbulkan kontroversi. Ada pihak yang sepakat dengan penerapan aturan ini. Namun, ada juga pihak yang menentang wacana ini.
Di satu sisi, dalam kondisi pandemi ini, sulit bagi tim untuk menampilkan kekuatan terbaiknya. Karenanya, menghilangkan degradasi bisa jadi merupakan solusi bagi kondisi ini.
Sementara itu, pihak yang menentang wacana ini pun memiliki argumen sendiri. Salah satunya adalah kekhawatiran adanya praktik-praktik lancung karena tidak adanya degradasi.
Advertisement
Salah satu praktik lancung yang dikhawatirkan bakal terjadi dengan penghapusan degradasi pada lanjutan Liga 1 musim 2020 adalah sepak bola gajah. Klub-klub yang sudah tak memiliki peluang untuk meraih gelar juara bisa jadi melepas, atau bahkan menjual, pertandingan-pertandingan mereka, utamanya ketika melawan tim-tim yang masih berebut gelar juara.
Maklum saja, tim-tim 'papan bawah' tak bakal terdegradasi. Sementara, di sisi lain, tim yang menjadi juara, juga runner-up, bakal mendapat tiket ke kompetisi Asia.
Risiko adanya sepak bola gajah ini bukannya mustahil terjadi. Pasalnya, praktik lancung ini sudah sempat terjadi di kancah sepak bola Indonesia.
Simak artikel selengkapnya di bawah ini.
Muasal Sepak Bola Gajah
#OnThisDay Sepakbola Gajah 21 Feb 1988-21 Feb 2015 (26 tahun silam) : Persebaya 0-12 Persipura. pic.twitter.com/xarTS9qC3F
— Green Nord 27 (@Green_Nord27) February 20, 2015
Sepak bola gajah sendiri merupakan istilah yang lahir pada era 80-an. Namanya merujuk pada atraksi sepak bola yang dilakukan oleh gajah-gajah di Taman Nasional Way Kambas Lampung. Persamaan sepak bola gajah yang dilakukan pesepak bola profesional ini dan gajah-gajah tersebut adalah pertandingan mereka sama-sama sesuai skenario yang ada.
Di sepak bola Indonesia, istilah ini mengemuka pertama kali pada 1988. Waktu itu, Persebaya Surabaya mengalah dari Persipura Jayapura dengan skor fantastis, 0-12. Skandal ini terjadi dalam sebuah laga grup timur kompetisi divisi utama.
Kejadian ini bukanlah skandal sepak bola gajah pertama di Indonesia. Namun, setelah skandal Persebaya - Persipura ini, hampir semua pertandingan yang diskenario disebut sepak bola gajah.
Berawal di GBK
Dalam penelurusan Bola.net, kasus pertama yang layak dicurigai sebagai praktik sepak bola gajah terjadi setahun sebelum insiden Persebaya - Persipura. Kejadian ini tersaji di Stadion Gelora Bung Karno Jakarta, 6 Maret 1986, melibatkan Persib Bandung dan Perseman Manokwari dalam laga Babak Enam Besar Divisi Utama 1986.
Saat itu, Persib memerlukan poin penuh untuk bisa lolos ke partai puncak. Sementara, Perseman Manokwari sudah memastikan satu tiket ke partai final.
Dengan modal satu tiket di tangan, Perseman mengandalkan pemain-pemain lapis kedua mereka untuk meladeni Persib. Walhasil, Persib yang menurunkan kekuatan terbaik mereka, sukses menggelontor gawang Perseman Manokwari setengah lusin gol tak berbalas. Enam gol Persib Bandung ini dicetak oleh Bambang Sukowiyono, Suhendar (2 gol), Dede Rosadi, Iwan Sunarya, dan Djadjang Nurdjaman.
Kekalahan mengejutkan Perseman Manokwari ini kontan memicu sejumlah kecurigaan, termasuk dari wartawan senior, Sumohadi Marsis, yang ia tuangkan dalam artikel berjudul 'Persebaya Bukan Peru'. Sejumlah tengara pun muncul soal alasan Perseman 'mengalah' pada Persib Bandung. Salah satunya, mereka disebut ingin menyingkirkan Persija Jakarta.
Persib dan Perseman sendiri akhirnya kembali bertemu pada partai puncak Divisi Utama. Dalam laga yang dihelat di Stadion Gelora Bung Karno, 11 Maret 1986, Persib menang melalui gol semata wayang Djadjang Nurdjaman.
Antara PSIS dan Irian Jaya
Insiden sepak bola gajah paling masyhur, dalam catatan sejarah sepak bola Indonesia, terjadi pada Divisi Utama musim 1987-1988. Insiden ini melibatkan Persebaya Surabaya dan Persipura Jayapura.
Pada pertemuan kedua tim yang digelar di Stadion Gelora 10 November Surabaya, 21 Februari 1988, Persebaya terang-terangan mengalah pada tim tamu. Tampil dengan skuad yang didominasi pemain pelapis, mereka kalah selusin gol tanpa balas.
Alih-alih mengamuk melihat tim kesayangan mereka dipermalukan sedemikian rupa, suporter Persebaya justru bersorak tiap penggawa Mutiara Hitam mencetak gol ke gawang Green Force.
Ada dua versi di balik tindakan Persebaya mengalah dari Persipura. Pertama, mereka ingin menyingkirkan PSIS Semarang, yang musim sebelumnya mengalahkan mereka di partai puncak kompetisi Divisi Utama.
Selain itu, ada versi lain yang lebih heroik. Mereka disebut sengaja mengalah dari Persipura agar tim dari Jayapura itu bisa bertahan di kompetisi. Pasalnya, sebelumnya, tim asal Irian Jaya lainnya, Perseman Manokwari sudah dipastikan terdegradasi.
Entah yang mana tujuan dari Persebaya. Namun, menurut pengakuan sejumlah pemain, hal ini sudah direncanakan oleh sang manajer, H. Agil H Ali.
Akibat skandal sepak bola gajah ini, Persebaya dijuluki sebagai Bledug Ijo. Bledug merupakan sebutan anak gajah dalam bahasa Jawa.
Sama-Sama Ogah Menang
On this day 26 oktober 2014, Stadion AAU Sleman, Yogyakarta. Saksi bisu #SepakbolaGajah antara #PSS vs #PSIS dengan skor akhir 3-2. pic.twitter.com/veqYU5w5gw
— 𝐂𝐇𝐀𝐌𝐏𝐈𝐎𝐍𝐒 𝐎𝐅 𝐄𝐍𝐆𝐋𝐀𝐍𝐃 🏆 (@DedekSetiawan_) October 26, 2018
Dalam sepak bola, jamaknya kedua tim yang bertanding sama-sama mencari kemenangan. Bahkan, biasanya, segala cara dilakukan agar kemenangan bisa diraih.
Namun, hal ini tak berlaku pada laga antara PSS Sleman dan PSIS Semarang dalam laga terakhir mereka di Grup N Babak Delapan Besar Divisi Utama Liga Indonesia 2014. Kedua tim tersebut sama-sama ogah meraih kemenangan pada laga yang dihelat di Stadion Sasana Krida AAU Sleman, 26 Oktober 2014.
Pada pertandingan ini, kedua tim sama-sama berpeluang menjadi juara grup. Pasalnya, kedua tim ini sama-sama mengoleksi 11 poin.
Dalam pertandingan, kedua tim sama-sama tak berniat untuk meraih kemenangan. Mereka sama-sama lebih banyak memainkan bola di area pertahanan sendiri.
Memang, pertandingan ini akhirnya berakhir dengan skor 3-2 untuk kemenangan PSS Sleman. Namun, yang memalukan, lima gol pada laga ini dihasilkan dari gol bunuh diri.
PSSI sendiri tak tinggal diam dengan adanya insiden ini. Mereka melakukan penyelidikan terhadap kedua tim. Dari pengakuan penggawa kedua tim, mereka sama-sama ogah menang karena enggan menghadapi Borneo FC, yang berstatus runner-up Grup P.
PSS dan PSIS sendiri akhirnya didiskualifikasi. Sebagai penggantinya di Babak Semifinal ditunjuklah PSGC Ciamis dan Persiwa Wamena.
Merambah Kasta Bawah
Sepak bola gajah juga merambah tim-tim yang berada di kasta bawah. Perseba Bangkalan dan Perseta Tulungagung misalnya.
Pada laga pamungkas Grup III Divisi Utama 2013, Perseba menjamu Perseta Tulungagung di Stadion Gelora Bangkalan. Di luar dugaan, Perseba justru kalah dengan skor 2-3.
Yang membuat laga ini ditengarai berbau sepak bola gajah adalah proses gol-gol tim tamu. Dua gol Perseta dicetak melalui titik putih. Sedangkan satu gol lain disebut berbau offside.
Bagi Perseba, kekalahan ini sendiri tak berdampak apa pun. Mereka tetap lolos ke Babak 12 Besar. Sementara, kemenangan ini membuat Perseta mendapat satu tiket ke 12 Besar, mendampingi Perseba dan Persebaya.
Hasil ini, selain memberi satu tiket bagi Perseta Tulungagung, juga menghapus asa Deltras Sidoarjo untuk melaju ke Babak 12 Besar.
Lepas Tiket ke Semifinal
Skandal sepak bola gajah juga terjadi pada laga antara Aceh United dan PSMP Mojokerto, di Stadion Cot Gopu, Bireuen, Aceh, 19 November 2018 lalu. Waktu itu, PSMP hanya perlu bermain imbang melawan Aceh United untuk mendapat tiket ke Semifinal.
Menit 88, PSMP mendapat hadiah penalti. Waktu itu, mereka dalam keadaan tertinggal 2-3. Namun, eksekutor penalti PSMP, Krisna Adi, justru mengirim bola melebar dari gawang. Sampai wasit meniup peluit panjang kedudukan tetap bertahan bagi keunggulan Aceh United.
Dengan hasil ini, PSMP dan Aceh United sama-sama tak lolos ke Semifinal. Dua tim yang lolos adalah Semen Padang dan Kalteng Putra.
Kasus ini pun menjadi viral. PSSI kemudian menggelar investigasi. Federasi sepak bola Indonesia ini pun kemudian menghukum PSMP dengan melarangnya ikut kompetisi pada 2019 lalu. Sementara, Krisna Adi, sang eksekutor, dihukum dilarang bermain sepak bola seumur hidup.
Coreng Muka Bangsa Demi Lawan Singapura
Memori kelam AFF Cup (Piala Tiger) 1998 ~> https://t.co/nsUMT4O1M0 pic.twitter.com/7pr5tZK3ah
— Futsal Monza Kwanyar (@FutsalMonza) November 18, 2014
Tak hanya di level klub. Timnas Indonesia pun sempat terjangkiti sepak bola gajah.
Kejadian memalukan ini terjadi pada gelaran Piala Tiger 1998 lalu. Waktu itu, Tim Garuda menghadapi Thailand pada laga terakhir mereka di Grup A.
Sama-sama sudah mengantongi satu tiket, Indonesia dan Thailand terlihat tak bergairah mengejar kemenangan pada laga ini. Terbukti, pada babak pertama yang berlangsung lambat, kedua tim sama-sama tak mencetak gol.
Babak kedua, Indonesia sempat unggul melalui Miro Baldo Bento dan Aji Santoso sebelum dua kali disamakan oleh penggawa Thailand.
Petaka datang pada menit ke-90 setelah Mursyid Effendi mencetak gol bunuh diri ke gawang Indonesia.
Kedua tim sama-sama ogah menang karena menghindari Vietnam, yang menjadi runner-up Grup B. Mereka lebih memilih menghadapi Singapura, yang kendati berstatus juara Grup B, dinilai kekuatannya lebih lemah. Walhasil, dengan menghadapi Singapura, kedua tim berharap jalan mereka ke final lebih lempang.
Namun, asa ini gagal. Kendati 'hanya' menghadapi Singapura, Timnas Indonesia tetap gagal ke final. Mereka hanya bisa memperebutkan posisi ketiga, menghadapi Thailand yang dikalahkan Vietnam. Pada pertandingan ini, Indonesia menang adu penalti dengan skor 5-4.
Insiden sepak bola gajah ini pun berbuah sanksi. PSSI disanksi denda sebesar US$ 40 ribu oleh FIFA. Sementara itu, Mursyid Effendi dilarang beraktivitas di sepak bola internasional seumur hidup.
Sepak Bola Gajah di Sepak Bola Internasional
9⃣
— FourFourTwo (@FourFourTwo) June 24, 2018
😲 West Germany 1-0 Austria
🇪🇸 1982
This game went by many names: the Anschluss Game, the Disgrace of Gijon, or - the most fun - Nichtangriffspakt von Gijón (the Non-Aggression Pact of Gijon). pic.twitter.com/KbIPS4yCty
Sepak bola gajah sendiri tak hanya terjadi di Indonesia. Di sepak bola internasional pun, sejumlah kejadian memalukan ini terjadi.
Pada Piala Dunia 1982 Spanyol, ada sebuah skandal yang kerap disebut Disgrace of Gijon. Kejadian ini terjadi pada pertandingan antara Timnas Jerman Barat dan Austria, yang digelar di Stadion El Molinon Gijon 25 Juni 1982. Pertandingan ini akhirnya berakhir 1-0 untuk kemenangan Jerman Barat.
Dalam laga ini, kedua tim berhenti bermain dengan serius setelah Horst Hrubesch mencetak gol pada menit ke-10. Kedua tim lebih memilih untuk memainkan bola di area pertahanan sendiri demi mengamankan kedudukan.
Dengan hasil ini, Jerman Barat dan Austria lolos ke dari Grup 2. Kemenangan ini pun menyingkirkan Aljazair, yang pada pertandingan pertama sukses mengalahkan Jerman Barat.
Setahun berselang, giliran Spanyol dan Malta yang melakukan tindakan memalukan ini. Perlu kemenangan dengan margin 11 gol untuk lolos ke Euro 1984, Spanyol secara tak diduga mampu menang 12-1 dari Malta. Kemenangan besar ini mengejutkan karena pada tujuh pertandingan sebelumnya, Tim Matador hanya mampu mencetak 12 gol.
Dengan kemenangan ini, Spanyol sukses menyingkirkan Timnas Belanda di puncak klasemen Grup 7 dan meraih satu tiket ke Euro 1984.
Sejumlah rumor, termasuk penyuapan, muncul usai insiden ini. Namun, sampai 2018, tidak ditemukan bukti konkret adanya pengaturan pertandingan.
(Bola.net/Dendy Gandakusumah)
Baca juga artikel-artikel lainnya:
- Van Dijk Punya Bakat Besar untuk Jadi Penyerang Kelas Dunia, Ga Percaya?
- Villarreal: Bagaimana Tim Kota Kecil Menjadi Kekuatan Besar di La Liga
- La Liga 2019/2020: Gelar Apa yang Diperebutkan dan Bagaimana Persaingannya?
- 5 Pemain yang Patut Diperhatikan dalam Laga Aston Villa vs Manchester United
- Mohamed Salah Catat Rekor Terlibat 100 Gol untuk Liverpool, Netizen: Dia Messi-nya Premier League
Advertisement
Berita Terkait
-
Bola Indonesia 12 Juni 2015 12:08
-
Bola Indonesia 3 Oktober 2014 11:17
-
Bola Indonesia 8 September 2014 11:21
-
Bola Indonesia 11 Juni 2014 10:52
-
Bola Indonesia 14 Mei 2014 11:23
LATEST UPDATE
-
Bola Indonesia 22 Maret 2025 07:53
-
Tim Nasional 22 Maret 2025 07:44
-
Tim Nasional 22 Maret 2025 07:42
-
Tim Nasional 22 Maret 2025 07:29
-
Piala Eropa 22 Maret 2025 07:15
-
Tim Nasional 22 Maret 2025 06:43
HIGHLIGHT
- 5 Pemain Gratisan yang Bisa Direkrut Manchester Un...
- Di Mana Mereka Sekarang? 4 Pemain 17 Tahun yang Pe...
- 7 Eks Pemain Real Madrid yang Bersinar di Tempat L...
- 10 Opsi Striker untuk Man United: Solusi Ruben Amo...
- 5 Pemain yang Pernah Membela PSG dan Liverpool
- 7 Mantan Rekan Setim Cristiano Ronaldo yang Pernah...
- Di Mana Mereka Sekarang? 5 Pemain yang Diminta Pau...