Lebih Dekat dengan Dua Punggawa Timnas Putri Indonesia

Lebih Dekat dengan Dua Punggawa Timnas Putri Indonesia
(c) M. Syafaruddin
- Sehari sebelum meninggalkan Yogyakarta, penulis sempat bertemu dengan dua penggawa Tim Nasional (Timnas) Putri Indonesia. Mereka adalah kapten tim Dwie Aprilliani Fitria Murti, dan Vera Lestari sebagai penjaga gawang. Kedua pesepakbola cewek ini mengisahkan cerita tentang awal mula ketertarikannya kepada sepakbola.


Perempuan bermain sepakbola adalah sebuah hal yang ganjil. Utamanya di Indonesia. Namun pantangan itu tak berlaku bagi Lia, sapaan akrab Dwie Aprilliani. "Dari SD, saya sudah sering ikut latihan sama anak-anak cowok," ucap Lia. Menekuni sepakbola sejak sekolah dasar membuat ia akrab dengan turnamen sejak kecil.


"Saya dari kecil memang sudah suka sepakbola. Lalu ada tawaran ikut klub dari guru olahraga, dan ikut sepakbola sampai sekarang," ucap sarjana bidang sejarah ini.


Sedangkan Vera memiliki jalan berbeda untuk jatuh cinta dengan sepakbola. Sebelum terjun di olahraga paling populer di dunia ini, Vera lebih menekuni dunia bola voli. Kecintaannya terhadap sepakbola baru tumbuh ketika ia menyaksikan penampilan Timnas senior di ajang AFF Cup. "Sejak saat itu saya berpikir ingin main bola," cerita mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta ini (UNY) ini.


Vera mengatakan, selama kurang lebih tiga tahun menekuni bola voli, ia merasa tak mendapat tantangan. Dan, sepakbola lah yang memberikannya. "Saya merasa tertantang main sepakbola. Ini olahraga unik," akunya. Ia semakin penasaran karena tak banyak info yang ia peroleh dari sepakbola putri di Indonesia.


"Olahraga kan ada cewek dan cowoknya, kepada di sepakbola tidak terekspose. Atau mungkin saya yang tidak tahu kalau ada sepakbola cewek. Sejak itu saya terus cari-cari SSB-nya. Kebetulan Budhe saya kan guru. Salah satu muridnya ada yang ikut di klub sepakbola putri di Bantul. Lalu saya mulai ikut disana," cerita dara yang selalu tampil ceplas-ceplos ini.


Dengan bermain sepakbola, pundi rezeki mereka pun bertambah. Menurut Lia, dari hasil memeras keringat di sepakbola, ia sedikit banyak bisa membantu orang tuanya. "Habis dari Timnas kemarin, saya bisa renovasi rumah. Beli kulkas, beli televisi dan beli sofa," tutur Lia. Ia juga bangga karena pernah berjuang membela bangsa lewat olahraga.


Apalagi ketika mendapat panggilan negara ketika AFF 2015 lalu di Vietnam, Lia langsung dipercaya sebagai kapten Timnas Putri Indonesia. "Best momenku di sepakbola ya dipanggil Timnas dan jadi kapten. Juga bisa pergi ke luar negeri. Sebab sebelum sama Timnas, saya juga belum pernah ke luar negeri," tutup Lia.[initial]


  (faw/dub)

Berita Terkait