Dugaan Match Fixing Perserang, SOS Pertanyakan Keberadaan Satgas Antimafia Bola

Dugaan Match Fixing Perserang, SOS Pertanyakan Keberadaan Satgas Antimafia Bola
Ketua Satuan Satgas Anti Mafia Bola, Brigjen Hendro Pandowo saat menggelar jumpa pers di Polda Metro Jaya, Kamis (28/11/2019). (c) Liputan6/Adi Anuegrahadi

Bola.net - Save Our Soccer (SOS) angkat bicara soal terbongkarnya dugaan tindakan lancung match fixing yang dilakukan lima pemain dan pelatih Perserang Serang. Lembaga yang concern dengan perbaikan tata kelola sepak bola Indonesia ini mempertanyakan keberadaan Satgas Antimafia Bola, yang bertugas mencegah terjadinya tindakan lancung tersebut.

Koordinator SOS, Akmal Marhali, menyebut bahwa terbongkarnya dugaan tindak match fixing ini merupakan aib yang memalukan. Pasalnya, semua laga Liga 1 dan Liga 2 diawasi petugas yang mengenakan rompi bertulisan Satgas Antimafia Bola.

"Padahal, tugas Satgas Anti Mafia Bola berdasarkan sprindik adalah memetakan sejumlah laga yang terindikasi terjadi pengaturan skor, melakukan penyidikan dan penyelidikan, serta penangkapan," kata Akmal, Jumat (29/10).

Sebelumnya, kontestan Liga 2 2021/2022, Perserang Serang, memecat lima pemain dan seorang pelatih atas dugaan pengaturan skor. Klub yang berbasis di Kabupaten Serang, Banten tersebut juga melaporkan dugaan itu ke PSSI.

Keputusan itu diambil setelah manajemen mendapatkan informasi, pengakuan, dan barang bukti pengaturan skor yang diduga dilakukan pihak luar dengan melibatkan sejumlah oknum pemain dan pelatih.

Manajer Perserang, Babay Karnawi, pihaknya melapor kepada federasi agar PSSI melalui Badan Yudisial bisa melakukan tindakan tegas. Tujuannya untuk melindungi seluruh elemen tim yang berkompetisi di Liga 2.

Simak artikel selengkapnya di bawah ini.

1 dari 4 halaman

Pertanyakan Petugas Berompi

Lebih lanjut, Akmal pun mempertanyakan identitas sosok-sosok berompi hitam bertuliskan Satgas Antimafia Bola, yang selalu ada di setiap pertandingan Liga 1 dan Liga 2. Pasalnya, menurut mantan wartawan olahraga ini, sejak pergantian pucuk pimpinan di kepolisian, belum ada perpanjangan masa tugas Satgas Antimafia Bola.

"Jadi, siapa sesungguhnya para pria berompi satgas di setiap pertandingan?" tukas Akmal.

"Divisi Humas Polri harus menjelaskan agar citra Polri tak tercoreng," sambungnya.

2 dari 4 halaman

Sekadar Gimmick?

Akmal pun menyebut ada ironi terkait kehadiran sosok-sosok berompi Satgas Antimafia Bola di tepi lapangan. Pasalnya, dalam pengawasan sosok-sosok berompi ini, kerap terjadi blunder-blunder yang dilakukan wasit.

"Satgas Antimafia Bola semestinya bekerja dalam diam. Tidak gagah-gagahan pamer rompi di lapangan layaknya peragawan di atas catwalk," kata Akmal.

"Pertanyaannya, apakah yang di lapangan itu satgas sesungguhnya atau hanya gimmick?" imbuhnya.

3 dari 4 halaman

Usut Tuntas

Lebih lanjut, Akmal menilai, pernyataan manajemen Perserang soal adanya indikasi match fixing harus diusut tuntas. Pernyataan ini, sambung eks CEO Persiraja Banda Aceh ini, juga bisa dikembangkan untuk memerangi pengaturan skor, yang menjadi penyakit kronis sepakbola nasional.

"Jangan sampai kasus ini menguap begitu saja seperti sebelum-sebelumnya. Match fixing itu candu. Seperti narkoba. Ada celah sedikit maka akan berulang," tuturnya.

"Ini pertaruhan buat PSSI yang dipimpin mantan polisi," ia menandaskan.