Cari Aktor Intelektual Tragedi Kanjuruhan, TPF Aremania Berharap Komnas HAM Turun Tangan

Cari Aktor Intelektual Tragedi Kanjuruhan, TPF Aremania Berharap Komnas HAM Turun Tangan
Kuasa Hukum TPF Aremania, Andy Irfan. (c) Bola.net/Dendy Gandakusumah

Bola.net - Sebuah tuntutan diungkapkan Tim Pencari Fakta (TPF) Aremania terkait adanya dugaan pembunuhan massal dalam Tragedi Kanjuruhan, awal Oktober lalu. Tim ini meminta agar Komnas HAM menyelidiki dugaan pelanggaran HAM berat dalam tragedi yang merenggut lebih dari seratus jiwa dan melukai ratusan orang tersebut.

"Khusus ini, kami meminta Komnas HAM, lembaga negara yang berwenang terkait hal ini, untuk membentuk tim penyelidikan dugaan pelanggaran HAM berat," ucap pendamping TPF Aremania, Andy Irfan, Jumat (14/10/2022).

"Penyelidikan pro justitia penting untuk menemukan siapa aktor intelektual, yang sangat tega membunuh ratusan saudara kita," sambungnya.

Andy Irfan menyebut ada aktor intelektual dalam Tragedi Kanjuruhan. Salah satu indikatornya, tembakan gas air mata yang dilepaskan aparat kepolisian tak mengarah secara acak. Selain itu, ada aparat yang tampak bergerak secara agresif dalam tragedi tersebut.

"Sekurang-kurangnya, ini sudah memenuhi sebagai kejahatan kemanusiaan," tutur Andy.

"Tanpa ada penyelidikan pro justitia Komans HAM, kita akan terus berdebat ini kejahatan HAM atau bukan? Karenanya, kami mendesak Komnas HAM membentuk tim penyelidikan pro justitia terkait urusan Tragedi Kanjuruhan," ia menambahkan.

Simak artikel selengkapnya di bawah ini.

1 dari 2 halaman

Minta Kepolisian Periksa Anggota Mereka

Selain itu, ada tuntutan lain yang juga disuarakan TPF Aremania. Mereka meminta agar kepolisian juga melakukan penyelidikan secara internal.

"Secara institusional, Polri punya Divpropam. Kami akan membuat laporan agar Div Propam memeriksa seluruh perwira yang memiliki rantai komando pertanggungjawaban dalam pengerahan personel ke Kanjuruhan malam itu," tutur Andy.

"Kami juga mendesak adanya pemeriksaan personel di lapisan paling bawah yang secara agresif melakukan tindakan kekerasan. Tanpa memeriksa mereka semua, kita tak akan mengetahui apa yang sebenarnya terjadi," pria yang juga merupakan Sekjen Federasi KontraS ini menambahkan.

(Bola.net/Dendy Gandakusumah)