Arema FC Perlu Waktu Bangkit dari Pandemi Corona

Arema FC Perlu Waktu Bangkit dari Pandemi Corona
General Manager Arema FC, Ruddy Widodo (c) Bola.net/Dendy Gandakusumah

Bola.net - Ruddy Widodo angkat bicara soal kondisi timnya di tengah pandemi Corona ini. General Manager Arema FC ini menyebut bahwa perlu waktu untuk bisa bangkit kembali.

"Semua perlu proses. Kami pun perlu waktu untuk bisa bangkit kembali seperti sediakala," kata Ruddy, pada Bola.net.

"Mungkin, ketika sepak bola dimulai lagi, kami perlu waktu sekitar sebulan untuk waktu recovery," sambungnya.

Menurut Ruddy, mandeknya sepak bola Indonesia sejak medio Maret lalu sangat memukul klub. Tak adanya kompetisi, sambung pria berusia 48 tahun tersebut, membuat klub otomatis kehilangan pemasukan dari penjualan tiket.

"Tak hanya itu, segala kerja sama kami dengan pihak sponsor pun dipending. Subsidi dari operator juga mandek," tutur Ruddy.

"Kami juga menghentikan aktivitas toko resmi. Ini kan berarti otomatis klub tidak memiliki penghasilan selama kegiatan sepak bola ini mandek," ia menambahkan.

Saat ini, kompetisi Shopee Liga 1 musim 2020 masih dihentikan. Hal ini tak lepas dari pandemi Corona, yang juga merebak di Indonesia.

PSSI sendiri sudah memutuskan bahwa sejak Maret sampai Juni mendatang kondisi merupakan status keadaan tertentu darurat bencana. Hal ini tak lepas dari merebaknya persebaran virus Corona di Indonesia. Jika status darurat bencana tidak diperpanjang pemerintah, kompetisi akan dihelat mulai 1 Juli 2020.

Namun, jika pemerintah memperpanjang status darurat bencana, atau PSSI menganggap kondisi belum ideal, maka musim kompetisi ini akan dihentikan.

Dengan status ini pun, PSSI mengizinkan perubahan kontrak pemain, pelatih, dan ofisial tim peserta kompetisi. Gaji komponen tim ini maksimal 25 persen dari yang tercantum di kontrak.

Simak artikel selengkapnya di bawah ini.

1 dari 1 halaman

Andalkan Pemilik

Lebih lanjut, Ruddy menyebut bahwa selama pandemi Corona ini, aspek industri klub benar-benar berhenti. Bahkan, untuk sekadar memenuhi kewajiban membayar 25 persen dari gaji pemain, mereka pun mengandalkan suntikan dana dari pemilik.

"Untuk tim, dalam sebulan, owner harus mengeluarkan dana sebesar Rp 575 juta. Jadi, untuk empat bulan kompetisi mandek, mereka harus merogoh kocek sekitar Rp 2,3 miliar. Ini belum termasuk gaji karyawan dan biaya operasional kantor seperti listrik dan air," papar Ruddy.

"Nah, inilah yang membuat kami perlu waktu untuk bisa bangkit lagi seperti sediakala," ia menandaskan.

(Bola.net/Dendy Gandakusumah)