18 Tahun Bom Bali 1, Ini Kenangan Fullback Bali United

18 Tahun Bom Bali 1, Ini Kenangan Fullback Bali United
I Made Andhika Wijaya (c) Bola.com/M Iqbal Ichsan

Bola.net - Peringatan 18 tahun tragedi bom Bali 1 mengundang kenangan tersendiri bagi I Made Andhika Wijaya. Fullback Bali United ini mengaku masih mengenang saat-saat tragedi ini terjadi.

"Pada waktu peristiwa Bom Bali 1 saya berusia 6 tahun. Saat itu saya sedang menjalani latihan di lapangan Renon dan malam harinya terjadi peristiwa sedih tersebut," ungkap Andhika, seperti dilansir dari laman resmi Bali United.

"Orang tua dan semua orang berbicara mengenai bom Bali yang berdampak sangat besar bagi ekonomi di Bali," ungkap Andhika," sambungnya.

12 Oktober 2002, 18 tahun lalu, dua ledakan mengguncang Bali. Ledakan pertama, terjadi di Paddy's Pub dan Sari Club di wilayah Kuta. Ledakan yang terjadi pada pukul 23.05 WITA ini menyebabkan lebih dari 200 orang tewas dan lebih dari 200 mengalami luka-luka.

Sepuluh menit dari ledakan pertama, ledakan kedua mengguncang Pulau Dewata. Kali ini, ledakan terjadi di Renon, berdekatan dengan kantor Konsulat Amerika Serikat. Namun, dalam ledakan ini tak ada korban jiwa.

Dua ledakan bom ini mengundang perhatian dan keprihatinan dunia. Pasalnya, selain warga Indonesia, banyak pula warga asing yang menjadi korban ulah teroris tersebut.

Simak artikel selengkapnya di bawah ini.

1 dari 2 halaman

Harap Tak Lagi Terjadi

Andhika berharap agar kejadian seperti ini tak lagi terjadi ke depannya. Putra legenda sepak bola Bali, I Made Pasek Wijaya, ini menyebut cukup Bali aja yang merasakan kedukaan akibat ulah teroris tersebut.

"Saya berharap semoga tidak kembali terjadi peristiwa bom di Bali maupun tempat lain. Cukup Bali yang pernah merasakan luka mendalam," kata Andhika.

"Semoga Bali tetap aman dan pariwisata juga semakin meningkat karena kunjungan tamu wisatawan dari berbagai negara," ia menambahkan.

2 dari 2 halaman

Harap Bangkit dari Covid-19

Lebih lanjut, Andhika menyebut bahwa dampak bom Bali sama dengan dampak pandemi Covid-19 saat ini. Menurutnya, pandemi ini mengakibatkan pariwisata menjadi lesu dan sepi.

Sepak bola pun terdampak dengan adanya pandemi ini. Kompetisi terhenti dan belum bisa dipastikan bakal bisa bergulir lagi.

Menurut Andhika, semua pihak harus bisa bangkit dari dampak Covid-19 ini. Salah satunya, menurutnya, adalah dengan menggulirkan lagi kompetisi.

"Semua tim tentu ingin dilaksanakannya kembali kompetisi. Saya melihat jika kompetisi bisa kembali terlaksana tentu perekonomian bisa pelan meningkat dari keterpurukan. Sarana jasa penyedia hotel dan jasa transportasi bus banyak dipergunakan," tuturnya.

"Selain itu pelaksana industri sepak bola juga kembali aktif seperti wasit dan pihak terkait dalam kompetisi," ia menandaskan.

(Bola.net/Dendy Gandakusumah)