
Bola.net - Bola.net - Bukan berarti tidak nasionalis menurunkan artikel yang meragukan kiprah tim nasional Indonesia di ajang Piala AFF 2016 yang akan dimulai pada Sabtu (19/10) mendatang. Kami hanya bermaksud untuk memberikan sudut pandang alternatif bagi para pembaca.
Tim nasional Indonesia yang berangkat ke Piala AFF 2016 di Filipina harus diakui punya setumpuk masalah. Bahkan sejak awal pembentukan tim ini. Pelatih Alfred Riedl tidak bisa bebas memilih pemain terbaik pilihannya.
Ia hanya boleh memanggil dua pemain dari satu klub. Padahal, bukan tidak mungkin ada pemain ketiga dalam satu klub yang punya kemampuan layak masuk timnas. Masalah ini sudah menjadi sorotan sejak awal.
Advertisement
Selain hal tersebut simak selengkapnya alasan mengapa Indonesia akan babak belur di pentas Piala AFF 2016 selengkapnya:
Sulit Memilih Pemain
Nyatanya pelatih Alfred Riedl memang benar-benar kesulitan untuk menentukan skuat terbaik pilihannya. Bukan hanya tentang kebebasan memilih pemain seperti yang sudah dibahas sebelumnya, tapi juga terkait dengan keengganan klub melepas pemainnya.
Satu pekan jelang keberangkatan ke Filipina, Riedl dipusingkan dengan cedera yang melanda kiper Dian Agus Prasetyo.
Pelatih asal Austria ini lantas memanggil Jandia Eka Putra sebagai pemain pengganti. Namun, tidak ada kabar lanjutan dari Semen Padang, klub Jandia. Akhirnya, Riedl harus mencari nama lain dan kemudian memanggil Teja Paku Alam dari Sriwijaya FC.
Kasus yang sama terulang saat Irfan Bachdim cedera. Riedl menunjuk Feri Pahabol sebagai pengganti Bachdim. Namun, kubu Persipura keberatan melepas Pahabol. Akhirnya, Riedl mengalihkan pilihan kepada Munklis Hadi Ning yang selama ini hanya menjadi pemain cadangan di klub PSM Makassar.
Muklis juga baru bisa berangkat menuju ke Filipina pada hari Sabtu (19/11), hari yang sama dengan pertandingan perdana Indonesia.
Tak Ada Pengganti Irfan Bachdim
Kabar paling buruk yang datang menyambangi timnas Indonesia jelang kiprah mereka di Piala AFF 2016 tentu saja cedera yang menimpa Irfan Bachdim. Pemain yang merumput di Consadole Sapporo ini menepi selama dua bulan karena cedera.
Absennya Bachdim di Piala AFF 2016 tentu saja sangat tidak diinginkan oleh pelatih Alfred Riedl, publik sepakbola Indonesia juga pastinya.
Maklum, pemain berusia 28 tahun selama ini memang selalu menjadi andalan di lini serang Indonesia. Bachdim menjadi motor serangan Skuat Garuda bersama dengan Boaz Salosa. Kombinasi kedua pemain ini sudah terjalin dengan sangat rapi.
Produktifitas gol Bachdim juga termasuk tinggi. Tiga kali tampil pada laga uji coba, eks pemain Persema Malang ini sukses mencetak tiga gol. Satu gol di masing-masing pertandingan. Yakni saat melawan Malaysia, Vietnam [home] dan Vietnam [away].
Indonesia sempat sekali tampil tanpa diperkuat oleh Bachdim saat uji coba melawan Myanmar. Hasilnya, pertandingan berakhir imbang 0-0.
Timpang di Lini Belakang
Lini belakang Indonesia juga menjadi sorotan di perhelatan Piala AFF 2016 ini. Dari empat laga uji coba, Indonesia sudah kebobolan lima gol. Semua gol berasal dari tim yang sama, Vietnam.
Sementara Indonesia mampu meraih cleansheet saat laga melawan Malaysia dan Myanmar.
Satu hal yang menjadi keraguan adalah meratanya kualitas pemain di lini belakang. Kualitas pemain di lini belakang di tuding sangat timpang. Pasalnya, pelatih Alfred Riedl selalu memainkan komposisi pemain yang sama di setiap pertandingan.
Riedl selalu memainkan duet Yanto Basna dan Fachrudin Wahyudi Aryanto disetiap pertandingan. Performa mereka memang lumayan bagus selama ini. Namun, bagaimana dengan para pemain pengganti? Harus ada pembuktian lebih lanjut.
Ingat, Piala AFF 2016 akan memainkan setidaknya tiga laga di babak grup. Bukan tidak mungkin satu di antara dua pemain tersebut mengalami hambatan tampil. Misalnya cedera maupun akumulasi kartu.
Sejauh ini, Gunawan Dwi Cahyo, Hansamu Yama dan Manahati Lestusen belum banyak dapat kesempatan tampil di laga uji coba.
Taktik Yang Usang
Penunjukan Alfred Riedl sebagai pelatih timnas saja sudah cukup mengejutkan. Pasalnya, kala itu PSSI sempat melakukan seleksi kepada sejumlah kandidat seperti Indra Sjafri, Nilmaizar hingga Rahmad Darmawan. Nama-nama yang sempat diharapkan bisa memberikan wajah baru di tim nasional Indonesia.
Namun, nama Riedl kemudian ditunjuk sebagai pelatih timnas tanpa harus mengikuti proses fit and proper test seperti yang dilalui tiga pelatih lainnya.
Riedl datang tak banyak membawa pembaharuan, ia tetap mengandalkan taktik 4-4-2 yang ketika di lapangan bisa dimodifikasi menjadi 4-4-1-1. Taktik yang bahkan sudah dipakainya sejak tahun 2010 yang lalu.
Taktik yang membuat Indonesia gugur di fase grup pada ajang Piala AFF 2014 silam. Taktik yang tentunya sudah bisa dibaca oleh tim dari negara-negara lainnya.
Persiapan Yang Tidak Maksimal
Mungkin ini adalah alasan klasik dari setiap masalah yang dialami oleh Indonesia pada setiap kesertaan di sebuah event multi negara. Namun, fakta tersebut memang terjadi jelang Piala AFF 2016.
Alfred Riedl harus berbagi jadwal dengan tetap bergulirnya Indonesia Soccer Championship (ISC) A 2016 saat menyusun jadwal pemusatan latihan. Pasalnya, ISC tetap berjalan meski Riedl memanggil pemain untuk seleksi maupun pemusatan latihan.
Pemusatan latihan tidak pernah benar-benar dilakukan dalam waktu yang panjang. Di mana Riedl bisa dengan bebas menjelaskan filosofi bermain yang dia inginkan kepada para pemain.
Bahkan, ISC tetap berjalan meski Indonesia berlaga di Piala AFF. Ini kemudian juga kerap dikaitkan dengan kebijakan dimana Riedl hanya boleh memanggil dua pemain dari satu klub.
Lawan Lebih Tangguh
Di Piala AFF 2016 ini, Indonesia akan berada di grup yang berat bersama tim unggulan Thailand, Singapura dan tuan rumah Filipina.
Thailand, yang merupakan lawan pertama Indonesia, menjadi tim yang paling di waspadai. Negeri Gajah Putih punya segudang pemain hebat yang bisa merepotkan Indonesia. Sebut saja Teerasil Dangda yang pernah bermain untuk Almeria dan kini jadi pilar Muang Thong United.
Meski tak pernah menang dalam enam pertandingan terakhir, anak asuh Kiatisuk Senamuang ini tetap lawan berat. Kekalahan Thailand juga terjadi atas kekuatan besar sepakbola Asia seperti Australia, Iraq, Jepang dan Arab Saudi.
Sementara itu, Filipina yang bertindak sebagai tuan rumah kini juga sudah menjadi kekuatan baru sepakbola Asia Tenggara lewat kebijakan naturalisasi yang mereka tempuh.
Filipina punya kiper Neil Etheridge yang bermain untuk Walsall FC dari League One, Inggris. Juga ada Javier Lachica yang bermain di Henan Jianye di Tiongkok Super Liga.
Singapura yang belakangan performanya menurun juga tidak bisa diremehkan begitu saja. Negeri Singa diperkuat beberapa pemain yang pernah berkiprah di Indonesia seperti Baihakki Khaizan dan Khairul Amri.
Advertisement
Berita Terkait
-
Bola Indonesia 17 November 2016 23:33
Iwan Budianto Hanya Fokus Jalani Tugasnya di Timnas Piala AFF 2016
-
Tim Nasional 17 November 2016 17:27
-
Tim Nasional 17 November 2016 00:33
-
Bola Indonesia 16 November 2016 22:40
-
Tim Nasional 16 November 2016 21:46
LATEST UPDATE
-
Tim Nasional 22 Maret 2025 18:31
-
Tim Nasional 22 Maret 2025 18:29
-
Tim Nasional 22 Maret 2025 18:27
-
Liga Inggris 22 Maret 2025 17:58
-
Liga Inggris 22 Maret 2025 17:50
-
Tim Nasional 22 Maret 2025 17:03
MOST VIEWED
HIGHLIGHT
- 5 Pemain Gratisan yang Bisa Direkrut Manchester Un...
- Di Mana Mereka Sekarang? 4 Pemain 17 Tahun yang Pe...
- 7 Eks Pemain Real Madrid yang Bersinar di Tempat L...
- 10 Opsi Striker untuk Man United: Solusi Ruben Amo...
- 5 Pemain yang Pernah Membela PSG dan Liverpool
- 7 Mantan Rekan Setim Cristiano Ronaldo yang Pernah...
- Di Mana Mereka Sekarang? 5 Pemain yang Diminta Pau...