Restorasi Real Madrid

Restorasi Real Madrid
Florentino Perez dan Cristiano Ronaldo (c) AFP

Bola.net - Bola.net - Real Madrid musim ini tertinggal jauh dari sang rival abadi Barcelona. Ini bukan Los Blancos yang sebenarnya.

Madrid perlu mengembalikan reputasi mereka. Sebuah restorasi total mutlak dibutuhkan.

Dilansir Four Four Two, berikut lima langkah yang bisa ditempuh raksasa Santiago Bernabeu itu jika ingin memulihkan nama besar mereka.

1 dari 5 halaman

Perbaiki Manajemen & Internal

Perbaiki Manajemen & Internal

Salah satu lelucon terbesar dalam sejarah sepakbola terjadi di malam menuju 1 September 2015, ketika Real Madrid gagal menyerahkan dokumen-dokumen tepat waktu, yang berujung pada kolapsnya transfer David De Gea. Itu cuma permulaan.

Di bulan Desember, Madrid tereliminasi dari Copa del Rey gara-gara menurunkan pemain ilegal, yakni Denis Cheryshev yang masih terikat skorsing.

Di bulan Januari, James Rodriguez dikejar oleh polisi sampai ke tempat latihan tim di Valdebebas setelah diduga mengebut dengan kecepatan mencapai 200 km/jam.

Insiden-insiden di atas tak seharusnya terjadi di sebuah klub besar andai manajemen dan internalnya tertata dengan baik.

Mengejar Barcelona di arena pertandingan sudah sangat sulit bagi Madrid. Jadi, mereka tak boleh lagi mengacaukan segalanya dengan insiden-insiden tidak penting di luar lapangan.
2 dari 5 halaman

Bangun Skuat Yang Seimbang

Bangun Skuat Yang Seimbang

Real Madrid sangat identik dengan sepakbola menyerang. Los Blancos tak ragu mengeluarkan uang banyak untuk mendatangkan pemain-pemain top bertipe ofensif. Namun, di skuat Madrid saat ini, ada beberapa lubang yang cukup besar.

Lubang pertama ada di belakang.

Marcelo adalah satu-satunya bek kiri di skuat Madrid. Jadi, ketika Marcelo absen atau cedera, tak ada pelapisnya. Ujung-ujungnya, Danilo atau Dani Carvajal, yang posisi aslinya di kanan, digeser ke sana.

Lubang kedua adalah posisi ujung tombak.

Kesulitan Cristiano Ronaldo dalam beradaptasi ke posisi yang lebih sentral membuat Karim Benzema jadi pilihan tunggal untuk pos centre-forward. Situasi ini bahkan sampai memaksa pelatih Zinedine Zidane memberi striker muda Borja Mayoral dari skuat Castilla debut dalam derby melawan Atletico Madrid di Santiago Bernabeu (kalah 0-1).

Lubang lain ada di posisi gelandang bertahan.

Yang ini malah lebih parah. Casemiro lah satu-satunya opsi murni. Namun, gelandang Brasil itu justru belum sekali pun jadi starter sejak Desember.

Tanpa pemain pelapis yang sepadan di tiga posisi penting, bagi klub dengan kekuatan finansial seperti Madrid, merupakan sesuatu yang sangat aneh dan sukar dipercaya. Siapa pun pelatihnya pasti kesulitan.

Ini tak boleh terjadi lagi.
3 dari 5 halaman

Jual Cristiano Ronaldo

Jual Cristiano Ronaldo

Cristiano Ronaldo saat ini berusia 31 tahun dan terikat kontrak di Real Madrid sampai 2018. Mendarat di Santiago Bernabeu sejak 2009, status sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang masa Madrid sudah digenggamnya.

Namun, Ronaldo yang sekarang sudah mulai kehilangan kekuatan hebatnya.

Dilihat sekilas, dari torehan golnya, Ronaldo masih cukup meyakinkan. Namun, statistik itu bisa menipu jika tak dilihat secara mendetail.

Dari 22 gol yang dia cetak di La Liga 2015/16 sejauh ini, 70 persennya tercipta melawan tim-tim papan tengah ke bawah. Kombinasikan dengan fakta bahwa dia belum mencetak gol ke gawang Barcelona, Atletico Madrid, Villarreal dan Sevilla di liga musim ini, maka kita bisa melihat sebuah pola yang jelas.

Ronaldo adalah tipe pemain yang pasif saat tak memegang bola. Ketika tak mencetak gol, dia pun lebih sering menjadi kartu mati daripada jadi solusi. Itu berdampak buruk di laga-laga besar.

Menendang lawan saat frustrasi, seperti pada Nacho Cases ketika melawan Sporting Gijon beberapa waktu lalu, jelas bukan sesuatu yang positif. Kartu merah menunggu setiap saat. Tim juga yang dirugikan.

Sekarang, kebiasaan buruknya bertambah. Rekan-rekannya yang jadi sasaran di depan media. Friksi akibat emosi hanya berdampak negatif.

Solusi terbaik adalah menjualnya. Madrid perlu membangun tim yang lebih harmonis. Dengan Ronaldo, mereka diyakini takkan bisa melakukannya.

Madrid yang lebih seimbang dan kompak akan jauh lebih menakutkan bagi Barcelona maupun tim-tim lainnya daripada Madrid yang cuma terfokus pada seorang pemain berusia 31 tahun, terlepas dari betapa hebatnya dia dahulu.
4 dari 5 halaman

Bangun Identitas

Bangun Identitas

Real Madrid sedang bermasalah. Untuk melihatnya, cukup bandingkan grafik mereka dengan sang rival sekota Atletico Madrid besutan Diego Simeone.

Sebelum dilatih Simeone, Atletico berada di streak 22 laga tanpa kemenangan dalam derby Madrid. Namun, semua berubah sejak Negara Api menyerang..., maaf, sejak Simeone datang.

Atletico lantas memenangi tujuh dari semua bentrokan melawan Madrid, termasuk tak terkalahkan dalam enam duel di La Liga. Terkini, Simeone bahkan membawa Atletico meraih tiga kemenangan beruntun di Santiago Bernabeu, prestasi yang belum pernah dicapai oleh tim mana pun sepanjang sejarah La Liga.

Dari segi finansial, Atletico jelas kalah dibandingkan Los Blancos. Lalu, bagaimana sebenarnya Atletico bisa menutup jurang itu meski sama-sama secara konstan melakukan perombakan skuat?

Caranya adalah dengan menetapkan identitas tim sejak awal. Kita semua tahu gaya permainan Atletico racikan Simeone: Solid di belakang, mematikan lewat serangan balik, dan perlahan namun pasti mulai meningkatkan possesion game mereka.

Ketika mencari pemain-pemain baru, Atletico mencari yang bisa pas dengan sistem permainan mereka. Beda dengan Madrid, yang lebih fokus pada mega transfer.

Dalam beberapa tahun terakhir Madrid sudah mengalami beberapa kali perubahan identitas, dari fluid football Manuel Pellegrini, counter attack Jose Mourinho hingga sepakbola yang lebih ekspresif di bawah asuhan Carlo Ancelotti. Setelah itu, ada disiplin ketat bentukan Rafael Benitez, dan sekarang pendekatan yang lebih santai ala Zinedine Zidane.

Nyaris tak ada persamaan sedikit pun dari satu pelatih ke pelatih lainnya. Jadi, tiap pelatih itu sama saja harus membangun dari nol lagi skuat Madrid yang dipegangnya.

Dengan perencanaan buruk seperti ini, jangan heran jika melihat Madrid terpuruk dan sulit maju. Madrid butuh strategi dan identitas yang jelas. Dampaknya sangat signifikan.

Jika mereka mau bukti, tak perlu mencari terlalu jauh. Lihat saja kubu tetangga, Atletico. Kalau masih kurang yakin, lihat Barcelona.
5 dari 5 halaman

Turunkan Pemimpin Yang Suka Intervensi

Turunkan Pemimpin Yang Suka Intervensi

Restorasi di Santiago Bernabeu harus dimulai dari atas, dari pemimpin tertinggi, presiden Florentino Perez. Dia dan kebiasaannya dalam melakukan intervensi harus dihilangkan dari Real Madrid.

Selama tujuh tahun periode kepemimpinan Perez saat ini (sejak 1 Juni 2009), Madrid hanya sekali meraih gelar juara La Liga. Bandingkan dengan presiden sebelumnya, Ramon Calderon, yang menghadirkan dua titel La Liga hanya dalam tiga tahun kepemimpinannya.

Kering trofi bersama presiden yang suka mengintervensi, kerap 'berpartisipasi' dalam penyusunan tim dan mengendalikan penuh perekrutan serta pemecatan, bukan suatu kebetulan.

Para suporter Madrid mulai menyadarinya. Dalam beberapa kesempatan musim ini, mereka sering menyerukan agar Perez turun dari kursi presiden. Entah kebetulan atau bukan, bulan ini genap 10 tahun sejak Perez mengundurkan diri dari jabatan sebagai presiden Madrid pada periode pertamanya (2000 - Februari 2006).

Mencari suksesor yang tepat memang tidak mudah. Perubahan ketat terhadap statuta klub yang diterapkan Perez di tahun 2012 membuat kandidat potensial terbatas hanya pada sekitar 88 anggota (dari populasi Spanyol yang mencapai 46 juta nyawa).

Namun, meski kandidatnya terbatas, bukan sama sekali tidak mungkin ada yang lebih cocok untuk menjadi presiden daripada Perez.

Perlu diingat juga, tak seperti ibarat mengayunkan tongkat sihir, menurunkan Perez tak lantas semua masalah teratasi dan Madrid bisa langsung kembali bersaing dengan Barcelona.

Namun, hanya perubahan di pucuk tertinggi ini lah langkah awal bagi Madrid untuk melakukan restorasi guna mengembalikan nama besar mereka.