Replay 1998 Yang Dihubungkan 'Dua' Zidane

Replay 1998 Yang Dihubungkan 'Dua' Zidane
Zinedine Zidane 1998, Zinedine Zidane 2017 (c) ist

Bola.net - Bola.net - Final Liga Champions musim ini berpotensi mempertemukan Juventus dengan juara bertahan Real Madrid. Andai itu benar terjadi, maka nama Zinedine Zidane pasti bakal mendapatkan perhatian tersendiri.

Jika Juventus bertemu dengan Madrid di Cardiff, berarti itu akan menjadi replay alias ulangan final edisi 1998 silam.

Ada satu hal menghubungkan keduanya. Penghubung itu bernama Zidane; satu orang Zidane dari dua generasi yang berbeda, yakni Zidane sebagai pemain Juventus dan Zidane sebagai pelatih Madrid.

***

Amsterdam Arena, 20 Mei 1998.

Juventus tampil di final Liga Champions beruntun mereka yang ketiga, sedangkan Madrid ke final untuk pertama kalinya di era Liga Champions. Juventus mengincar gelar European Cup ke-3 setelah 1984/85 dan 1995/96. Sementara itu, Madrid mengincar gelar ke-7, juga yang pertama dalam 32 tahun.

Juventus musim itu dilatih oleh Marcelo Lippi dan diperkuat sederet pemain bermental juara. Termasuk di antaranya adalah duet penyerang Alessandro Del Piero dan Filippo Inzaghi. Beroperasi sebagai trequartista di belakang mereka, ada nama Zidane.

Juventus finis sebagai runner-up di belakang Manchester United di Grup B. Juventus lalu mengeliminasi Dynamo Kiev dengan agregat 5-2 di perempat final. Dalam partai dua leg itu, Inzaghi menyumbang empat gol dan Del Piero satu.

Lolos dari hadangan Kiev, Juventus ditantang AS Monaco di semifinal. Juventus menang 4-1 di Stadio delle Alpi pada leg pertama. Del Piero mencetak hattrick dan satu gol lainnya dilesakkan oleh Zidane. Juventus kalah 2-3 di Monte Carlo pada leg kedua, tapi itu tak cukup untuk menghentikan langkah mereka ke final.

Musim 1997/98 adalah satu-satunya musim Madrid dilatih oleh Jupp Heynckes. Pria Jerman tersebut meninggalkan kesan yang cukup mendalam. Itu berkat pemain-pemain top yang dia miliki di skuatnya, seperti Roberto Carlos, Fernando Hierro, Fernando Redondo, Raul Gonzalez, Fernando Morientes dan Predrag Mijatovic.

Gagal total di kancah domestik, Madrid racikan Heynckes berjaya di habitat asli mereka - Eropa. Madrid finis sebagai juara Grup C, mengungguli Rosenborg, Olympiakos dan Porto. Di fase knockout, Madrid berturut-turut menyingkirkan dua wakil Jerman untuk lolos ke final, yakni Bayer Leverkusen (4-1) dan Borussia Dortmund (2-0).

Juventus dan Madrid pun bertemu di Amsterdam dalam partai pemungkas perebutan gelar juara.

Juventus coba mengambil inisiatif serangan. Peluang emas pertama didapatkan Zidane, tapi tembakannya dari bola liar hasil tendangan bebas Del Piero yang membentur pagar hidup Madrid masih melebar. Kendali permainan lalu dikuasai Madrid, tapi skor 0-0 bertahan hingga jeda.

Di babak kedua, Juventus menguasai kembali jalannya laga. Alessio Tacchinardi dimasukkan Lippi menggantikan Angelo Di Livio dengan tujuan meningkatkan keseimbangan di lini tengah. Juventus tetap kesulitan mencetak gol.

Setelah Moreno Toricelli nyaris mencetak gol dari tendangan bebas Zidane, Inzaghi kemudian menyia-nyiakan dua peluang emas. Kegagalan-kegagalan itu pada akhirnya harus dibayar mahal.

Pada menit 66, crossing Clarence Seedorf dari sektor kanan tak bisa disapu bersih oleh barisan pertahanan Juventus. Bola jatuh ke arah Carlos. Bek kiri Brasil itu menembak, tapi diblok Mark Iuliano. Bola bergulir liar di dalam kotak penalti. Mijatovic paling cepat bereaksi. Sedikit mengecoh Angelo Peruzzi, Mijatovic lalu menuntaskannya dengan tembakan kaki kiri yang bersarang telak di gawang Juventus.

Itu adalah satu-satunya gol yang tercipta di final tersebut.

Setelah di final sebelumnya kalah melawan Dortmund, Juventus pun menjadi tim pertama sepanjang sejarah Liga Champions yang kalah dalam dua final secara beruntun. Sementara itu, Madrid berdiri di puncak Eropa dengan La Septima - gelar ketujuh mereka.

Zidane memperkuat Juventus periode 1996-2001. Eks Maestro Prancis itu adalah salah satu pemain terbaik yang pernah memakai seragam Juventus. Dia kemudian direkrut Madrid, sebelum pensiun di Santiago Bernabeu pada tahun 2006.

Zidane melanjutkan kariernya sebagai pelatih. Sempat menangani Real Madrid Castilla dan menjadi asisten Carlo Ancelotti di tim utama, Zidane naik pangkat di pertengahan musim 2015/16 setelah periode singkat Rafael Benitez yang penuh masalah.

Nama besar Zidane sebagai pesepakbola cukup membantu dalam mengendalikan skuat penuh bintang (dan ego) Madrid. Para pemain respek kepadanya. Yang terpenting, kemampuannya sebagai pelatih ternyata tak kalah dengan kemampuannya sebagai pemain.

Madrid dibawanya ke partai puncak Liga Champions 2016. Los Blancos mengalahkan sang rival sekota Atletico Madrid lewat adu penalti dalam laga final di San Siro. La Undecima, gelar ke-11, sukses diamankan.

Musim ini, Zidane berpeluang mengantarkan Madrid menjadi tim pertama di era Liga Champions yang sanggup mempertahankan gelar mereka. Jalan ke final pun telah diratakan dengan kemenangan kandang 3-0 atas Atletico (lagi) lewat hattrick Cristiano Ronaldo di leg pertama babak semifinal.

Selama ini, Real belum pernah terhadang dalam partai dua leg setelah menang 3-0 di leg pertama. Statistik itu mereka catatkan di kejuaraan domestik maupun internasional.

Itulah salah satu alasan kenapa Madrid dijagokan lolos ke final.

Lawan potensialnya adalah Juventus, pemilik pertahanan super dan serangan yang mematikan. Setelah menyingkirkan Porto dan tim tangguh semacam Barcelona di babak 16 besar dan perempat final dengan agregat masing-masing 3-0, Juventus dihadang AS Monaco di semifinal.

Juventus masih terlalu kuat. Monaco yang memiliki serangan dahsyat berkat keberadaan Radamel Falcao dan pemain muda sensasional Kylian Mbappe tak mampu meruntuhkan lini belakang Juventus dengan kapten dan kiper veteran Gianluigi Buffon sebagai benteng terakhirnya.

Juventus menang 2-0 lewat dua gol Gonzalo Higuain di markas Monaco pada leg pertama. Sulit bagi Monaco untuk menghalangi langkah pasukan Massimiliano Allegri ke final.

Juventus belum pernah gagal dalam partai dua leg di Eropa setelah meraih kemenangan tandang pada leg pertama. Dalam situasi seperti ini, rekor mereka sempurna, selalu lolos ke putaran berikutnya.

Jika melihat statistik di atas, plus ketangguhan di kandang, Juventus diyakini mampu menuntaskan pekerjaan mereka pada leg kedua nanti untuk mengunci tiket ke Cardiff.

Jika skenario itu jadi kenyataan, berarti Juventus dan Real Madrid lah yang akan bertarung di Millennium Stadium pada 3 Juni mendatang.

Jika ulangan final 1998 itu benar tersaji di Wales nanti, berarti kita bakal disuguhi duel antara dua tim yang dihubungkan oleh 'dua' Zidane.