Rekam Jejak Sejarah Celetukan Kontroversial Sepp Blatter

Rekam Jejak Sejarah Celetukan Kontroversial Sepp Blatter
Sepp Blatter, selalu lekat dengan kontroversi (c) AFP

Bola.net - - Pernyataan Sepp Blatter dalam forum yang diselenggarakan oleh Oxford Union pekan ini telah menjadi kontroversi tersendiri yang memancing reaksi berantai dari seluruh dunia. Pria asal Swiss tersebut dinilai terlalu subjektif saat menjawab pertanyaan mengenai siapakah yang lebih baik antara Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo.

Meskipun pada akhirnya Blatter mengajukan permohonan maaf resmi kepada Ronaldo sebagai pihak yang merasa dipojokkan, namun opini pribadi dari pria 77 tahun tersebut telah terlanjur memantik reaksi bola salju dari para pengamat sepakbola di seluruh dunia.

Jika ditilik kembali ke belakang, sebenarnya Blatter memang sudah cukup akrab dengan pernyataan-pernyataan kontroversial. Posisinya sebagai presiden dari otoritas sepakbola tertinggi dunia tidak lantas membuatnya berhati-hati dalam berucap dan malah berkali-kali tergelincir akibat kata-katanya yang mengundang polemik.

Berikut Bolanet rangkumkan sejumlah quotes kontroversial dari pria bernama lengkap Joseph Blatter tersebut dari masa ke masa. Semoga Bolaneters semua bisa mengambil pelajaran dari sejumlah kontroversi Blatter bahwa pepatah 'Mulutmu Harimaumu' memang benar adanya. [initial]

Baca Juga:

Gareth Bale dan Mitos Nomor Punggung 11 Real Madrid

Ibrahimovic dan Daftar Predator Pencetak Quat-trick di Liga Champions
Chelsea Loanee XI, Skuat Terbaik Titipan The Blues di Klub Lain
Utak-Atik Starting Eleven 'Big Six' EPL Tanpa Pemain Asing
EDITORIAL: Delusi Publik Inggris Terhadap Adnan Januzaj
Kompilasi 20 Gol Dramatis Yang Dicetak Oleh Kiper Dari Jarak Dekat

1 dari 13 halaman

'Perbudakan' Ronaldo

'Perbudakan' Ronaldo

Pada tahun 2008, Cristiano Ronaldo sempat dirumorkan akan segera hengkang ke Real Madrid. Namun pada saat itu Manchester United menolak untuk melepasnya. Seperti yang kita ketahui bersama, baru setahun kemudian Ronaldo benar-benar hengkang ke Santiago Bernabeu.

Saat dimintai pendapatnya tentang kasus Ronaldo tersebut, Blatter mengemukakan pendapat yang cukup kontroversial dengan menyamakan pemain sepakbola di era modern sebagai 'budak'. Hal ini sempat memicu ketegangan antara Ronaldo dan Blatter kala itu.

"Saya pikir saat ini di sepakbola sudah terlalu banyak perbudakan modern dalam hal transfer. Klub membeli pemain dari berbagai tempat kemudian mengumpulkan mereka di suatu tempat."
2 dari 13 halaman

Diskriminasi Sepakbola Wanita

Diskriminasi Sepakbola Wanita

Di tahun 2004, Blatter mengemukakan wacana yang cukup kontroversial mengenai sepakbola wanita. Ia mengusulkan agar kostum para pemain wanita didesain lebih 'seksi' untuk menarik lebih banyak penonton pria.

Pernyataan ini kemudian memantik reaksi keras dari para pesepakbola wanita karena dianggap sebagai sebuah diskriminasi gender.

"Biarkan para pemain wanita bermain dengan kostum yang lebih feminim seperti yang mereka kenakan di olahraga voli. Misalnya saja, mereka bisa memakai celana yang lebih pendek lagi."

"Pemain wanita memiliki kecantikan, ijinkan saya berkata demikian. Lagipula mereka juga sudah memiliki peraturan yang berbeda dengan sepakbola pria, misalnya saja bola yang lebih ringan."

"Jika peraturan tersebut dimodifikasi demi kenyamanan wanita, mengapa tidak kita terapkan juga di bidang fashion?"
3 dari 13 halaman

Perselingkuhan Terry Dengan Vanessa Perroncel

Perselingkuhan Terry Dengan Vanessa Perroncel

Kasus perselingkuhan yang dilakukan kapten Inggris, John Terry, dengan Vannessa Perroncel yang merupakan pasangan dari Wayne Bridge juga jadi objek komentar bagi Blatter.

Kali ini ia melakukan komparasi yang sedikit menjurus ke arah rasial. Pria asal Swiss ini tidak habis pikir mengapa masyarakat Inggris terlalu membesar-besarkan masalah perselingkuhan Terry dengan pasangan dari rekan setimnya itu, bahkan sampai berujung dengan dilucutinya ban kapten timnas dari tangan Terry.

Di sisi lain, Blatter menganggap bahwa perilaku selingkuh adalah hal yang biasa terjadi di negara lain, dalam hal ini dia mengambil contoh negara Latin.

"Negara-negara Anglo-Saxon memiliki perlakuan spesial terhadap kasus perselingkuhan. Jika saja kejadian ini terjadi di negara Latin, saya pikir Terry malah akan mendapatkan tepuk tangan."
4 dari 13 halaman

Meremehkan Rasialisme

Meremehkan Rasialisme

Di tahun 2011, Blatter pernah ramai dituntut mundur dari posisinya akibat mengeluarkan pernyataan yang kurang tepat soal rasialisme. Pria asal Swiss ini menganggap bahwa isu rasial adalah hal yang biasa dan bisa diselesaikan hanya dengan jabat tangan usai laga.

"Tak ada yang namanya rasialisme dalam sepakbola. Mungkin ada beberapa yang dilakukan antar pemain lewat kata-kata ataupun gerak tubuh yang kurang patut. Namun bagi mereka yang menjadi objek, seharusnya bisa mengatakan bahwa ini hanyalah permainan.

"Kita sedang berada dalam permainan. Begitu laga usai, kita berjabat tangan dan melupakan semuanya."
5 dari 13 halaman

Inkonsistensi Soal Penggunaan Teknologi

Inkonsistensi Soal Penggunaan Teknologi

Blatter dikenal sebagai sosok yang selama cukup keras kepala untuk melarang penggunaan teknologi dalam dunia sepakbola. Pada tahun 2009 lalu ia mengeluarkan pernyataan tegas tentang hal itu.

"Saya mohon, jangan terlalu memaksakan digunakannya teknologi dalam sepakbola. Jika suatu saat nanti tiba suatu masa ketika wasit dan kedua kapten mendiskusikan keputusan dengan berpatokan dari monitor, saat itu penonton akan kehilangan gairah mereka dan menolak datang ke stadion."

Namun pada tahun 2012, opini tersebut berubah secara drastis. Sejumlah media melaporkan bahwa ada permainan uang level tinggi yang membuat Blatter melunak soal penggunaan teknologi dalam sepakbola.

"Saya senang menyambut akan diterapkannya teknologi dalam sepakbola!"
6 dari 13 halaman

Memperlebar Ukuran Gawang

Memperlebar Ukuran Gawang

Di tahun 1996 Blatter pernah mengemukakan opininya untuk membuat sepakbola agar berlangsung lebih menarik. Caranya adalah dengan menambah ukuran gawang, harapannya akan ada lebih banyak gol yang bisa terjadi.

Tentu saja wacana ini menuai penolakan keras dari seluruh dunia.

"Kami sedang merancang peraturan baru untuk menambah lebar gawang dengan ukurang dua bola atau kira-kira 50 cm, dan juga meninggikan bola sebanyak diameter satu bola."
7 dari 13 halaman

Isu Homofobia

Isu Homofobia

Perbincangan mengenai hubungan sesama jenis adalah salah satu hal yang masih tabu dan sensitif untuk dibicarakan di seluruh dunia, bahkan termasuk di Eropa dan Amerika yang sudah relatif liberal sekalipun.

Sesaat setelah FIFA memutuskan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia, reporter menanyakan bagaimana nasib kaum gay yang akan mengunjungi Qatar, mengingat negara tersebut melarang hubungan sesama jenis, berbeda dengan mayoritas negara barat.

Jawaban dari Blatter, yang diungkapkannya dengan nada bercanda dan meremehkan membuatnya diserang oleh publik karena dianggap mengidap homofobia. Blatter akhirnya meminta maaf akibat pernyataannya tersebut.

"Saya mesti katakan bahwa kaum gay harus menghindari aktifitas seksual apapun selama di Qatar."
8 dari 13 halaman

Menghapuskan Hasil Imbang

Menghapuskan Hasil Imbang

Selain menambah ukuran gawang, Blatter juga sempat memunculkan wacana untuk menghapus hasil imbang pada tahun 2004 lalu. Harapannya adalah agar setiap laga selalu memiliki pemenang.

Seperti yang telah kita ketahui bersama, wacana tersebut hanya sekedar menjadi angan-angan.

"Setiap pertandingan harus selalu ada pemenangnya. Saat anda bermain kartu atau semacamnya, selalu ada yang menang dan yang kalah. Kita harus punya kepribadian untuk menghadirkan peraturan serupa di dunia sepakbola."
9 dari 13 halaman

Empat Babak Dalam Pertandingan Sepakbola

Empat Babak Dalam Pertandingan Sepakbola

Jelang Piala Dunia 1994 yang diadakan di Amerika Serikat, Blatter mengemukakan ide untuk menambah waktu pertandingan dengan membaginya menjadi empat babak. Ini dimaksudkan untuk lebih menarik perhatian masyarakat setempat yang memang bukan menganggap Sepakbola sebagai olahraga nomor satu mereka.

Pada akhirnya ide ini hanya menjadi sekedar wacana setelah mendapatkan reaksi keras dari berbagai pihak.
10 dari 13 halaman

Menutup Mata Terhadap Korupsi

Menutup Mata Terhadap Korupsi

Pada tahun 2010, Blatter bersikeras bahwa FIFA bukanlah organisasi korup meskipun dua anggota eksekutif mereka, Amos Adamu dan Reynald Temarii, dijatuhi skors akibat menerima suap dan jual beli suara dalam menentukan tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022. Blatter juga sempat menyebut Inggris yang kalah suara dari Rusia sebagai 'pecundang yang buruk'.

Selain itu, kemenangan Blatter dalam pemilihan di tahun 1998 dan juga 2011 oleh banyak pihak dianggap diraih dengan cara yang tidak bersih. Namun sampai saat ini tuduhan tersebut tak pernah benar-benar terbukti.
11 dari 13 halaman

Kasus Match Fixing di Italia

Kasus Match Fixing di Italia

Blatter mengeluarkan pernyataan kontroversial saat dimintai pendapatnya mengenai kasus pengaturan skor yang terjadi di Italia. Pernyataannya membuat merah telinga publik Italia dan Afrika sekaligus, terlepas dari pernyataannya tersebut memang ada benarnya.

"Saya bisa memahami jika skandal ini terjadi di Afrika, tapi tidak kalau terjadi di Italia."
12 dari 13 halaman

Membenarkan Upaya Diving

Membenarkan Upaya Diving

Sepp Blatter yang semasa bermain berposisi sebagai striker menyebut diving bukanlah masalah besar di dunia sepakbola dan mengakui bahwa ia dulu juga sering melakukannya saat masih aktif bermain.

"Jika anda sedang mencoba maju ke depan, menggiring bola, lalu ada yang berupaya menjegal anda, apa yang akan anda lakukan? Tentu ada kecenderungan untuk sedikit melebih-lebihkan benturan tersebut. Apakah itu hal yang buruk? Tidak juga. Setidaknya tidak cukup buruk untuk membuat pertandingan dihentikan."

"Saya bukanlah pemain yang sempurna. Saya juga pernah mencoba untuk mengambil keuntungan dengan jatuh saat ada pemain yang menyentuh saya, atau bahkan walau tak ada sentuhan sama sekali."


Hal tersebut kontras dengan kampanye anti diving yang disuarakannya jelang Piala Dunia 2006, yang menuntut wasit untuk menghukum keras para pelaku diving.

"Diving lebih buruk ketimbang menarik kaus lawan. Sebuah penghianatan kepada sesama pemain dan juga wasit. Saya setuju diving diganjar dengan hukuman kartu merah."
13 dari 13 halaman

Menyindir Keputusan Inggris Menunjuk Capello

Menyindir Keputusan Inggris Menunjuk Capello

Fabio Capello ditunjuk sebagai manajer Timnas Inggris untuk menggantikan Steve McClaren di tahun 2008. Hal ini turut mengundang komentar dari Blatter yang mencibir bahwa tidak seharusnya Inggris, yang mengagungkan diri sebagai tanah kelahiran sepakbola menggunakan pelatih asing.

Pendapat ini dianggap terlalu kolot dan kuno, mengingat sepakbola sudah semakin mengglobal dan tak lagi mengenal batasan bangsa dan negara.

"Saya sedikit terkejut bahwa negara tempat lahirnya sepakbola mengabaikan hukum tak tertulis bahwa manajer tim nasional mereka harus berasal dari negara yang sama dengan para pemain."