Redondo, Sang Pangeran Dengan Magnet di Kakinya

Redondo, Sang Pangeran Dengan Magnet di Kakinya
Fernando Redondo (c) ist

Bola.net - Bola.net - "Pemain ini, apa sebenarnya yang ada di dua sepatunya? Magnet?"

Itulah komentar Alex Ferguson tentang pemain yang satu ini setelah Manchester United besutannya ditekuk Real Madrid 2-3 di Old Trafford dalam partai leg kedua perempat final 1999/00 silam dan tersingkir dari kejuaraan. Itu adalah salah satu permainan terbaik Madrid di fase knockout Liga Champions. Pemain yang dimaksud: Fernando Redondo.

***

Mengawali karier profesional di Argentinos Juniors, Redondo lalu memperkuat Tenerife sebelum gabung Madrid.

Redondo memperkuat Madrid periode 1994-2000. Selama di Madrid, deep-lying playmaker dengan permainan elegan ini mendapatkan julukan El Principe (Sang Pangeran). Bersama Madrid, eks pemain Argentina ini meraih dua gelar La Liga (1994/95, 1996/97), dua trofi Liga Champions (1997/98, 1999/2000) dan satu titel Piala Interkontinental (1998).

Atribut utama Redondo adalah creative passing, visi, teknik dan kontrol sempurna dengan kaki kirinya. Kemampuan untuk mengatur tempo permainan dari lini tengah menjadikannya pemain pilar Madrid di era 1990-an.

Meski tak memiliki kecepatan, tapi dia dianugerahi sederet kemampuan lain yang membuatnya mampu berkontribusi sama baiknya saat bertahan maupun menyerang. Pria kelahiran Argentina 6 Juni 1969 ini diakui sebagai salah satu gelandang terhebat dari generasinya.

***

Selama berseragam Madrid, salah satu yang paling diingat dari Redondo adalah permainan briliannya saat menghadapi Manchester United di perempat final Liga Champions 1999/00.

Meski imbang 0-0 di Santiago Bernabeu pada leg pertama, Madrid racikan Vicente del Bosque pergi ke Old Trafford dengan optimisme tinggi. Misi lolos tercapai, dan itu tak bisa dilepaskan dari kontribusi masif Redondo.

Salah satunya tentu saja ketika Redondo mengarsiteki sebuah gol Madrid dengan permainan berkelas. Ditempel ketat Henning Berg sampai dekat garis tepi, Redondo me-nutmeg bek United itu dengan back-heel, menguasai bola dan mengopernya pada untuk gol ketiga Madrid. Merengues menang 3-2 dan maju ke semifinal.

United kesulitan mengembangkan permainan 'gara-gara' keberadaan Redondo di lini tengah. Sepanjang laga itu, hampir semua loose ball sepertinya jatuh ke kaki Redondo.

"Pemain ini, apa sebenarnya yang ada di dua sepatunya? Magnet?" kata manajer United Alex Ferguson setelah laga, seperti dikutip dari The Guardian.

Madrid kemudian menyingkirkan Bayern Munchen di semifinal dengan agregat 3-2 lewat gol-gol Nicolas Anelka dan satu bunuh diri Jens Jeremies. Di final, Madrid memenangi all-Spanish final melawan Valencia dengan skor 3-0 berkat gol-gol Fernando Morientes, Steve McManaman dan Raul. Redondo pun meraih medali juara Liga Champions keduanya.

**

Redondo ditransfer ke AC Milan pada tahun 2000. Transfer itu sendiri cukup kontroversial. Redondo mengungkapkan kalau dia sejatinya ingin tetap di Madrid, dan tak dilibatkan dalam diskusi terkait transfernya. Kelompok suporter Madrid bahkan samai berkumpul di luar Santiago Bernabeu untuk memprotes transfer tersebut. Namun, transfer tetap terlaksana.

Di Milan, dalam salah satu sesi latihan pertama dengan klub barunya, Redondo mengalami cedera lutut parah. Itu membuat dia tidak bisa bermain selama 2,5 tahun. Redondo menolak menerima gaji selama cedera, dan dia bahkan berusaha mengembalikan rumah dan mobil yang diberikan Milan kepadanya.

Setelah sembuh, Redondo sempat turut membantu Milan menjuarai Liga Champions 2002/03 dan Serie A 2003/04. Namun, kontribusinya tak terlalu besar.

Pada titik itu, Redondo bukan lagi pemain yang sama seperti ketika masih di Madrid. Kembali cedera, dia akhirnya memutuskan pensiun di tahun 2004, pada usia 34.

***

Di level timnas, Redondo hanya tercatat memiliki 29 international caps selama periode 1992-1999. Sebagian besar dicapainya dengan Alfio Basile sebagai pelatih .

Di Piala Dunia 1994, Redondo tampil dalam semua pertandingan Argentina, tak mampu membantu negaranya terhindar dari kekalahan 2-3 saat melawan Rumania di babak 16 besar. Setelah itu, Redondo menolak bermain untuk Argentina yang dilatih Daniel Passarella.

Pasalnya, Passarella memberlakukan larangan aturan kontroversial. Salah satunya adalah pemain dilarang berambut panjang dan memakai anting di skuatnya. Hal itu mendapat perlawanan dari sejumlah pemain, termasuk Redondo. Dia menolak memotong rambut panjangnya dan tak dipanggil ke timnas. Waktu itu, Diego Maradona bahkan sampai turut melontarkan kritikan keras terkait kebijakan 'aneh' Passarella.

Passarella tak bergeming. Dia tetap tak memasukkan Redondo ke dalam skuat untuk Piala Dunia 1998. "Dua kali dia diminta untuk memperkuat tim nasional, dan dua kali pula dia menolak dengan alasan yang berbeda. Dia kemudian mengumumkan ke publik kalau dia tidak mau bermain untuk tim nasional, dan saya tak mau memilih pemain yang tak bersedia membela Argentina," kata Passarella waktu itu.

Redondo tidak diam. Dia menyuarakan pembelannya. "Saya berada dalam performa yang hebat. Namun, dia (Passarella) punya pandangan sendiri tentang kedisiplinan dan menginginkan saya memotong rambut. Saya tak bisa melihat kaitannya (rambut panjang) dengan sepakbola, jadi saya menolaknya."

Argentina dikandaskan Belanda di perempat final. Meski diperkuat pemain-pemain seperti Matias Almeyda, Ariel Ortega dan Gabriel Batistuta (yang menuruti permintaan sang pelatih terkait rambut panjang), tapi Redondo adalah sebuah kehilangan besar.

Di tahun 1999, ketika Argentina ditangani Marcelo Bielsa, Redondo dipanggil kembali ke timnas untuk pertandingan eksibisi melawan Brasil. Meski terpilih sebagai Man of the Match dalam kemenangan 2-0 di Buenos Aires, Redondo menolak pemanggilan-pemanggilan berikutnya, lebih memilih untuk fokus di klub.

***

Perjalanan karier Redondo cukup berliku. Puncaknya adalah selama berseragam Real Madrid, di mana dia mendapatkan julukan El Principe dan sempat membuat Ferguson bertanya-tanya apakah ada magnet di kakinya.