
Bola.net - Bola.net - Richard Andreas Luturmas
"Tidak ada tim yang pernah menjuarai Liga Champions dua kali beruntun dan ternyata kami melakukannya. Mengapa kami tidak bisa menjuarai yang ketiga?"
Itulah pertanyaan retoris yang diapungkan oleh kapten Real Madrid, Sergio Ramos sesaat setelah timnya mengalahkan PSG pada dua leg 16 besar Liga Champions 2017/18 lalu (agg. 5-2) dan berhak melaju ke perempat final Liga Champions.
Advertisement
Saat ini, Madrid tengah bersiap untuk menjamu Juventus pada leg kedua perempat final, Kamis (12/4) mendatang setelah meraih kemenangan meyakinkan 3-0 di leg pertama lalu. Peluang Real Madrid untuk menembus semifinal pun terbuka lebar dan aroma juara sudah mulai terendus ringan di udara.
Seandainya Madrid berhasil mewujudkannya, mereka akan mencetak sejarah baru sebagai satu-satunya tim yang mampu menjuarai Liga Champions tiga musim beruntun. Torehan yang mungkin akan sulit dipecahkan oleh tim-tim lain di masa mendatang.
Mengingat Madrid membutuhkan tiga pertandingan lagi untuk mencapai final - dengan asumsi mereka mampu mengalahkan siapapun lawan kuat di semifinal nanti - ada baiknya menengok ke belakang dan mengamati kembali laju Real Madrid di Liga Champions musim 2015/16 dan 2016/17, yakni saat Madrid mampu menjawab keraguan dan kemudian menjadi juara di dua musim berturut-turut.
Real Madrid di Liga Champions 2015-2016
Musim 2015/16. Tidak ada yang percaya Real Madrid mampu menjuarai Liga Champions. Betapa tidak, musim itu berjalan cukup sulit bagi Real Madrid. Kala itu, Los Blancos membuat keputusan yang cukup kontroversial dengan memecat Rafael Benitez setelah hanya tujuh bulan bekerja sama.Sebagai gantinya, Zinedine Zidane pun ditunjuk sebagai suksesor Benitez. Keputusan yang kontroversial dan mengundang banyak pertanyaan, sebab sosok asal Prancis itu sama sekali belum memiliki pengalaman melatih tim senior, meskipun sempat menjadi asisten pelatih Carlo Ancelotti beberapa waktu sebelumnya. Penunjukkan Zidane ini pun dinilai sebagai perjudian sang Presiden klub, Florentino Perez.
Musim itu, Real Madrid senantiasa diselimuti awan gelap keraguan, skuat yang tidak stabil, pelatih yang belum berpengalaman dan ketergantungan pada Cristiano Ronaldo. Keraguan tersebut merebak sampai di Liga Champions, kala itu mulai dari babak 16 besar sampai final, Madrid dapat disebut cukup beruntung.
Selebrasi juara Real Madrid
Zidane memang mampu membawa Madrid menang mudah atas AS Roma di babak 16 besar dengan agregat 4-0. Tetapi di perempat final melawan tim yang relatif mudah sekelas Wolfsburg Madrid justru dipermalukan dua gol tanpa balas di leg pertama. Untungnya, di leg kedua Madrid diselamatkan Cristiano Ronaldo yang mencetak hattrick ke gawang Wolfsburg. Madrid pun melaju ke semifinal dengan susah payah.
Di semifinal, hal serupa terulang lagi, kali ini melawan Manchester City. Bertandang ke Manchester, Madrid hanya mampu bermain imbang tanpa gol. The Citizens yang kala itu dilatih Manuel Pellegrini tampil habis-habisan di semifinal Liga Champions yang belum pernah mereka capai sebelumnya. Terlebih Madrid bermain tanpa Cristiano Ronaldo yang menderita cedera ringan.
Namun hal serupa terulang di leg kedua, Los Blancos mampu keluar dari lubang jarum setelah meraih kemenangan 1-0 berkat gol bunuh diri Fernando, yang bisa dikatakan Madrid cukup beruntung pada pertandingan tersebut. Keraguan pun masih terus menaungi tim asuhan Zidane kendati mereka berhasil menembus final kompetisi kasta tertinggi di Eropa tersebut.
Dua minggu berselang, tepatnya 28 Mei 2016, Real Madrid bersiap menghadapi Atletico Madrid di partai final, kala itu Atletico dikenal dengan permainan keras yang agresif. Dalam waktu normal 2x45 menit, skor 1-1 tak berubah sampai wasit meniup peluit panjang. Laga pun dilanjutkan dengan babak tambahan 2x15 menit, kembali tidak ada gol yang tercipta.
Madrid akhirnya menang 5-3 di babak adu penalti setelah Juanfran gagal menjebloskan bola. Lagi-lagi Cristiano Ronaldo yang sukses menjadi penendang penentu. Gelar kesebelas Liga Champions berhasil diraih. Pesta La Undecima pecah. Keraguan itu sirna. Zidane berbalik menjadi pahlawan Real Madrid. Dapat disimpulkan, di musim 2015/16 Real Madrid mampu menjuarai Liga Champions dengan sedikit tertatih-tatih dan banyak dinaungi keberuntungan.
Real Madrid di Liga Champions 2016-2017
Musim 2016/17. Real Madrid kembali mencatat rekor baru di panggung tertinggi kompetisi Eropa dengan menjuarai Liga Champions dua musim beruntun. Pada musim tersebut, Madrid sudah jauh berbeda dari musim lalu. Jika musim 2015/16 Madrid melaju dengan tertatih, maka di musim 2016/17 ini Madrid menjejak dengan sangat meyakinkan di kompetisi tersebut.Meskipun hanya menempati posisi kedua penyisihan Grup F di bawah Borussia Dortmund, namun Real Madrid tak terkalahkan selama periode itu. Di akhir penyisihan grup, Los Blancos menembus babak 16 besar dengan raihan 12 poin dari tiga kali menang dan tiga kali imbang, kalah dua poin dari Borussia Dortmund.
Bersua Napoli di babak 16 besar, Madrid bermain tanpa ampun dan menggelontorkan enam gol ke gawang Napoli, yang hanya bisa dibalas dua gol oleh tim asal Italia itu dalam dua leg pertandingan berlangsung. Madrid pun menyongsong perempat final dengan penuh keyakinan.
Di perempat final, tim sekuat Bayern Munchen pun dibuat tak berdaya oleh tim asuhan Zinedine Zidane. Penggawa Los Blancos tampil beringas di Santiago Bernabeu dengan kemenangan 4-2, setelah sebelumnya menundukkan Bayern di kandangnya sendiri dengan skor 1-2.
Selebrasi Real Madrid saat juara Liga Champions 2017
Di semifinal Liga Champions, Los Blancos kembali harus menghadapi lawan tangguh yang juga merupakan rival sekota mereka, Atletico Madrid. Duel ini menjadi duel ulangan dari pertemuan final Liga Champions musim lalu dan lagi-lagi Los Rojiblancos memberikan kesulitan besar kepada Cristiano Ronaldo dkk.
Madrid memang berhasil menang tiga gol tanpa balas di leg pertama, tetapi laga leg kedua tidak berjalan mudah. Betapa tidak, laga baru berjalan 16 menit, Atletico sudah unggul 2-0. Madrid pun sempat ketar-ketir sebelum Isco mencetak gol balasan di akhir babak pertama yang memupus harapan Atletico. Madrid yang superior akhirnya sampai di final Liga Champions, kali ini bertemu Juventus.
Bayangan menjadi juara Liga Champions beruntun sepertinya menjadi motivasi berlebih untuk skuat Real Madrid. Namun tak sedikit pula yang meragukan Los Blancos karena sebelumnya sejarah membuktikan bahwa tak ada juara bertahan yang mampu mempertahankan gelarnya secara beruntun.
Juventus yang sempat menahan imbang 1-1 sampai paruh waktu, harus mengakui keperkasaan Real Madrid dengan skor 1-4 di akhir pertandingan. Lagi-lagi Cristiano Ronaldo yang menjadi bintang kemenangan, namun kali ini penampilan Isco juga tak kalah pentingnya. Pada akhirnya, tidak dapat dimungkiri bahwa Real Madrid memang layak menjadi juara di musim tersebut oleh sebab kekuatan dan kedalaman skuat mereka.
Bagaimana musim ini?
Musim ini, Real Madrid membuktikan bahwa DNA mereka adalah DNA Eropa, mentalitas mereka adalah mentalitas Liga Champions. Performa tak stabil dan terseok-seok di La Liga justru berbanding terbalik saat tampil di Liga Champins. Penggawa Madrid seakan memiliki kekuatan lebih di kompetisi ini. "Lagu Liga Champions mengubah Real Madrid. Mereka adalah tim yang hebat meskipun kondisi saat ini tidak mendukung, tetapi mereka selau menyuguhkan performa terbaik mereka di kompetisi ini - sangat berbeda dengan kompetisi liga," ungkap eks Real Madrid, Angel Di Maria saat PSG bersua Madrid beberapa pekan silam.Meskipun tak melakukan banyak belanja di bursa transfer, namun kedalaman skuat yang dimiliki Zidane musim ini tetap terjaga. Memiliki skuat penuh pemain berkualitas membebaskan Zidane untuk menerapkan banyak formasi, tak jauh berbeda dengan musim lalu. Madrid saat ini tidak hanya terpaku pada formasi 4-3-3, sebab Zidane terbukti beberapa kali menerapkan formasi 4-4-2 berlian dengan menempatkan Isco di belakang dua penyerang utama.
Terlebih, Cristiano Ronaldo saat ini juga sedang dalam performa terbaiknya dalam beberapa musim terakhir. Sejak tahun kalender 2018 dimulai, Ronaldo tak berhenti mencetak gol untuk Real Madrid. Dalam 10 pertandingan terakhir saja, Ronaldo sudah mencetak 20 gol bagi El Real di seluruh kompetisi.
Cristiano Ronaldo
Sejauh ini, Real Madrid sudah melakoni sembilan pertandingan di Liga Champions. Enam di antaranya dilakukan di fase grup dengan rincian empat kemenangan, satu hasil imbang dan satu kekalahan saat melawan Tottenham Hotspur. Sementara di dua leg babak 16 besar, Madrid mampu menyingkirkan salah satu favorit juara, PSG dengan agregat 5-2 sebelum minggu lalu membantai Juventus di leg pertama perempat final dengan skor telak 3-0. Secara total, Los Blancos sudah mencetak 25 gol dari sembilan laga tersebut dari total 73 tembakan ke gawang.
Berkaca pada kiprah Madrid di dua edisi Liga Champions sebelumnya dan statistik tersebut, bukan tidak mungkin Madrid akan kembali tampil superior kala menjamu Juventus di leg kedua nanti. Terlebih, motivasi para pemain Madrid di Liga Champions dipercaya jauh lebih kuat lantaran raihan trofi tersebut dapat memperbaiki musim ini yang berjalan tidak terlalu baik.
Madrid yang saat ini memang layak disebut sebagai salah satu skuat terbaik mereka sepanjang sejarah, bahkan banyak yang percaya skuat saat ini lebih baik dari era Los Galacticos beberapa tahun silam. Menukil laman resmi Real Madrid, sang presiden Florentino Perez melegitimasi penilaian tersebut. "Kita semua sedang menikmati salah satu periode terbaik dalam sejarah Real Madrid."
Bukan tidak mungkin, skuat terbaik dalam sejarah Madrid tersebut akan terus melanjutkan menulis sejarah dengan meraih trofi Liga Champions dalam tiga musim beruntun.
Namun demikian, di balik optimisme tinggi yang menaungi skuat Madrid untuk merebut trofi Liga Champions, Zidane justru tidak tertarik untuk membahas asa juara tersebut. Dikatakannya, Madrid hanya akan bertarung dengan kemampuan terbaiknya demi menembus semifinal dan fase berikutnya.
"Saya tak suka disebut sebagai favorit dan saya tak senang mendengarnya. Saya tak suka karena status ini membuat seluruh dunia berpikir kami sudah menang. Ini bukan bagaimana kami harus berpikir," redam Zidane soal klaim status sebagai favorit juara Liga Champions.
"Semua orang sedang dipengaruhi ilusi bahwa kami sudah berada di semifinal dan kami sama sekali tidak boleh berpikir seperti itu. Kami akan melakukan yang terbaik, kami sudah menjalani seluruh musim ini untuk sampai di titik ini," tandasnya..
Tampaknya, Zidane berkata demikian untuk membumikan skuatnya yang sudah dilambungkan media. Agaknya, kolaborasi kerendahan hati, dedikasi terbaik dan keyakinan lebih menjadi pilihan Zidane untuk kembali membawa Real Madrid berjaya di Eropa kali ketiga beruntun. Menarik untuk ditunggu...
Advertisement
Berita Terkait
-
Liga Champions 9 April 2018 23:35
-
Liga Spanyol 9 April 2018 23:02
-
Liga Spanyol 9 April 2018 19:02
-
Liga Spanyol 9 April 2018 18:39
-
Liga Spanyol 9 April 2018 18:36
MOST VIEWED
HIGHLIGHT
- 5 Pemain Gratisan yang Bisa Direkrut Manchester Un...
- Di Mana Mereka Sekarang? 4 Pemain 17 Tahun yang Pe...
- 7 Eks Pemain Real Madrid yang Bersinar di Tempat L...
- 10 Opsi Striker untuk Man United: Solusi Ruben Amo...
- 5 Pemain yang Pernah Membela PSG dan Liverpool
- 7 Mantan Rekan Setim Cristiano Ronaldo yang Pernah...
- Di Mana Mereka Sekarang? 5 Pemain yang Diminta Pau...