OPINI: Copa America 2011, Masih Jauh Dari Harapan

Bola.net - - Oleh: Zulfikar Aleksandri
"Messi selalu tampil bagus, ia tak pernah tampil buruk. Justru pemain-pemain di sekelilingnya yang tampil kurang bagus," kata Julio Grondona, ketua AFA (PSSI-nya Argentina), usai Albiceleste ditahan imbang Bolivia di laga pembuka Copa America 2011. Entah apakah Grondona akan mengatakan hal yang sama setelah giliran Kolombia menahan imbang tuan rumah di laga kedua. Masuknya Sergio Aguero dan Gonzalo Higuain di babak kedua pun tak mampu memberi tiga angka untuk Argentina. Lionel Messi selalu dipuji Grondona sebagai pemain yang "selalu tampil baik". Namun gestur Messi mengatakan hal berbeda. Legenda hidup sepak bola Argentina, Alfredo Di Stefano, sehari sebelum pertandingan lawan Kolombia mengatakan, "Messi pemain fantastis. Tapi orang tak bisa menaruh beban seluruh tim di pundak seorang Messi," Argentina belum habis. Setidaknya untuk sekarang. Copa America punya jatah ekstra ke delapan besar untuk dua tim di peringkat tiga terbaik. Sergio Batista masih punya Kosta Rika untuk menjawab kritik. Namun dengan permainan seperti lawan Bolivia dan Kosta Rika, kedekatannya dengan Grondona menjadi satu-satunya jalan menyelamatkan karir Batista di timnas Argentina.
Messi, terlalu berat menanggung beban Argentina? Hasil imbang tanpa gol di Santa Fe tak hanya mengecewakan fans Argentina, tapi juga penggemar sepak bola secara keseluruhan yang menikmati Copa America. Hanya ada delapan gol yang tercipta dalam tujuh pertandingan awal turnamen antar negara tertua di dunia edisi ke-43 ini. Rekor termiskin gol sejak Copa America 1987, juga di Argentina. Namun tahun ini lebih parah karena tahun 1987 lalu hanya ada tiga tim dalam tiap grup, sehingga laga pertama hanya memainkan tiga pertandingan. Copa America paling mengecewakan? Bisa jadi. Terlepas bagi fans Argentina dan Brasil, hasil-hasil pertandingan lainnya memang di luar harapan penikmat bola. Leo Messi yang jenius dan bisa mencetak gol dengan cara apa pun di Barcelona, tertutup bayang-bayang biru muda dan putih warna Argentina. Beragam argumen dikemukakan mengenai performa Messi, hingga membandingkan dirinya dengan Don Armando, mertua Kun Aguero.
Sergio Batista, dikritik habis-habisan oleh publik Argentina Brasil senasib dengan Argentina. Ekspektasi tinggi berbuah hasil kaca mata lawan negara yang pernah berstatus lumbung gol Amerika Latin, Venezuela. Sinar bintang muda dan di level klub usai membawa Santos juara Copa Libertadores belum mampu dieksploarasi sepenuhnya untuk Selecao. Man of the match Brasil vs Venezuela juga bukan atau Alexandre Pato, tapi gelandang Venezuela Ronald Raldes, yang bermain brilian di lapangan tengah, seperti Freddy Guarin ketika Kolombia menahan imbang Argentina. Lawan kedua Brasil di Grup B adalah Ekuador, yang dipastikan tanpa winger Manchester United, Antonio Valencia karena cedera.
Ganso, Thiago, dan Neymar lesu setelah Brasil ditahan Venezuela Tanpa Valencia, Ekuador masih bisa mengikuti langkah Bolivia dan Kolombia. Menahan tim unggulan sekaligus melanjutkan rangkaian "kejutan" Copa Amerika tahun ini. Uruguay ditahan imbang Peru yang lagi krisis pemain. Paraguay? Sulit mengharapkan banyak gol dari catenaccio-nya Amerika Latin ini. Ganasnya Lucas Barrios di Bundesliga tak mampu dimaksimalkan Albiroja yang ditahan imbang tanpa gol Ekuador. Paraguay melengkapi klasemen Grup B yang di luar perkiraan. Brasil, Paraguay, Ekuador, Venezuela, satu kali main, satu poin, tanpa gol, tanpa kemenangan, tanpa kekalahan. Chile mungkin jadi satu-satunya tim yang tampil sesuai harapan. Satu-satunya hal yang di luar harapan fans La Roja adalah performa calon pemain Barca Alexis Sanchez yang tertutup bintang Leverkusen, Arturo Vidal. Setelah Argentina tampil mengecewakan publik dalam dua laga perdananya, harapan -sekaligus kesempatan kedua- ada pada Brasil, Uruguay, dan Chile untuk menyelamatkan gengsi Copa America tahun ini.