Mo Salah, Sosok Bintang yang Tak Pernah Lupa Asalnya

Mo Salah, Sosok Bintang yang Tak Pernah Lupa Asalnya
Mohamed Salah. (c) lfc

Bola.net - Bola.net - Dunia sepakbola kembali menelurkan sosok yang luar biasa di dalam diri pemain Liverpool, Mohamed Salah. Pria asal Mesir tersebut mencuri perhatian publik dengan aksinya dan menasbihkan dirinya sebagai salah satu pemain terbaik di dunia saat ini.

Penampilannya di lapangan yang nyaris sempurna membuat sebagian orang melupakan perjalanan karir sepakbolanya dari awal. Hampir sama seperti nama-nama besar sekarang, perjalanan Mo Salah bermula dari kesederhanaan.

Ia lahir di Nagrig, Kairo, 25 tahun yang lalu. Penyerang sayap bertubuh kecil itu seringkali melakukan perjalanan selama empat setengah jam hanya untuk berlatih dengan klub paling pertamanya, El Mokawloon. Pada umur 19 tahun, ia mendapatkan kesempatan untuk berlaga di pentas internasional bersama negaranya, Mesir.

Namun terobosan yang sesungguhnya datang setelah masa-masa kelam dalam sejarah sepakbola Mesir. Pada bulan Februari tahun 2012 silam, sebanyak 74 fans, yang didominasi oleh remaja, pergi untuk menonton laga sepakbola dan tidak pernah kembali. Sementara ratusan orang lainnya mengalami luka-luka.

1 dari 3 halaman

Insiden Port Said

Insiden Port Said

Hal tersebut terjadi karena kerusuhan di Port Said dalam laga yang mempertemukan dua klub domestik, Al-Masry dan Al-Ahly. Suporter dari dua kubu saling bentrok menggunakan pisau dan api kemarahan sebagai senjatanya. Insiden itu membuat pemerintah Mesir memutuskan untuk membubarkan kompetisi domestik selama dua tahun.

Peristiwa itu masih membekas di sebagian masyarakat Mesir, Salah pun demikian. Untuk mengingatnya, ia mengenakan seragam bernomor punggung 74 saat sedang menjalani masa pinjaman bersama klub Italia, Fiorentina. Angka tersebut merupakan jumlah korban yang tewas dalam insiden itu.

Saat kompetisi dibubarkan, praktis semua pertandingan domestik pun harus ditunda. Kesempatan itu digunakan oleh Basel dengan mengadakan laga persahabatan melawan tim U-23 Mesir. Tujuannya tentu saja untuk mendapatkan talenta muda berbakat dari negara itu. Dengan dua gol yang diciptakannya pada babak kedua, Salah berhasil menarik perhatian klub asal Swiss tersebut.

Salah semakin berjaya selama membela Basel. Bahkan tak perlu waktu lama baginya untuk meraih julukan 'Chance Killer' berkat ketajamannya di depan gawang. Mantan rekan setimnya, Alexander Frei, merupakan sosok yang memengaruhi kemampuan Salah hingga menjadi seperti sekarang.

"Saat dia datang, dia terlihat sangat jelas memiliki talenta hebat tetapi sangat angkuh," ujar Frei kepada World Soccer Magazine.

"Saya memberinya sesi latihan spesial, dan itu membuatnya lebih efektif di depan gawang. Saya tahu dia sangat menghargai itu," pungkasnya.

Talentanya pun mengantarnya berlabuh di salah satu klub raksasa Premier League, Chelsea, di bulan Januari tahun 2014. Sayangnya, ia gagal mendapatkan kepercayaan dari sang pelatih, Jose Mourinho, pada waktu itu. Satu tahun setelahnya, Salah memilih untuk hijrah ke Serie A dan membela Fiorentina.

Meskipun sinarnya mulai terpancar di Artemio Franchi, bakat Salah benar-benar terlihat kala ia membela AS Roma pada awal musim 2015-2016. Dua musim di bawah asuhan Luciano Spalletti, Salah menjelma menjadi salah satu penyerang mematikan dan selalu mencetak 29 gol di Serie A.

Dan kini, seperti yang sudah diketahui. Ia menjelma sebagai salah satu pemain terbaik di dunia bersama Liverpool.
2 dari 3 halaman

Sang Pencipta Kebahagiaan

Sang Pencipta Kebahagiaan

Walau kini sering disandingkan dengan nama besar seperti Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo, Mo Salah tak pernah lupa dengan asalnya. Di Mesir, ia dikenal sebagai 'Pencipta Kebahagiaan'. Mulai dari rumah sakit baru hingga sekolah, dia selalu berupaya membuat perubahan di kota kelahirannya, Nagrig.

Salah selalu memberikan bantuan melalui badan amal miliknya. Tak sampai di situ saja, ia juga rutin pulang ke kampung halamannya untuk memantau perkembangan yang terjadi di kotanya. Lebih baiknya lagi, Salah pun selalu membagikan sebagian kekayaannya kepada penduduk setempat.

"Salah adalah sosok baik hati yang tak pernah lupa dengan kota kelahirannya," ucap Maher Shatiyah, manajer dari yayasan amal yang dimiliki Salah, kepada The Sun pada April lalu.

"Yayasan ini melayani banyak keluarga, dia mengeluarkan dana sebesar 2000 hingga 3500 paun per bulannya," tandasnya.

Saking hebatnya seorang Salah di mata warga Mesir, ia menjadi pilihan masyarakat saat pemilihan Presiden beberapa waktu lalu. Pria berumur 25 tahun tersebut bahkan menempati posisi dua dan mendapatkan lebih dari satu juta suara.
3 dari 3 halaman

Tolak Hadiah Vila Mewah

Tolak Hadiah Vila Mewah

Kenangan manis Salah terjadi saat ia membawa Mesir berlaga di Piala Dunia untuk pertama kalinya sejak tahun 1990 silam. Ia mencetak gol dari titik penalti pada menit-menit akhir kala melawan Kongo babak kualifikasi, dan membuat Mesir memimpin dengan koleksi 13 angka.

Berkat kesuksesan itu, rasa cinta masyarakat Mesir kepadanya semakin menjadi-jadi. Ia bahkan mendapatkan hadiah vila mewah dari mantan presiden Zamalek, Mamdouh Abbas. Namun, dengan rendah hati, ia menolak pemberian tersebut dan memintanya memberi sejumlah uang untuk kebutuhan medis di Nagrig.

Kehadiran Salah juga membuat persepsi mengenai pemeluk agama Muslim berubah di mata masyarakat dunia barat. Dalam sebuah video, nampak beberapa penggemar Liverpool dengan riang menyanyikan lagu dukungan untuk Salah dengan tajuk 'I'll be Muslim Too'. Hatem Kadous dari Oil Field Indez podcast juga mengatakan bahwa kehadiran Salah membuat orang tak perlu lagi memikirkan stigma negatif mengenai pemeluk agama muslim.

"Saat dia bermain, anda tak perlu khawatir dengan revolusi, tentang persaudaraan Islam, Isis, atau apapun itu. Dia mencetak gol, kami senang, kami lupa. Dan itu menggema di sekeliling timur tengah," ucapnya kepada Sunday Times.

Pada pertengahan bulan Juni mendatang, Salah akan membawa Mesir untuk berkiprah di Piala Dunia yang pertama kalinya sejak tahun 1990. Dan tentu saja, menjadi ajang bergengsi pertama Salah di tingkat Internasional. Mereka tergabung di grup A bersama Saudi Arabia, Uruguay, serta sang tuan rumah, Rusia.[initial]