Mereka Yang Tidak Beruntung di Level Internasional

Mereka Yang Tidak Beruntung di Level Internasional
Raul Gonzalez (c) AFP

Bola.net - Bola.net - Dipanggil membela tim nasional tentunya merupakan mimpi bagi setiap pemain sepakbola. Terlebih ketika negara tersebut bisa meraih juara di level internasional.

Namun tidak demikian bagi pemain hebat berikut ini. Mereka kurang beruntung karena tidak ikut ambil bagian ketika negaranya meraih kesuksesan. Siapa saja mereka? Simak ulasannya.

1 dari 9 halaman

Raul Gonzalez

Raul Gonzalez

Siapa yang tidak mengenal Raul Gonzalez. Sang striker merupakan legenda Real Madrid karena telah membantu klub tersebut memenangkan enam gelar La Liga dan empat trofi Liga Champions.

Raul pun sempat menjadi andalan lini depan Spanyol selama 10 tahun lamanya dengan catatan 102 caps dan 44 gol. Namun namanya justru tidak dipanggil pelatih Luis Aragones ketika La Furia Roja memenangkan turnamen Piala Eropa 2008.
2 dari 9 halaman

Eric Cantona

Eric Cantona

Eric Cantona selalu menimbulkan kontroversi di sepanjang kariernya meski mempunyai bakat yang hebat. Cantona sempat menjalani sanksi bertanding selama delapan bulan akibat tendangan kungfu saat memperkuat Manchester United.

Akibatnya Cantona melewatkan peluang tampil pertama kali di Piala Dunia bersama Prancis pada 1998. Ia pun harus puas hanya menjadi penonton melihat Le Bleus mengangkat trofi Piala Dunia di negaranya sendiri.
3 dari 9 halaman

Michael Ballack

Michael Ballack

Michael Ballack mungkin merupakan pemain yang tidak beruntung dalam hal gelar. Di pentas Liga Champions, Ballack dua kali menjadi runner-up, bersama Bayer Leverkusen(2002) dan Chelsea (2008). Di liga domestik, Ia empat kali menjadi runner-up Bundesliga (2000, 2002, 2004 dan 2011). Di Premier League, Ballack dua kali menjadi runner-up pada 2007 dan 2008. Di pentas DFB Pokal, Ballack pernah sekali menjadi runner-up pada 2002, sedangkan di Piala Liga runner-up 2008.

Bersama timnas Jerman, Ballack hanya menjadi runner-up Piala Dunia 2002, peringkat tiga Piala Konfederasi 2005, peringkat tiga Piala Dunia 2006 dan runner-up Piala Eropa 2008. Saat Der Panzer meraih juara dunia di Brasil tahun 2014, Ballack sudah gantung sepatu dua tahun sebelumnya.
4 dari 9 halaman

Roberto Baggio

Roberto Baggio

Sejarah mungkin saja akan berubah jika Roberto Baggio tidak gagal mengeksekusi penalti di final Piala Dunia 1994. Akhirnya Italia kalah 2-3 dalam adu penalti melawan Brasil. Hal tersebut tentunya menodai karir cemerlang yang dimiliki pemain terbaik Italia.

Empat tahun sebelumnya Baggio juga nyaris menyabet juara karena Italia hanya mampu meraih tempat ketiga di Piala Dunia 1990. Pertandingan terakhirnya untuk Azzurri datang pada tahun 2004 pada usia 37. Padahal dua tahun berikutnya Italia berhasil menambahkan bintang keempat di emblem seragam tim nasional mereka setelah menjadi juara dunia di Jerman.
5 dari 9 halaman

Edmundo

Edmundo

Edmundo hanyalah salah satu striker Brasil yang memiliki bakat hebat tetapi tidak bisa masuk ke tim utama di tahun 90-an. Hal tersebut bisa dimengerti mengingat Brasil memiliki pemain yang tak kalah hebatnya seperti Romario, Bebeto, Ronaldo dan Rivaldo dalam urusan mencetak gol.

Edmundo bermain untuk Selecao antara tahun 1992 dan 2000 dan tidak dipanggil saat Brasil memenangkan Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat. Satu-satunya Piala Dunia yang ia ikuti adalah tahun 1998 di Prancis. Namun ketika Brasil memenangkan Piala Dunia 2002 di Korea dan Jepang namanya tidak ada. Meskipun begitu, ia pernah memenangkan Copa America 1997 sehingga karirnya di kancah internasional tidak terlalu buruk.
6 dari 9 halaman

Michael Laudrup

Michael Laudrup

Denmark sempat melahirkan bakat sepakbola luar biasa pada dua bersaudara, Michael dan Brian Laudrup. Namun Michael sempat membuat kontroversi menolak memperkuat tim nasional selama babak kualifikasi Euro 1992 karena berselisih dengan pelatih Richard Muller Nielsen.

Sang adik, Brian, justru memilih bergabung dengan tim Dinamit yang tampil di Euro 1992. Dan, sejarah mencatat, Denmark yang kala itu tidak diunggulkan meraih sukses dengan menjuarai turnamen sepakbola terbesar di daratan Eropa.
7 dari 9 halaman

Fernando Hierro

Fernando Hierro

Penderitaan Fernando Hierro di level internasional mungkin mirip dengan cerita menyedihkan rekan senegaranya Raul. Selama Hierro memperkuat tim nasional di tahun 90-an, La Furia Roja tak bisa berbuat banyak di turnamen besar.

Bahkan Hierro gagal mengeksekusi penalti melawan Inggris sehingga Spanyol tersingkir di Euro 1996. Mantan kapten Real Madrid itu mencetak 29 gol dalam 89 caps yang luar biasa sebagai bek. Hierro gantung sepatu pada tahun 2005 bersama Bolton Wanderers, tiga tahun berselang Spanyol berhasil memenangkan Euro 2008 di Austria dan Swiss.
8 dari 9 halaman

Didier Drogba

Didier Drogba

Karir Didier Drogba memang cemerlang di level klub. Namun cerita berbeda didapatkan di kancah internasional. Sang striker membela Pantai Gading dalam 104 pertandingan dan mencetak 65 gol yang merupakan rekor sepanjang masa negaranya, tapi Drogba tak pernah merasakan juara.

Drogba memutuskan pensiun dari tim nasional hanya enam bulan sebelum turnamen Piala Afrika 2015. Ia justru hanya menyaksikan rekan-rekannya seperti Toure bersaudara, Salomon Kalou dan Boubacar Barry yang mengangkat piala.
9 dari 9 halaman

Paolo Maldini

Paolo Maldini

Memang aneh melihat Paolo Maldini yang sudah memenangkan semua trofi selama karirnya bersama AC Milan, tapi tak pernah juara bersama Italia. Sang defender legendaris hanya menjadi runner-up di Piala Dunia 1994 dan Euro 2000.

Maldini bahkan juga tidak beruntung di level U-21 setelah Italia menjadi runner-up pada turnamen Euro U-21 tahun 1986. Maldini akhirnya pensiun dari kancah internasional pada tahun 2002 tapi menyaksikan Fabio Cannavaro mengangkat trofi Piala Dunia di tahun 2006 tentunya membuat Maldini iri.