
Bola.net - - Oleh Fajar Rahman
Pelatih Timnas U-19, Indra Sjafri berulang kali menegaskan kalau hasil positif Evan Dimas dkk selama ini bukanlah karena hasil kerjanya seorang.
"Saya di tim ini tidak lagi bekerja secara tradisional dalam menentukan keputusan. Semua tidak tergantung saya. Ada 11 orang hebat yang membantu saya," ungkap Indra beberapa waktu lalu.
Setelah di bagian sebelumnya kami perkenalkan Kitman, Pelatih Mental, Pelatih Fisik, dan High Performance Unite. Kali ini giliran Fisioterapis, Administrator, Dokter Tim, Asisten Pelatih, Pelatih Kiper hingga Penasehat teknik.
Cerita-cerita lucu dan pengalaman mereka bersama Garuda Jaya juga akan tetap Anda temui di bagian ini. Selamat menikmati.
* Untuk bagian pertama, bisa dibaca di .
6. Dokter Tim, dr Alfan Nur Asyhar
Publik Indonesia mulai bertanya-tanya dengan resep dari dokter satu ini saat final Piala AFF U-19. Kala itu, Indonesia masih terlihat perkasa di babak perpanjangan waktu. Sementara Vietnam satu persatu harus jatuh karena kram dan kelelahan.
Stamina memang menjadi sorot perhatian dr Alfan terutama yang disebabkan dehidrasi. Oleh karena itulah, ia tak mempermasalahkan dikenal cerewet dan terkadang harus beradu trik dengan anak-anak yang usianya jauh di bawahnya demi memerangi dehidrasi.
Dokter jebolan Universitas Islam Indonesia Yogyakarta angkatan 2001 ini memang mengharamkan makanan pedas bagi Timnas U-19. Evan Dimas dkk yang dikenal cerdas tak mau kalah, berbagai cara dilakukan demi nikmatnya sambal dan cabai tersebut.
"Mereka suka menyembunyikan sambal di bagian bawah telur dadar. Ketahuan, kemudian saya sita dan awasi lagi. Besoknya, saya lihat telur mereka terlihat bersih dari sambal. Eh ternyata mereka sembunyikan potongan cabai kecil-kecil di balik telur itu," kenang dr Alfan sambil tertawa.
Selain makanan pedas, eks dokter Timnas senior di era Nil Maizar ini juga mencampurkan Oralit pada minuman Timnas U-19 demi menghindari dehidrasi. Siapa sangka, penggunaan oralit tersebut ternyata pengganti dari minuman isotonik kenamaan.
Meski lebih banyak engandung elektrolit, minuman tersebut tak lagi diberikan karena penggawa Garuda Jaya banyak yang diare usai meminumnya. "Ya maaf sebelummnya, mereka kan banyak dari daerah, mungkin tak terbiasa. Sebelum pertandingan mereka sakit perut," tuturnya.
Selain menjauhkan dehidrasi, Indra Sjafri sempat mengakui kalau terapi air (krioterapi) yang diberikan dr Alfan merupakan pencegahan cedera dan recovery yang cepat dari jadwal Timnas yang padat. Namun, dokter kelahiran Yogyakarta 17 September, 31 tahun lalu ini menolak kalau terjaganya stamina itu hasil kerjanya seorang. "Itu semua karena tingkat kepatuhan dan kedisiplinan tinggi anak-anak," tegasnya.
"Ilmu medis, Krioterapi, dan lain-lain yang saya terapkan ke tim Alhamdulilah didukung oleh kinerja official dan coach Indra yang memahami benar sport science. Itu mempermudah saya dalam tindakan preventif sebelum pengobatan yang komperehensif," tutupnya.
7. Fisioterapis, Aditya Prameswara
Namun, bukan hanya kebersamaan yang sudah terbangun sejak lama itu yang membuat Adit bersedia bertahan di Timnas U-19 sampai saat ini. Mimpi mengantarkan Timnas Indonesia ke Piala Dunia menjadi alasan kenapa ia bersedia bertahan bekerja dengan Indra.
"Secara kekeluargaan memang pasti, karena suka duka sudah kita lewati bersama. Tapi sebenarnya ada satu tekad dan tujuan dari kami para official sejak bergabung bersama dulu, kami ingin ke Piala Dunia U-20," jelas Adit.
Di Piala AFF U-19 dan kualifikasi Piala AFC U-19 lalu, hampir tak pernah ada pemain Indonesia yang absen karena cedera selama dua laga. Dalam hitungan hari, cedera yang sempat dialami Mukhlis Hadi Ning Syaifulloh dan M Sahrul Kurniawan pulih dengan cepat. Bahkan tak pernah terlihat mereka menggunakan kinesio taping sebagai penahan otot yang cedera.
Namun bagi Adit, semua itu bukanlah hasil kinerjanya seorang. Itu adalah buah dari kepatuhan para pemain terhadap instruksi pelatih fisik, dokter dan seluruh tim official. "Yang utama memang karena mereka patuh-patuh. Tapi sejak awal tim ini dibentuk, pemain memang sudah diseleksi kualitas fisiknya. Saya hanya membantu maintenance dari program Pak Nur Saelan (pelatih fisik) dan dokter," jelas mantan fisioterapis Timnas Futsal Indonesia di 2007 ini.
Terkait kinesio taping yang tak pernah digunakan di Timnas U-19, pria jebolan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Jakarta 2003 ini mengaku tetap menyediakannya untuk Timnas U-19. "Pemain sering bertanya dan ingin menggunakan itu. Saya hanya menjelaskan kepada mereka tentang fungsinya, dan mereka memahami kalau tak perlu menggunakannya karena tidak cedera," jelas fisioterapis yang tercatat sebagai staf pengajar di SMPN 171 Jakarta Timur ini.
Meski begitu, yang namanya pemain muda ada saja yang tetap ngeyel ingin bergaya dengan kinesio taping bak pemain profesional. "Seingat saya dua kali pasang taping di AFF dan AFC. Satu untuk leher Ravi (Murdianto) yang memang sakit kalau menoleh, satu lagi untuk pemain yang ingin kelihatan keren. Saya perbolehkan, karena dia pakai di tangan," tutup Adit dengan tertawa dan tanpa mau menyebut nama pemain tersebut.
8. Administrator, Randy Nindito Boboy
Meski begitu, Radny, mengaku bahwa yang merekomendasikan dirinya ke Timnas bukanlah Tigor. Melainkan, Demis Djamaoeddin, yang selama ini aktif mengurusi SAD. "Apapun yang saya katakan,dan lakukan di sepak bola, orang pasti mengaitkan saya dengan nama belakang saya. Bagi saya itu adalah pelecut semangat saya untuk membuktikan kerja yang terbaik," tegas Randy.
Bak dapat kado berat, ulang tahunnya ke-30 yang jatuh 29 Juni lalu, harus dijalaninya sebagai administrator Timnas U-19. Ia langsung mengurusi kebutuhan tim di training center Timnas U-19 di Yogyakarta.
"Di Timnas U-19 pelatih kan bukan hanya melatih, dia juga manajer. Saya membantu manager coach tersebut dan semua official agar tetap fokus dengan latihan dan pertandingan. Saya kebagian untuk menyiapkan segala sesuatunya sesuai dengan fungsi awal saya, membantu dari sisi non teknis. Prepare hotel, kostum pertandingan, perlengkapan, uang saku dan sebagainya hingga menyambungkan ke BTN," jelas pria jebolan Fisipol Ilmu Komunikasi UKI Jakarta ini.
Urusan kontrak dari staf pelatih yang sempat dikabarkan tak ada, pun juga menjadi tanggung jawabnya. "Semua tetap ada kok kontrak dan SK-nya. Kontrak terakhir Om Rudy (Wiliam Keltjes) saya juga yang mengurusi dengan BTN. Memang hanya sampai kualifikasi AFC kemarin dan akan kita perbaharui lagi kemungkinan minimal sampai 2015," tambahnya.
Randy belum mau berbangga diri, kerjaannya membantu Indra Sjafri sudah mengantarkan Evan Dimas menjadi juara AFF. Sebuah bukti bahwa ia tak mendompleng nama kakaknya. "Ah saya tak terlalu memikirkan itu. Bagi saya bagaimana anak-anak ini tetap menjaga performa mereka sampai AFC dan semoga ke Piala Dunia," ujar Randy.
"Kami rencananya akan scouting talent lagi bersama coach Indra ke daerah-daerah selain 49 kota yang dulu. Semoga anak-anak tetap menunjukkan performa terbaik mereka karena akan ada promosi degradasi dan seleksi alam. Siapa yang menurun, bisa saja tersingkir," tutupnya mewanti-wanti skuat Garuda Jaya.
9. Asisten Pelatih, Eko Purjianto
Usai gantung sepatu dengan klub Persema Malang di tahun 2005, Eko tak mau begitu saja meninggalkan sepak bola. Sebelum bergabung dengan Indra Sjafri, pemegang lisensi C AFC dan B Nasional ini tercatat sebagai asisten pelatih PSIS Semarang.
Mantan bek jebolan Primavera 1996 ini baru bergabung dengan Indra Sjafri untuk membantu menangani Timnas U-19 adalah saat training center (TC) di Yogyakarta pertengahan tahun ini. Bukan hanya karena pengalaman Eko malang melintang bersama Timnas sejak ia berusia 15 tahun, namun kesamaan visi lah yang menyatukan keduannya.
"Saya diminta pak Indra sendiri, by phone. Mungkin kesamaan visi, sama-sama ingin serius di prestasi usia dini," terangnya pada Bola.net.
Eko mengaku pertemuannya dengan Indra adalah saat sang pelatih menjadi mentor dalam pengambilan kursus lisensi C AFC di Jakarta tahun lalu. "Coach Indra saat itu pengisi materi tentang prestasi usia dini. Jadi arahnya bukan pembinaan lagi, tapi lebih ke prestasi. Saya merasa ada kesamaan visi," kata eks pemain Pelita saat masih berhome-base di Solo ini.
Prestasi di kelompok umur sudah diraihnya bersama Indra dan Timnas U-19, namun bagi Eko, sepak bola Indonesia tak boleh puas begitu saja. Justru ini adalah pelecut agar kompetisi di usia dini terus diagendakan PSSI. "Ini baru awal dan mungkin bisa jadi bukti kalau pembinaan demi prestasi usia dini harusnya lebih digalakkan. SDM pelatih lokal juga harus ditingkatkan," pungkasnya.
10. Pelatih Kiper, Jarot Supriadi
"Sebenarnya tidak ada perbedaan dalam melatih klub profesional atau Timnas senior dengan kelompok umur. Secara taktikal, fungsi agar kiper lebih cepat beradaptasi dan menjaga reaksi, semua sama. Tapi di level junior kita bisa membentuk seorang kiper yang bagus," urai Jarot.
Karir Jarot semasa menjadi pemain memang terhitung standar dan tak bisa dibilang istimewa. Memang, ia pernah mengantarkan DKI Jakarta menjadi juara nasional, tapi itu hanya sekelas Liga Mahasiswa. Masuk Timnas, Jarot hanya sampai level Timnas U-23. Itu pun untuk turnamen Piala Walikota Padang di era 80-an.
Karirnya baru moncer sebagai pelatih. Pada tahun 2005 ia mengawali karirnya sebagai pelatih kiper klub profesional, Persikota Tangerang. Bertahan semusim di sana, pelatih kelahiran Jakarta 22 Agustus 1964 ini mengadu nasibnya bersama Persipura Jayapura yang baru ditinggalkan Rahmad Darmawan. Selama enam musim di Papua, dua gelar juara yang diraih Mutiara Hitam di musim 2008–09 dan 2010–11, tak lepas dari tangan dinginnya memoles Jendri Pitoy kala itu.
Jarot pun kemudian dipanggil PSSI untuk menangani kiper Timnas di era Wim Rijsbergen untuk kualifikasi Piala Dunia 2014. "Wim awalnya bilang kalau pelatih kiper temannya dari Belanda akan datang. Saya hanya sementara. Dua-tiga hari saya bergabung, eh dia minta terus," katanya.
Tak mau terlalu menganggur dan memakan gaji buta dari PSSI karena sedikitnya jadwal di Timnas Senior, Jarot yang dikontrak selama dua tahun akhirnya memilih mengabdikan ilmunya ke Timnas kelompok umur. Yakni Timnas U-16 untuk Pra Piala Asia di Thailand 2012 lalu, yang saat itu juga ditangani Indra Sjafri.
Pelatih satu ini mengaku tak suka titipan atau intervensi. Masuknya Awan Setho dari SAD untuk skuat kualifikasi AFC U-19 lalu dan menyingkirkan Reza Pratama menurutnya karena seleksi. Jika Ravi Murdianto tetap bertahan sebagai kiper utama, dan Awan akhirnya hanya menjadi kiper ketiga juga bukan karena ia menganak-emaskan Ravi.
"Saya mencari pemain dengan logika dan melihat skillnya. Sebelum AFC, tiap usai latihan mereka saya rangking. Sebelum didfatarkan saya ambil rata-rata dan mana yang akhirnya menjadi rangking 1, 2 dan 3," tutup alumni Kepelatihan SPOK Universitas Negeri Jakarta yang skripsinya mengambil spesialisasi penjaga gawang ini.
11. Penasehat Teknik, Rudi Wiliam Keltjes
Pelatih yang pernah menukangi Persebaya ini namanya sempat meredup. Namun di PON Riau 2012 lalu, ia tiba-tiba muncul dengan membawa anak-anak muda Kalimantan Timur menyabet emas. "Saya suka pemain muda-muda. Tidak banyak bantah dan lebih bisa dididik," ujar eks pemain Persebaya dan Niac Mitra ini.
Sempat mampir melatih di Persekap Kota Pasuruan untuk Divisi Utama LPIS, Rudy kemudian dipanggil Badan Tim Nasional (BTN) untuk membantu Indra Sjafri bersama Timnas U-19 sebagai penasehat teknik. Ia pun bergabung sejak training center di Yogyakarta Juni lalu.
"Jujur saja, kalau pelatihnya bukan Indra, saya masih pikir-pikir lagi. saya dan Indra sama-sama ingin mencetak pemain masa depan yang bagus dan harus dibekali prestasi sejak mereka masih muda," jelas Rudy.
Beberapa hal positif dapat dipetik dari pelatih kawakan kelahiran Situbondo 61 tahun lalu ini ia tak merasa lebih senior di tim pelatih. Rudy pun tak mentang-mentang lebih tua dan berpengalaman. Seringkali dalam beberapa interview bersama jurnalis, mantan pelatih Perseabaya ini meminta agar kutipan darinya harus sepengetahuan dan seijin Indra sebagai pelatih kepala.
Meski jarang terlihat bersama tim, Rudy sebenarnya memiliki peran sentral dalam urusan taktikal Indra. Pelatih kawakan ini mengamati betul setiap pertandingan calon lawan. Hasil catatannya kemudian dibahas lagi dengan catatan Rudy Eka Priambada selaku HPU dan tim pelatih. Sebelum akhirnya Indra memutuskan strategi apa yang bakal dipakai guna mengalahkan sang lawan.
Advertisement
Berita Terkait
-
Tim Nasional 17 Oktober 2013 19:00
-
Tim Nasional 17 Oktober 2013 18:15
-
Tim Nasional 17 Oktober 2013 18:13
-
Tim Nasional 17 Oktober 2013 17:31
-
Editorial 17 Oktober 2013 15:58
LATEST UPDATE
-
Liga Inggris 23 Maret 2025 22:57
-
Tim Nasional 23 Maret 2025 22:47
-
Tim Nasional 23 Maret 2025 22:11
-
Tim Nasional 23 Maret 2025 20:59
-
Bulu Tangkis 23 Maret 2025 20:29
-
Bulu Tangkis 23 Maret 2025 20:16
MOST VIEWED
HIGHLIGHT
- 5 Pemain Gratisan yang Bisa Direkrut Manchester Un...
- Di Mana Mereka Sekarang? 4 Pemain 17 Tahun yang Pe...
- 7 Eks Pemain Real Madrid yang Bersinar di Tempat L...
- 10 Opsi Striker untuk Man United: Solusi Ruben Amo...
- 5 Pemain yang Pernah Membela PSG dan Liverpool
- 7 Mantan Rekan Setim Cristiano Ronaldo yang Pernah...
- Di Mana Mereka Sekarang? 5 Pemain yang Diminta Pau...