Mengenang Niccolo Galli, Benteng Azzurri Arsenal Yang Gugur Sebelum Berkembang

Mengenang Niccolo Galli, Benteng Azzurri Arsenal Yang Gugur Sebelum Berkembang

Bola.net - Bola.net - Tanggal 10 Februari akan selalu dikenang sebagai salah satu hari yang memilukan dalam sejarah sepakbola Italia. Hari ini tepat 14 tahun yang lalu, salah satu defender berbakat yang digadang-gadang akan menjadi benteng masa depan Timnas Italia dan juga Arsenal, Niccolo Galli, meregang nyawa pada usia 17 tahun akibat kecelakaan lalu lintas.

Tak banyak memang saat ini yang mengenal nama Niccolo, karena karir pemuda yang lahir pada tanggal 22 Mei 1983 ini padam saat masih belum sepenuhnya berkembang. Niccolo sendiri lahir dengan mewarisi darah sepakbola dari sang ayah, Giovanni Galli, yang merupakan eks kiper Timnas Italia pada dekade 80-an.

Karena harus mengikuti karir ayahnya yang berpindah-pindah klub, Niccolo juga berulang kali berganti kostum semasa masih junior. Tercatat ia pernah menimba ilmu di tim junior Torino, Parma, sebelum akhirnya menunjukkan sinarnya bersama Fiorentina.

Talenta luar biasa Niccolo bersama Fiorentina membuat salah satu klub besar Inggris, Arsenal, kepincut. Niccolo pun akhirnya diboyong ke Highbury atas prakarsa Direktur Akademi Arsenal, Liam Brady pada tahun 1999. Brady memuji pemain bertinggi 188 cm ini sebagai 'seorang defender yang cerdas dan punya skill bagus'.

Pindah ke Inggris dengan usia yang baru genap 16 tahun, adaptasi Niccolo di London tidaklah mudah. Apa lagi saat itu skuat Arsenal saat itu belum se-plural sekarang, toleransi terhadap pemain asing belum terlalu tinggi.

Niccolo saat tampil membela Arsenal junior (c) NiccoclubNiccolo saat tampil membela Arsenal junior (c) Niccoclub

Rekan setim Niccolo di akademi Arsenal, Rohan Ricketts, pernah bercerita bahwa sang defender kerap mengalami bullying di ruang ganti. "Niccolo adalah pesepakbola yang luar biasa dan pemuda yang baik, namun sejumlah pemain asal Inggris sering mengerjainya, sampai dia berkali-kali pulang latihan dengan berlinang air mata," ungkap Ricketts.

"Mereka sering berkata kepada Niccolo, 'Apa yang kamu lakukan di sini? Tak seharusnya kamu berada di Inggris'. Lelucon itu sangat berlebihan, Niccolo baru berusia 16 tahun dan tak mudah baginya hidup di negara asing."

Meski demikian, hal tersebut tak menghalangi Niccolo untuk menunjukkan kualitasnya sebagai bek tengah handal. Ia menjadi sosok tak tergantikan di lini belakang Arsenal U-17 yang menjuarai FA Youth Cup tahun 2000. Niccolo bahu membahu bersama deretan meriam muda lainnya seperti Jeremie Aliadiere, Moritz Volz, Jermaine Pennant, Jay Bothroyd, dan Steve Sidwell.

Tingginya kualitas Niccolo sebagai bek muda juga membuatnya kerap dipanggil untuk membela tim U-19 The Gunners. Dalam musim perdananya berada di tim muda Arsenal, Niccolo bermain sebanyak 34 laga untuk dua jenjang usia dan mencetak empat gol.

1 dari 2 halaman

Akhir Tragis Sang Difensore Belia

Akhir Tragis Sang Difensore Belia

Meski terhitung sukses di tahun pertamanya bersama Arsenal muda, Niccolo kembali ke Italia pada musim berikutnya dengan menjalani masa peminjaman ke Bologna. Alasan utama di balik keputusan ini adalah karena Niccolo ingin menyelesaikan studinya sebagai pelajar terlebih dahulu.

Niccolo mencuri perhatian publik Italia saat menjalani debut di laga pembuka Serie A kontra AS Roma. Masih berusia 17 tahun saat itu, Niccolo dimasukkan untuk menggantikan Max Tonetto di akhir laga, dan mendapatkan tugas khusus untuk mengawal bomber ganas I Lupi, Gabriel Batistuta.

Nama Niccolo pun menjadi buah bibir, karena saat itu bukan hal yang lazim di Serie A saat seorang pemain asli Italia menjalani debut di usia yang sedemikian muda, apalagi di posisi bek tengah. Niccolo pun menikmati karir cemerlang di tim nasional dengan membela Italia U-17 dan U-18 selama berkostum Rossoblu.



Namun rupanya laga melawan Roma menjadi kiprahnya yang pertama sekaligus terakhir di tim utama. Pada tanggal 10 Februari 2001, Niccolo mengalami kecelakaan fatal saat pulang berlatih di kompleks latihan yang terletak di Casteldebole.

Kala itu, Niccolo yang mengendarai skuter tergelincir di jalanan licin bersalju dan terhempas menghantam batang besi pembatas jalan yang mencuat karena masih dalam proses perbaikan. Besi tersebut menghujam tepat ke dada Niccolo dan membuatnya mengalami pendarahan internal yang cukup parah.

Niccolo meninggal hanya beberapa saat setelah tiba di rumah sakit Meggiore yang terletak di kota Bologna. Ia menghembuskan nafas terakhir sebelum sang ayah, Giovanni sempat datang menemuinya untuk terakhir kali di rumah sakit.

2 dari 2 halaman

Peninggalan Niccolo Untuk Dunia Sepakbola

Peninggalan Niccolo Untuk Dunia Sepakbola

Kematian Niccolo sangat memukul sang ayah. Berangkat dari kesedihan tersebut, Giovanni mendirikan yayasan nirlaba bernama Fondazione Niccolo Galli yang berbasis di Firenze. Yayasan tersebut ditujukan untuk kegiatan amal yang berfokus pada pembinaan remaja dan olahraga.

Tiap tahunnya, yayasan ini juga mengadakan turnamen junior bertajuk Memorial Nicollo Galli, yang diikuti oleh tim Giovanissimi atau U-15 dari tim-tim papan atas Italia. Dalam perhelatan terakhir tahun 2014 lalu, Inter Milan menjuarai turnamen ini dengan mengalahkan Parma 2-0 di final.

Bologna sendiri memberikan penghormatan terhadap kepergian Niccolo dengan mengganti nama kompleks latihan mereka di Casteldebole menjadi Centro Tecnico Niccolo Galli, sesuai dengan nama sang youngster. Rossoblu juga mempensiunkan jersey nomor 27 yang dikenakan Niccolo secara permanen.

Berbicara mengenai kostum 27, eks striker Juventus yang kini membela Torino, Fabio Quagliarella juga selalu mengenakan nomor tersebut di klub manapun yang dibelanya sebagai bentuk respek terhadap Niccolo. Keduanya memang bersahabat sangat dekat saat masih membela Azzurrini, dan Quagliarella menjadi salah satu sosok yang paling terpukul atas kepergian Niccolo yang mendadak.

Arsenal sendiri juga memberikan penghormatan terakhir mereka dengan satu menit mengheningkan cipta dalam laga kandang mereka kontra Ipswich Town. Tak sedikit penonton yang hadir di Highbury turut meneteskan air mata melepas kepergian Niccolo.



Manajer Arsenal, Arsene Wenger memberikan sanjungan yang sangat tinggi terhadap Niccolo usai kematiannya. Kata Wenger, "Saya sama sekali tak meragukan bahwa seandainya Niccolo masih hidup, saya yakin ia akan menjadi kapten Arsenal dan juga Timnas Italia."

Meski terdengar sederhana, namun pujian ini memiliki makna yang sangat dalam. Ban kapten Timnas Italia memang dalam sejarahnya kerap diberikan kepada bek tengah yang dianggap terbaik dan punya jiwa kepemimpinan.

Di sisi lain, posisi kapten Arsenal kala itu juga dipegang oleh bek tengah handal yang juga seorang one-club man legendaris, Tony Adams. Dari ucapan tersebut, bisa ditafsirkan bahwa Wenger juga berharap Niccolo bisa tumbuh menjadi salah satu defender terbaik di dunia.

Kepergian Niccolo akan selalu dikenang sebagai salah satu kisah tragis di dunia sepakbola. Bukan karena ia menutup usia saat masih sangat belia, namun juga karena publik sepakbola kehilangan salah satu calon bek terbaik di dunia.

Rest in peace, Niccolo.