Menakar Final Jerman vs Argentina

Menakar Final Jerman vs Argentina

Bola.net - -
Oleh: Indra Sjafri *)

Brasil 2014 sudah memasuki partai puncak. Sebulan penuh pesta sepakbola akbar dunia ini telah digelar dan kini saatnya dua tim terbaik harus bertarung di partai grand final. Jerman mewakili benua Eropa akan beradu gengsi melawan Argentina yang mewakili Benua Amerika.

Jerman melangkah ke final dengan begitu ringan setelah menghempaskan tuan rumah Brasil dengan skor yang mencengangkan, 7-1. Sebaliknya Argentina harus bersusah payah menyingkirkan Belanda lewat drama adu penalti yang menguras emosi. Situasi ini memang bisa bersifat dilematis. Jika Jerman terlarut dalam keberhasilannya di semifinal akan berbahaya. Sebaliknya Argentina dalam kewaspadaan penuh setelah susah payah mengalahkan Belanda.

Ulangan partai final Piala Dunia Meksiko tahun 1986 ini pasti akan memunculkan aksi-aksi yang berkualitas jika melihat statistik penampilan kedua tim sejak babak penyisihan, Jerman memang tak terbendung sejak babak awal. Menghancurkan Portugal adalah salah satu penanda bahwa tim asuhan Joachim Loew ini merupakan tim yang sangat siap untuk turnamen. Praktis hanya Prancis yang mampu menyulitkan tim panser. Sebaliknya, Argentina harus bersusah payah sejak babak penyisihan. Selisih gol yang selalu tipis mengindikasikan bahwa Argentina harus selalu memeras keringat hingga melaju ke babak final.

Jerman pun begitu perkasa dengan mengoleksi 17 gol sepanjang turnamen, bandingkan dengan Argentina yang hanya mengoleksi 7 gol. Fakta yang lebih menarik adalah gol-gol Jerman dicetak oleh para pemain di semua lini, bahkan Mats Hummels pun berhasil memasukkan namanya dalam daftar pencetak gol. Bandingkan dengan Argentina yang hanya mengandalkan Lionel Messi, Angel Di Maria dan Gonzalo Higuain sebagai penggedor utama gawang lawan.



Data statistik lainnya juga menunjukkan keunggulan Die Mannschaft - julukan timnas Jerman. Jumlah shot, penguasaan bola hingga akurasi passing dikuasai oleh Jerman.  Kesimpulan sederhana dari fakta ini adalah pasukan Jerman jauh lebih variatif dalam melakukan taktik penyerangan. Modifikasi total football begitu fasih diterapkan oleh timnas Jerman. Mereka begitu nyaman menyerang dari sayap ataupun dari tengah. Set piece pun menjadi senjata yang cukup mematikan.

Jerman bermain dalam skema 4-3-3 yang sangat dinamis. Passing game masih menjadi salah satu andalan mereka dalam menyerang. Variasi umpan pendek dan umpan medium menciptakan gelombang serangan yang cukup mematikan. Umpan-umpan lambung ke jantung pertahanan dijalankan dengan apik bermodal pemain-pemain dengan postur dan penguasaan bola yang prima.

Sebagai tim yang begitu menyerang, ditandai dengan ball possession yang selalu mencapai lebih dari 55 persen, Jerman tidak melupakan lini bertahannya. Digalang oleh Mats Hummels, Jerome Boateng, Philipp Lahm serta Benedikt Howedes merupakan salah satu lini pertahanan tersolid sepanjang turnamen ini berlangsung. Ditambah dengan tangguhnya penampilan Manuel Neuer di bawah mistar gawang memberikan rasa nyaman bagi para pemain Jerman untuk mencoba merobek gawang lawan.



Sementara strategi menyerang Argentina yang mengandalkan kecepatan para pemain-pemainnya memang akan memberikan kesulitan terutama jika Angel Di Maria bisa bermain dalam kondisi yang fit. Perpaduan DI Maria dan Messi akan memunculkan ancaman laten bagi gawang tim Jerman.

Faktor Guardiola

Salah satu situasi yang membedakan secara signifikan adalah waktu recovery kondisi fisik pemain. Timnas Jerman mempunyai satu hari lebih banyak untuk memulihkan kondisi fisiknya. Selain itu, di babak semifinal, Jerman praktis tidak banyak mengeluarkan keringat ketika menyingkirkan Brasil. Di sisi lain, para pemain Alejandro Sabella cukup terkuras tenaganya ketika harus bermain hingga adu penalti melawan Belanda. Ditambah waktu recovery yang kurang banyak memberikan tambahan tekanan pada kondisi fisik Messi cs.

Kondisi fisik akan menjadi salah satu faktor penentu tim yang akan keluar sebagai juara. Jerman yang lebih fresh tentu saja lebih banyak diuntungkan. Persoalan recovery ini menjadi penting karena di dalam situasi turnamen yang begitu menekan, kondisi fisik akan bekerja jauh lebih keras. Ditambah dengan kondisi alam Brasil yang begitu lembab membuat kondisi fisik lebih mudah lelah. Proses pemulihan yang kurang akan dengan jelas mempengaruhi performa pemain di lapangan.

Dari kajian psikologis, kedua tim tentu saja sudah sangat rindu dengan gelar juara Dunia. Jerman terakhir merengkuh gelar juara pada tahun 1990 di Italia, sedangkan Argentina jauh lebih lama lagi yaitu tahun 1986 di Meksiko. Kala itu Diego Maradona menjelma menjadi aktor tunggal kemenangan Argentina. Lamanya kedua tim tidak merengkuh gelar akan menggerakkan mereka untuk berjuang mati-matian.

Argentina dianggap berada dalam posisi underdog. Hampir semua orang percaya bahwa Jerman akan keluar sebagai juara. Situasi ini tentu saja akan mempengaruhi kondisi psikologis para pemain. Posisi underdog akan merugikan jika para pemain merasa dirinya berada di bawah. Tapi justru akan memberikan energi tambahan jika para pemain menganggap mereka harus bekerja lebih keras dan lebih yakin bahwa mereka mampu.



Salah satu hal penting lainnya yang tidak terkait langsung dengan teknis di lapangan adalah sosok Pep Guardiola. Tahun 2008 hingga 2010 Spanyol menguasai dunia dengan berbekal 8 pemain yang diasuh oleh Guardiola. Kini, Jerman dihuni oleh 7 orang pemain inti yang bermain di Bayern Munich yang kebetulan juga dilatih oleh Guardiola. Secara sederhana, Guardiola cukup berperan dalam memberi pengaruh warna permainan dari tim nasional di negara tempat dia melatih.

Menarik kita tunggu bagaimana partai puncak Piala Dunia Brasil 2014 kali ini.

*) Head Coach Tim Nasional Indonesia U-19