Membedah Penyebab di Balik Prahara AC Milan Musim Ini

Membedah Penyebab di Balik Prahara AC Milan Musim Ini
AC Milan, mengalami prahara musim ini (c) Bolanet

Bola.net - - Musim 2013-14 boleh dibilang menjadi periode yang sangat buruk bagi AC Milan. Terdampar di posisi delapan Serie A, Rossoneri untuk pertama kalinya tidak lolos ke Eropa dalam 16 tahun terakhir.

Mereka juga terdepak dari Liga Champions di babak 16 besar oleh Atletico Madrid dan juga tersisih dari perempat final Coppa Italia di tangan Udinese. Pemecatan allenatore Massimiliano Allegri di tengah kompetisi untuk digantikan Clarence Seedorf semakin mempertegas krisis yang dialami Milan.

Berikut Bolanet sajikan ulasan singkat mengapa Il Diavolo Rosso, yang notabene memiliki reputasi cemerlang di masa lalu baik di Italia maupun Eropa, mengalami keterpurukan musim ini. Mampukah mereka bangkit dan kembali menemukan kejayaan musim depan?

1 dari 7 halaman

Hilangnya Tradisi Pertahanan Kokoh

Hilangnya Tradisi Pertahanan Kokoh

Dalam beberapa dekade terakhir Milan selalu identik dengan pertahanan kuat yang dikawal bek tengah kelas dunia. Sebut saja Alessandro Costacurta, Paolo Maldini, Franco Baresi, Alessandro Nesta, Jaap Stam, Thiago Silva, dan masih banyak nama top lainnya.

Namun tradisi tersebut gagal dipertahankan sepeninggal Thiago Silva yang hengkang ke PSG. Musim ini Rossoneri diperkuat oleh sejumlah bek tengah yang kurang meyakinkan dan rentan blunder. Philippe Mexes sudah menua dan mulai kehilangan kemampuannya sebagai sweeper alami, sementara Daniele Bonera sudah menjadi kartu mati di pertahanan Milan sejak beberapa musim terakhir.

Cristian Zapata dan Adil Rami menunjukkan bahwa mereka punya potensi, namun tetap jauh dari standar kelas dunia. Sementara Cristian Zaccardo sejak awal hanya disiapkan sebagai pelapis.

Milan jelas butuh bek tengah baru yang bisa diandalkan, namun hal tersebut rasanya sulit diwujudkan mengingat kondisi finansial mereka yang tak terlalu menggembirakan.
2 dari 7 halaman

Krisis Allenatore

Krisis Allenatore

Massimiliano Allegri telah mulai kehilangan kepercayaan dari suporter sejak musim lalu, saat skema permainan Milan tak lagi berjalan dengan baik sepeninggal Zlatan Ibrahimovic dan Thiago Silva. Namun penampilan super dari Mario Balotelli mampu menyelamatkan Allegri dari pemecatan dan membawa Milan bertengger di posisi ketiga pada akhir musim.

Hal serupa tak terulang musim ini, Allegri dipecat sesaat setelah pergantian tahun menyusul mandegnya posisi mereka di urutan belasan klasemen sementara. Sebagai penggantinya, Milan melakukan perjudian dengan menunjuk sosok minim pengalaman Clarence Seedorf. Hal ini terbukti tak terlalu sukses, karena pria asal Belanda ini tetap gagal meloloskan Rossoneri ke Eropa dan juga tak pernah benar-benar berada dalam posisi aman di kursi kepelatihannya.
3 dari 7 halaman

Transfer Yang Buruk

Transfer Yang Buruk

Kebijakan transfer Milan yang berantakan di awal musim tak banyak membantu untuk menambal kekurangan materi mereka dan juga membenahi performa tim. Mendapatkan dana 12 juta Euro dari hasil penjualan Kevin-Prince Boateng, Rossoneri melakukan pembelian yang kurang efektif seperti Alessandro Matri (11 juta Euro), Cristian Zapata (6 juta Euro), Jherson Vergara (2 juta Euro), dan Ricardo Saponara (3,6 juta Euro).

Matri hanya setengah musim berada di San Siro, sementara Zapata, Vergara, dan Saponara kesulitan menembus skuat inti Milan. Di sisi lain, sejumlah rekrutan 'gratis' juga tampil tidak terlalu istimewa. Kaka tampil cukup baik bersama Milan meskipun gagal mengulang performa cemerlang pada periode pertama bermain di San Siro. Valter Birsa, Matias Silvestre (pinjaman), dan Kevin Constant juga tampil biasa-biasa saja.
Performa pemain baru yang didatangkan di musim dingin masih sedikit lebih baik. Adil Rami dan Adel Taarabt mampu tampil di atas ekspektasi, sementara Keisuke Honda dan Michael Essien nampak masih kesulitan beradaptasi di Italia.
4 dari 7 halaman

Ketergantungan Pada Mario Balotelli

Ketergantungan Pada Mario Balotelli

Mencetak 14 gol, tiga di antaranya melalui titik putih, dalam 30 laga sejatinya bukan merupakan prestasi yang buruk. Namun performa Balotelli musim ini cukup angin-anginan dan kerap gagal menjadi juru selamat saat Milan benar-benar membutuhkan golnya.

Selain itu penyakit lamanya selama masih bermain di Inter Milan dan Manchester City juga kembali kambuh, yaitu kerap bermasalah dengan faktor non teknis di luar lapangan dan mengeluarkan komentar yang tidak perlu kepada media. Koleksi sepuluh kartu kuning dan satu kartu merah sepanjang musim ini juga jelas bukan torehan yang wajar bagi seorang striker.
5 dari 7 halaman

Problem Cedera

Problem Cedera

Sejumlah pemain penting Milan mengalami cedera yang cukup serius musim ini. Sebut saja striker Stephan El Shaarawy yang absen hampir sepanjang musim. Striker Giampaolo Pazzini juga sempat absen cukup lama di paruh pertama, membuat opsi di lini depan menjadi sangat terbatas

Duo fullback reguler Ignazio Abate dan Mattia De Sciglio juga cukup lama mengalami cedera, membuat Milan sempat bereksperimen dengan menempatkan pemain yang posisi naturalnya bukan merupakan fullback di posisi tersebut, seperti Daniele Bonera dan Kevin Constant.
6 dari 7 halaman

Andalkan Veteran, Abaikan Youngster

Andalkan Veteran, Abaikan Youngster

Salah satu hal yang dianggap sebagai kelemahan terbesar Milan dalam satu dekade terakhir adalah keengganan mereka untuk melakukan regenerasi. Mereka terlalu menghargai jasa para pemain veteran dan jarang memberikan kepercayaan kepada pemain muda. Hal tersebut masih bisa dimaklumi pada era Carlo Ancelotti, mengingat mereka masih memiliki begitu banyak serdadu tua berkualitas. Namun untuk musim ini, kebijakan tersebut menjadi blunder.

Kaka (32), Christian Abbiati (34), Robinho (30), Philippe Mexes (32), Daniele Bonera (32), masih menjadi andalan meskipun performa mereka sudah jauh menurun. Di sisi lain, youngster menjanjikan semacam Gabriel, Ricardo Saponara, Andrea Petagna, M'baye Niang, dan Bryan Cristante justru lebih akrab dengan bangku cadangan.

Terhambatnya karir para pemain muda demi memberi tempat kepada para veteran berpotensi menjadi bumerang untuk Milan. Padahal mematangkan para youngster bertalenta tersebut lebih memiliki keuntungan untuk jangka panjang alih-alih memaksakan para pemain senior yang sudah tak bisa memberikan banyak hal lagi kepada klub.