Louis van Gaal, 'Serial Winner' di Old Trafford

Louis van Gaal, 'Serial Winner' di Old Trafford

Bola.net - - Manchester United resmi menunjuk Louis van Gaal sebagai manajer baru mereka untuk musim 2014/15 atau setelah dia selesai memimpin di Piala Dunia 2014. Sebuah pilihan yang masuk akal.

Van Gaal, 62, dinilai banyak pihak sebagai sosok paling tepat untuk mengembalikan nama besar United seperti era Sir Alex Ferguson, terutama setelah hancur-hancuran bersama David Moyes.

Sanggupkah sang pria Belanda, yang oleh The Guardian disebut 'serial winner' berkat kemampuannya meraih sederet gelar juara, memenuhi harapan publik Old Trafford tersebut?

Melihat track record kepelatihannya yang sangat identik dengan trofi, terlebih di musim debutnya bersama sebuah klub, van Gaal adalah arsitek terbaik untuk Red Devils saat ini.

Simak ulasan berikut.

1 dari 7 halaman

Ajax (1991-1997)

Ajax (1991-1997)

Louis van Gaal merupakan asisten Leo Beenhakker sampai 1991, ketika dia meneruskan peran mentornya tersebut di Ajax.

Waktu itu, van Gaal gagal membawa Ajax merebut gelar Eredivisie dari tangan PSV Eindhoven. Ajax finis peringkat dua.

Namun, kisah berbeda tersaji di kompetisi Eropa. Sang raksasa Amsterdam mengalahkan Osasuna, Gent dan Genoa guna meratakan jalan ke final UEFA Cup. Torino berdiri menghadang dalam upaya van Gaal untuk merengkuh trofi pertamanya. Hasil akhir: Torino takluk dan Ajax berjaya.

Meski bermain imbang 0-0 di kandang sendiri pada leg kedua, itu sudah cukup bagi Ajax untuk menjadi juara berkat keunggulan gol tandang lewat skor 2-2 pada pertemuan pertama di Italia.

Musim berikutnya, van Gaal mempersembahkan trofi Piala Belanda buat Ajax, lalu membawa timnya merajai Eredivisie tiga musim secara beruntun dari 1994 sampai 1996.

Selain itu, van Gaal juga memberi Ajax gelar Liga Champions dengan mengalahkan AC Milan 1-0 lewat sundulan Patrick Kluivert pada menit 85 di Vienna (1992) dan trofi UEFA Super Cup berkat kemenangan atas Real Zaragoza pada tahun 1995.
2 dari 7 halaman

Barcelona (1997-2000)

Barcelona (1997-2000)

Ketika almarhum Sir Bobby Robson diangkat menjadi General Manager oleh Barcelona, hanya ada satu nama yang ada di kepala para petinggi Blaugrana untuk menggantikannya. Dia adalah Louis van Gaal.

Van Gaal pun berlabuh di Camp Nou. Tak butuh waktu lama, efek kehadirannya langsung terasa.

Trofi pertama yang dipersembahkannya adalah dari ajang UEFA Super Cup. Barcelona, yang tampil mengusung status UEFA Cup Winners' Cup, dibawanya mengalahkan kampiun Liga Champions Borussia Dortmund.

Tak berhenti sampai di situ, van Gaal lalu membawa Barcelona juara La Liga dengan keunggulan sembilan angka dari runner-up Athletic Bilbao.

Gelar Copa del Rey juga diamankan setelah menang adu penalti melawan Real Mallorca, yang bermain sembilan orang di extra time menyusul kartu merah Oscar Mena dan Enrique Romero pada penghujung waktu normal.

Musim berikutnya (1998/99), Barcelona besutan van Gaal berhasil mempertahankan takhta La Liga. Namun, van Gaal kemudian memutuskan hengkang pada tahun 2000 karena gagal memberi trofi.
3 dari 7 halaman

Belanda, Barcelona, Ajax (2000-2003)

Belanda, Barcelona, Ajax (2000-2003)

Louis van Gaal hengkang dari Barcelona pada Mei 2000, kemudian dipercaya menempati kursi pelatih timnas Belanda untuk kali pertama dalam kariernya.

Namun, itu merupakan masa-masa suram bagi van Gaal. Dia gagal meloloskan Oranje ke putaran utama Piala Dunia 2002 di Jepang dan Korea Selatan.

Van Gaal mundur pada Januari 2002 dan kembali ke Barcelona di musim panas tahun tersebut.

Hanya saja, periode kedua kepelatihannya di Barcelona tak seindah yang pertama. Van Gaal pun meninggalkan Camp Nou di Januari 2003 dalam kondisi Barcelona tertinggal 20 poin dari pemimpin klasemen sementara La Liga Real Sociedad.

Setelah itu, van Gaal mengisi pos Direktur Teknik Ajax. Namun, itu juga tak bertahan lama.
4 dari 7 halaman

AZ Alkmaar (2005-2009)

AZ Alkmaar (2005-2009)

Apa yang terjadi selama 2000-2003 membuat banyak pihak menganggap bahwa Louis van Gaal sudah kehilangan sentuhan ajaibnya. Namun, anggapan itu musnah setelah AZ Alkmaar memutuskan untuk memakai jasanya pada Juli 2005.

AZ Alkmaar tidaklah sebesar Ajax, PSV Eindhoven atau Feyenoord. Namun, sepak terjang mereka menyita perhatian publik Eropa berkat keberhasilan mengamankan posisi dua Eredivisie di bawah PSV di musim perdana mereka bersama van Gaal. Musim berikutnya, AZ Alkmaar juga dibawanya ke final Piala Belanda meski hanya berakhir sebagai runner-up.

Memang tak ada trofi selama periode itu. Namun, semua hanya tinggal menunggu waktu.

Di musim 2008/09, van Gaal membawa AZ Alkmaar merengkuh trofi Eredivisie mereka yang kedua setelah puasa panjang sejak meraih gelar pertamanya pada tahun 1981 silam. Prestasi musim itu pun semakin memuaskan kalau mengingat bahwa AZ Alkmaar juga sempat mencatatkan streak 28 laga tanpa tersentuh kekalahan.
5 dari 7 halaman

Bayern Munich (2009-2011)

Bayern Munich (2009-2011)

Louis van Gaal meninggalkan AZ Alkmaar dan bergabung dengan Bayern Munich pada musim panas 2009. Waktu itu, kritik-kritik tentang dia yang tak sanggup meraih trofi sudah hampir tidak terdengar lagi.

Langkah pertama yang diambil van Gaal setelah menggantikan Jurgen Klinsmann adalah memboyong Arjen Robben ke Allianz Arena. Itu kemudian menjadi transfer yang memberi dampak positif sangat besar.

Bayern merebut gelar Bundesliga dari tangan Wolfsburg dengan keunggulan lima angka atas runner-up Schalke.

Lalu, van Gaal menambahkan DFB Pokal ke deretan trofi sang raksasa Bavaria berkat kemenangan mudah 4-0 melawan Werder Bremen, final di mana Robben membuka skor dari titik penalti.

Van Gaal sebenarnya berpeluang meraih treble pada musim itu (2009/10). Namun, di final Liga Champions, Bayern ditekuk Inter Milan besutan Jose Mourinho, yang notabene merupakan mantan anak didik dan asistennya ketika masih di Barcelona.

Di musim 2010/11, van Gaal membawa Bayern mengawali perjalanan mereka dengan menjuarai DFL-Supercup.

Hanya saja, menurunnya performa tim membuat van Gaal dipecat oleh Bayern pada 10 April 2011 atau saat The Bavarians terancam gagal finis tiga besar di Bundesliga.
6 dari 7 halaman

Belanda (2012-2014), MU (2014-?)

Belanda (2012-2014), MU (2014-?)

Louis van Gaal diberi tugas untuk mengembalikan nama besar Belanda sebagai salah satu kekuatan terbaik Eropa setelah tampil buruk di EURO 2012 bersama Bert van Marwijk (finis juru kunci Grup B).

Di tangan van Gaal, Belanda mulai menunjukkan kebangkitan. Mereka lolos dengan cukup nyaman dari kualifikasi Piala Dunia 2014 dengan sembilan kemenangan dan satu hasil imbang serta goal difference 34-5.

Tugas berikutnya bagi van Gaal adalah membawa Belanda melangkah sejauh mungkin pada putaran utama di Brasil sebagai hadiah perpisahan yang manis sebelum hengkang dan terbang ke Old Trafford.

Musim depan, absen di Eropa, Manchester United hanya akan mengikuti tiga kejuaraan domestik, yakni Premier League, FA Cup dan Piala Liga.

Sanggupkah van Gaal membangkitkan Red Devils dengan meraih setidaknya satu trofi atau justru tiga sekaligus? Semua akan terjawab pada waktunya.

Kita tunggu saja sepak terjang mereka.