
Bola.net - Bola.net - Laga seru terjadi di final Piala Presiden 2017 yang mempertemukan antara Arema FC melawan Pusamania Borneo FC (PBFC) pada hari Minggu, (12/3) di Stadion Pakansari, Bogor. Kedua tim tampil terbuka dan tidak mengendurkan permainan hingga laga usai.
PBFC yang pada fase sebelumnya tampil sangat kokoh di lini pertahanan harus terkapar di hadapan para mesin gol Arema FC yang dipimpin oleh Cristian Gonzales. Pesut Etam pun harus mengakui keunggulan Arema FC dengan skor telak 5-1 pada final ini.
Kemenangan telak yang diraih oleh Arema FC ini tentu saja tidak lepas dari penampilan apik Gonzales. Bomber gaek berusia 40 tahun ini mampu memberikan teror bagi lini belakang PBFC. Teror tersebut kemudian berujung pada tiga gol yang ia cetak.
Advertisement
Hattrick El Loco, plus gol Hanif Sjahbandi dan bunuh diri Maicel Orah memastikan Arema FC menang dengan skor 5-1. Gol hiburan bagi PBFC dicetak oleh pemain pengganti Firly Apriansyah.
Lantas, apa yang menjadi catatan kesuksesan Arema FC memenangkan pertandingan ini? Berikut ulasan selengkapnya:
Magis Gonzales
Cristian Gonzales kembali menunjukkan kelasnya sebagai salah satu penyerang terbaik yang bermain di Indonesia. Dengan segudang pengalaman yang ia miliki, El Loco mampu tampil prima di laga final saat Arema FC melawan PBFC.
Seolah ingin mengulang aksi heroiknya pada laga semifinal leg kedua melawan Semen Padang, Gonzales kembali menjadi pahlawan bagi Arema FC.
Jika pada laga melawan Semen Padang ia memborong lima gol, maka pada laga final ia mencetak hattrick. Tentu ini bukan perkara yang mudah menilik laga final tentu memiliki tekanan dan tensi permainan yang tinggi.
Gonzales mencetak delapan gol hanya dari dua laga [lawan Semen Padang dan PBFC].
Catatan penyerang berusia 40 tahun kian sempurna tatkala ia dinobatkan sebagai pencetak gol terbanyak di Piala Presiden 2017. Gonzales mencetak 11 gol dan menyisihkan penyerang Semen Padang, Marcel Sacramento.
Konsistensi Adam Alis
Sempat terjadi kekhawatiran tentang kekuatan lini tengah Arema FC pada laga final. Pasalnya, pelatih Aji Santoso tidak bisa memainkan Ahmad Bustomi yang harus menghadiri acara pernikahan adik kandungnya.
Bustomi selama ini selalu menjadi andalan Aji di lini tengah. Kemampuannya mendistribusikan bola membuat Bustomi sebagai pusat permainan Arema FC.
Saat Bustomi absen, mala Aji memainkan Adam Alis Setyano di pusat permainan. Jika dibandingkan dengan Bustomi, Adam Alis sejatinya lebih cenderung bermain ofensif. Berbeda karakter dengan Bustomi yang bermain di area dalam.
Namun, Adam Alis mampu menjawab kepercayaan itu dengan baik. Distribusi bolanya sangat bagus dan yang menjadi nilai lebih adalah daya jelajah yang tinggi. Walhasil, duetnya dengan Hanif Sjahbandi terlihat saling melengkapi dan sangat solid.
Faktor kunci lain, Adam Alis mampu membatasi ruang bagi Asri Akbar yang selama ini jadi pengatur serangan PBFC. Dengan gaya bermain yang lebih agresif, Adam mampu memberikan tekanan pada Asri dan juga gelandang PBFC lain.
Menghilangnya Johan Alfarizi
Janggal. Itulah kata yang tepat untuk menunjukkan aksi Johan Alfarizi pada laga final melawan PBFC. Bek kiri Arema FC ini tidak tampak agresif seperti yang biasa ia lakukan pada laga sebelumnya.
Alih-alih banyak membantu serangan dengan akselerasinya, Alfarizi justru bermain anteng di barisan bertahan. Ia sangat jarang terlibat serangan hingga merangsek ke arema kotak penalti, seperti yang selama ini menjadi ciri khasnya.
Meski tampil janggal, Alfarizi justru menjadi kunci bagi Arema FC. Pasalnya, ia begitu disiplin bertahan sehingga membuat serangan sayap andalan PBFC tidak mampu berkembang. Arema sayap Arema FC begitu sulit ditembus.
Biasanya, seorang Terens Puhiri selalu siap menjadi senjata dalam skema serangan balik racikan Ricky Nelson. Namun, hal tersebut sama sekali tidak nampak di laga melawan Arema FC. Terens tidak punya kesempatan untuk memberikan ancaman.
Apa yang terjadi dengan Terens ini tentu menjadi kesuksesan bagi Alfarizi.
Hal yang sama juga terjadi di sisi bek kanan. Saiful Indra Cahya juga tidak banyak maju membantu serangan. Kalaupun membantu serangan, Indra tidak akan berada jauh-jauh dari garis tengah lapangan.
Perubahan Taktik PBFC
PBFC nampak ingin memberikan sebuah kejutan bagi Arema FC dengan langsung tampil menyerang sejak peluit kick off. Pada menit 4, Rival Lastori dan Reinaldo da Costa mendapatkan peluang yang memberikan sebuah ancaman untuk lini bertahan dari Arema FC.
Namun, pilihan taktik menyerang dari Ricky Nelson ini agaknya punya resiko besar. Saat Arema FC sudah menemukan momentum gol, maka PBFC seperti belum siap untuk membangun pertahanan.
Akhirnya, gawang mereka begitu mudah untuk di bobol oleh pemain Arema FC. Hal yang sama pernah dilakukan oleh Semen Padang.
Selain pilihan taktik, keroposnya lini belakang PBFC juga dipengaruhi oleh cedera yang menimpa Kunihiro Yamashita. Ia adalah duet sejati bagi seorang Dirkir Glay di lini pertahanan PBFC. Keduanya punya postur yang sama bagusnya. Begitu juga dengan pengertian keduanya.
Setelah bek asal Jepang itu harus meninggalkan lapangan, nampak sekali betapa buruknya cara PBFC dalam bertahan. Mereka juga seperti kehilangan rasa percaya diri dan bermain dengan gugup. Lima gol bersarang dan semua terjadi setelah Yamashita ditarik keluar.
Mentalitas Spesialis Turnamen
Sukses menjuarai Piala Presiden 2017 meneguhkan julukan Arema FC sebagai tim spesialis turnamen pramusim. Julukan tersebut tentu saja tidak muncul begitu saja tanpa ada sebuah alur histori yang sebelumnya sudah dirajut.
Sebelum mendapatkan gelar Piala Presiden, Arema FC sudah mengantongi gelar Bali Island Cup dan Trofeo Bhayangkara. Kedua gelar tersebut diraih pada tahun 2016 yang lalu. Catatan ini tentu saja membuat mentak pemain Arema FC lebih siap.
Nama-nama seperti Cristian Gonzales, Esteban Viscarra, Johan Alfarizi, Benny Wahyudi hingga Kurnia Meiga adalah penggawa Arema FC yang sudah kenyang pengalaman bermain di laga final. Ini menjadi keunggulan bagi Arema FC.
Mereka bisa menjadi mentor yang baik bagi Adam Alis, Nasir, Bagas Adi Nugraha hingga Hanif Sjahbandi. Kombisinasi pemain muda dengan jam terbang tinggi dan pemain yang sudah penuh pengalaman akan membuat permaina Arema FC begitu stabil.
Kondisi ini berbeda dengan yang terjadi di PBFC. Tak banyak pemain yang punya pengalaman macam Gonzales maupun Kurnia Meiga. Tentu saja hal ini terjadi lantaran PBFC hanya menurunkan tim pelapisnya dibandingkan dengan tim utama.
Advertisement
Berita Terkait
-
Bola Indonesia 7 Maret 2017 01:04
-
Bola Indonesia 6 Maret 2017 21:47
-
Bola Indonesia 6 Maret 2017 04:51
Ini Kunci Cristian Gonzales Cetak Quin-trick Kontra Semen Padang
-
Bola Indonesia 11 Februari 2017 21:15
-
Bola Indonesia 5 Februari 2017 09:18
LATEST UPDATE
-
Piala Dunia 22 Maret 2025 08:41
-
Bola Indonesia 22 Maret 2025 07:53
-
Tim Nasional 22 Maret 2025 07:44
-
Tim Nasional 22 Maret 2025 07:42
-
Tim Nasional 22 Maret 2025 07:29
-
Piala Eropa 22 Maret 2025 07:15
MOST VIEWED
HIGHLIGHT
- 5 Pemain Gratisan yang Bisa Direkrut Manchester Un...
- Di Mana Mereka Sekarang? 4 Pemain 17 Tahun yang Pe...
- 7 Eks Pemain Real Madrid yang Bersinar di Tempat L...
- 10 Opsi Striker untuk Man United: Solusi Ruben Amo...
- 5 Pemain yang Pernah Membela PSG dan Liverpool
- 7 Mantan Rekan Setim Cristiano Ronaldo yang Pernah...
- Di Mana Mereka Sekarang? 5 Pemain yang Diminta Pau...