Kaledoskop Sepakbola Indonesia 2017: Kontroversi dan Kering Prestasi

Kaledoskop Sepakbola Indonesia 2017: Kontroversi dan Kering Prestasi
Bhayangkara FC juara Liga 1 2017 (c) Fitri Apriani

Bola.net - Bola.net - Pasang surut terjadi di belantika sepakbola nasional sepanjang tahun 2017 ini. Tak hanya cerita manis, kisah pahit dan miris juga mewarnai alur perjalanan sepakbola Indonesia.

Kontroversi masih menyelimuti kompetisi sepakbola nasional yang mulai tahun ini memperkenalkan penggunaan nama baru, mulai dari Liga 1, Liga 2 hingga Liga 3.

Sementara itu tim nasional Indonesia di berbagai level usia juga masih belum menunjukkan kemajuan yang berarti meski sudah melakukan perombakan di sektor pelatih.

Untuk lebih lengkapnya, simak dalam Kaleidoskop Sepakbola Indonesia 2017 yang sudah Bola.net rangkum berikut ini.

Regulasi Tak Konsisten

Sebuah trobosan dilakukan oleh PSSI pada kompetisi musim 2017. Dengan dalih kepentingan Timnas Indonesia U-22, PSSI dan PT Liga Indonesia Baru [PT LIB] membuat regulasi pemain anyar untuk Liga 1 dan Liga 1. Di Liga 1, setiap klub diwajibkan memainkan tiga pemain U-22 dengan durasi minimal 45 menit.

Sebagai konsekuensi, setiap klub Liga 1 boleh melakukan hingga lima pergantian pemain dalam satu laga. Aturan ini sempat menuai kontroversi. PSSI pun harus berkonsultasi dengan FIFA sebelum akhirnya menerapkan regulasi ini di Liga 1. Regulasi ini sebelumnya sudah dicoba di turnamen pramusim Piala Presiden 2017.

“Sudah (dibicarakan kepada FIFA). Harus sepakat dong, masa tidak sepakat. Kena sanksi itu kalau kita ini ribut-ribut,” kata Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi.

Namun, regulasi ini tidak diterapkan secara konsisten. PSSI yang membuat, PSSI pula yang mencabut regulasinya. Seiring digelarnya Sea Games 2017 dan Kualifikasi Piala Asia 2017, regulasi pemain U-22 digugurkan sementara. Sebelum akhirnya gugur secara permanen.

Sementara, di Liga 2 berlaku regulasi bahwa setiap klub hanya boleh mengontrak lima pemain yang berusia di atas 25 tahun. Beda dengan yang berlaku di Liga 1, regulasi Liga 2 berlaku hingga akhir musim. Pada akhirnya banyak pemain muda bermunculan di Liga 2 yang kini promosi ke klub-klub Liga 1.

Masih soal regulasi, di Liga 1 musim 2017 juga diberlakukan aturan marquee player. Michael Essien jadi marquee player pertama Liga 1, yang bahkan datang sebelum regulasi dibuat. Menyusul kemudian Peter Odemwingie, Mohamed Sissoko hingga Paulo Sergio.

Korban Nyawa Suporter

Seperti yang terjadi pada musim-musim sebelumnya, masih ada cerita kelam suporter sepakbola di Indonesia. Sepanjang tahun 2017, korban nyawa dari para ‘pemain ke-12’ ini masih jadi masalah besar bagi sepakbola nasiona. Bahkan, salah satu kasus meninggalnya suporter melibatkan suporter dengan atribut aparat militer.

Berdasarkan catatan Save Our Soccer [SOS] selama tahun 2017 ada 12 orang suporter meregang nyawa demi mendukung tim pujaan mereka. Ini adalag rekor terbanyak sepanjang sejarah sepakbola Indonesia.

Kasus kematian suporter yang paling menyita perhatian, adalah Banu Rusman. Ia adalah pendukung klub Liga 2 Persita Tanggeran. Banu mendukung Persita melawan PSMS Medan di Stadion Mini Cibinong. Banu mengalami pendarahan di otaknya.

Bentrokkan yang menewaskan Banu bermula dari masuknya fans Persita ke lapangan begitu laga usai. Situasi memanas karena ada lemparan ke arah suporter PSMS yang didominasi oleh aparat TNI, yang jumlahnya memang sangat banyak. Bentrokan pun tidak lagi terhindarkan.

“Saya akan usut tuntas persoalan kericuhan saat prtandingan PSMS Persita, yangg bersalah dihukum. Saya tegaskan yang bersalah pasti dihukum,” kata Ketua Umum PSSI yang sekaligus menjabat Pangkostrad di akun twitter miliknya pada 12 Oktober 2017.

Kontroversi Juara Liga 1

Ada dua pesta di pekan terakhir Liga 1 musim 2017. Di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Bali United menggelar panggung dan pesta dengan tajuk ‘The Real Champions’. Sementara itu, di tempat lagi ada Bhayangkara FC yang merayakan gelarnya sebagai juara Liga 1.

Bhayangkara FC menjadi juara Liga 1 setelah unggul head to head atas Bali United. Namun, bukan di situ yang menjadi pangkal adanya dua pesta juara. Bhayangkara FC mendapat tiga poin ‘gratis’ setelah Komdis PSSI menganulir hasil laga kontra Mitra Kukar lantaran dimainkannya Mohamed Sissoko yang harusnya absen.

Masih dari Liga 1, catatan tunggakan gaji pemain juga masih terjadi di tahun 2017. Tapi, kali ini beberapa klub punya dalih yang kuat. Mereka belum membayar gaji pemain karena subsidi dari PT LIB belum dibayar. Memang benar, PT LIB belum membayar subsidi tahap ketiga.

Peristiwa lain yang mendapat sorotan pada tahun 2017 adalah gol solo run Terens Puhiri di laga Borneo FC melawan Mitra Kukar. Gol Terens ini mendunia dan kerap dibandingkan dengan gol Gareth Bale ke gawang Barcelona. Tapi, gol Terens tidak mampu mengalahkan gol Septian David Maulana ke gawang Persiba Balikpapan yang jadi gol terbaik Liga 1.

Soal Nasionalisme

Nasionalisme menjadi isu yang sensitif sejak tampuk kepemimpinan Edy Rahmayadi sebagai Ketua Umum PSSI. Sang Pangkostrad beralasan nasionalisme saat menerapkan regulas pemain U-22 di awal Liga 1 musim 2017. Edy juga mengejek beberapa pemain dengan cap tidak nasionalis karena enggan bermain di Timnas.

Kiper Juventus, Emil Mulyadi, jadi sosok pertama yang dicap tidak nasionalis karena enggan membela Timnas Indonesia. Selain itu, ada juga nama Andri Syahputra, Rezaldi Hehanusa, hingga Evan Dimas dan Ilhamudin Armayn.

Kasus dua nama terakhir kini sedang hangat jadi perbincangan publik. Keputusan Evan dan Ilham yang pindah ke Selangor FA rupanya diberi nilai lain oleh Edy. Menurutnya, kepergian kedua pemain ke Malaysia bisa membocorkan kekuatan Timnas Indonesia ke negara lain. Maka jadilah polemik yang hingga kini belum terselesaikan.

Fenomena Persebaya

Kongres PSSI di bulan Januari 2017 mengembalikan status Persebaya Surabaya sebagai anggota PSSI dan berhak kembali berkompetisi. Bahkan, Persebaya mendapatkan ‘golden tiket’ dengan langsung bermain di Liga 2, sementara tim seperjuangan mereka harus bermain di Liga 3.

Iwan ‘The Special Wan’ Setiawan dipercaya sebagai pelatih. Namun, karena hasil kurang baik di awal Liga 2, Iwan pun dipecat setelah mendapatkan tekanan suporter Persebaya, Bonek. Angel Afredo Vera yang ditunjuk sebagai pengganti Iwan. Hasilnya, Persebaya pun jadi juara Liga 2 dengan mengalahkan PSMS Medan di final.

Namun, bukan disitu persoalan yang menarik. Sukses promosinya Persebaya ke Liga 1 sekaligus mengemukakan kasus Transfer Matching System [TMS] yang kabarnya dipakai oleh Bhayangkara FC, klub yang pada riwatnya juga pernah memakai nama Persebaya.

Bonek, seperti biasanya, selalu militan dalam mendukung Persebaya. Dalam kasus TMS ini, Bonek pun melakukan aksi turun ke jalan untuk menuntuk Bhayangkara FC mengembalikan TMS milik Persebaya. Pada akhirnya, kasus TMS ini telah dituntaskan oleh PSSI. Persebaya sudah punya TMS, Bhayangkara pun sudah punya TMS.

Bongkar Pasang Pelatih Timnas

PSSI meresmikan Luis Milla Aspas sebagai pelatih anyar Timnas Indonesia dalam jumpa pers yang digelar di kantor PSSI Pusat, Jakarta, Jumat (20/1) petang. Milla dikontrak menjadi suksesor Alfred Riedl yang kontraknya kontraknya tak diperpanjang usai Piala AFF 2016.

Milla dikontrak selama 2 tahun dengan target tinggi membawa Timnas Indonesia U-22 keluar sebagai juara pada ajang SEA Games 2017 di Kuala Lumpur.

zSementara itu, Indra Sjafri dipastikan kembali menduduki jabatan sebagai pelatih timnas U-19 Indonesia. Sebelum menunjuk Indra, PSSI memiliki satu kandidat lainnya yakni Wolfgang Pikal. Namun pada prosesnya, PSSI lebih memilih Indra lantaran dia pernah membawa skuat Garuda menjuarai Piala AFF U-19 edisi 2013.

Sementara itu untuk pelatih timnas U-15 akan ditukangi oleh Fakhri Husaini. Sebelumnya di level U-15, PSSI memiliki kandidat lain yakni Rudy Eka Priyambada.

Timnas Berbagai Level Masih Kering Prestasi

Timnas U=-16 hanya ampu menempati posisi lima klasemen Grup A dalam ajang Piala AFF U-15 2017. Prestasi mereka hanya lebih baik dari Singapura yang tak bisa meraih satu poin pun.

Timnas Indonesia U-22 gagal lolos ke putaran final Piala Asia U-23 2018 usai hanya bermain imbang 0-0 melawan tuan rumah Thailand dalam laga ketiga Grup H babak kualifikasi di National Stadium, Bangkok, Minggu (23/7).

Timnas U-22 Indonesia harus mengakhiri perjalanan mereka di SEA Games 2017 dengan mengecewakan. Berhadapan dengan Timnas Malaysia di babak semifinal, Indonesia harus menelan kekalahan tipis dengan skor akhir 1-0.

Timnas Indonesia sukses menyabet medali perunggu di SEA Games 2017. Medali tersebut diraih oleh Garuda Muda usai membekap Myanmar pada laga di Stadion Selayang, Malaysia, Selasa (29/8/2017) sore WIB.

Impian Timnas Indonesia untuk berlaga di final Piala AFF U-18 2017 harus terkubur. Meski lebih menguasai laga dan menciptakan banyak peluang, Indonesia harus mengaku keunggulan Thailand lewat drama adu penalti di partai semifinal.

Timnas Indonesia U-19 tidak pulang dengan tangan kosong dari Myanmar di ajang Piala AFF U-18. Tim Garuda Muda Nusantara mengalahkan tuan rumah, Myanmar, dalam merebutkan posisi ketiga setelah masing-masing dari kedua tim ini tersingkir di babak semi final. Dalam pertandingan yang dihelat di Stadion Thuwunna, Yangon pada hari Minggu (17/9), Indonesia menang telak dengan skor 1-7.

angkah Timnas Indonesia U-16 di babak Kualifikasi Piala Asia U-16 2018 di Grup G tidak terbendung. Timnas Indonesia sukses mengemas kemenangan keempat usai membekuk Laos dengan skor 3-0, Jum’at, (22/9) sore.

Indonesia dipastikan tidak lolos fase kualifikasi Piala Asia U-19 usai dikalahkan Malaysia 1-4, namun Indonesia tetap lolos ke putaran final dengan menggunakan jatah sebagai tuan rumah putaran final.

Bola.net - Timnas Indonesia gagal menjuarai ajang Aceh World Solidarity Cup (AWSC) 2017. Dalam pertandingan pamungkas, yang dihelat di Stadion Jatapan Bangsa Banda Aceh, Rabu. (06/12), Evan Dimas dan kawan-kawan harus menyerah 0-1 dari Kirgizstan.