Inspiring Football: Belajar Pribadi Yang Baik Dari Mr Guardiola

Inspiring Football: Belajar Pribadi Yang Baik Dari Mr Guardiola

Bola.net - - Kualitas pribadi seorang individu seringkali baru akan ketahuan, apabila dirinya terlibat ke dalam sebuah kelompok kerja. Kemampuan beradaptasi serta memperlakukan orang lain guna menuju tujuan bersama pastinya akan ada ukurannya.

Paham waktunya kapan harus menang, kapan harus mengalah untuk mencapai tujuan bersama di kelompok kerja adalah salah satu variabel dinilai tingginya kemampuan man management seseorang dalam tim.

Ketika membahas topik di atas, salah satu tokoh yang layak diangkat sebagai percontohan adalah Josep Guardiola, pria Spanyol yang baru saja diresmikan sebagai der trainer anyar Bayern Munich.

Pribadinya yang rendah hati nan membumi layak diteladani dan dijadikan sumber inspirasi, baik sebagai lakon sepakbola atau pun sebagai manusia biasa. Berikut beberapa hal yang kita pelajari dari pribadi Mister Pep.

1 dari 7 halaman

Jangan Sombong

Jangan Sombong

Pada usianya yang ke-20 tahun, ia sudah diangkat sebagai pemain utama Barcelona. Harusnya untuk anak seumuran dirinya waktu itu, normalnya ia akan bisa sombong membanggakan itu semua.

Nyatanya tidak, "Tiga tahun dari kejadian itu ia tetap membawa mobil VW Golf lamanya ke klub," ujar Ronald Koeman, rekan satu timnya saat itu.

Pelajaran: Tidak perlu congkak ketika Anda naik status atau pun mendapat kenaikan salary.

2 dari 7 halaman

Haus Informasi

Haus Informasi

Kelebihan Pep sedari ia jadi pemain hingga pelatih adalah selalu haus akan informasi. Ia kerap menginterogasi para manajernya akan pertanyaan pertanyaan kritis.

Koeman kembali bersaksi "Dia selalu punya pertanyaan, dia memang begitu lapar akan informasi, dia ingin tahu segalanya."

Pelajaran: Bertanya adalah sarana pembelajaran diri, tidak perlu khawatir sekali pun dianggap bodoh oleh orang lain.
 

3 dari 7 halaman

Kontrol Secara Total

Kontrol Secara Total

Ketika pertama kali ia menukangi Barca sebagai pelatih, di mendapati warisan skuat 2008 milik Rijkaard yang malas. Ia pun menerapkan denda ketat akan setiap pelanggaran yang ada. Kesaksian Xavi, "Ia mengawasi segalanya laksana seekor elang."

Pelajaran: Semua harus dikerjakan dengan baik, jika Anda ingin berhasil.
 

4 dari 7 halaman

Loyalitas dan Trust

Loyalitas dan Trust

Salah satu yang dimilik Pep di Barca adalah sikap percaya (trust) mayoritas pasukannya. Lebih banyak yang mendukung Pep ketimbang pemain yang berani menggunjingnya di belakang.

Alhasil orang-orang yang percaya tersebut begitu loyal pada Pep. "Jika saya diminta melompat dari atas tribun Nou Camp, pasti ada sesuatu kebaikan bagi saya yang ada di bawah sana," kata Dani Alves waktu itu.

Pelajaran: Rasa percaya dan tidak saling curiga dibutuhkan seorang pemimpin.
 

5 dari 7 halaman

Inovasi Dalam Memotivasi

Inovasi Dalam Memotivasi

Ketika memenangi gelar Liga Champions tahun 2009 di Roma, Pep memutar klip film Gladiator dikombinasikan dengan aksi-aksi timnya menjuju ke final.

Pep tak mengucapkan sepatah kata pun, dan sebagian prajurit Barca malah menangis saat itu. Hasilnya Manchester United dibekap 2-0 setelah pemompaan motivasi di ruang ganti Olimpico Stadium tersebut.

Pelajaran: motivasi yang efektif tak selamanya lewat kata-kata.
 

6 dari 7 halaman

Sikap Egois Tak Dibutuhkan

Sikap Egois Tak Dibutuhkan

Saat rezim Pep berkuasa di Nou Camp sejumlah nama besar banyak yang ditendang, bukan karena mereka-mereka tidak bertalenta, namun karakter yang tidak tepat membuat mereka mengecewakan Pep.

Sebut saja Samuel Eto'o, Deco, Ronaldinho dan terakhir Zlatan Ibrahomovic. Pep sudah terlalu lelah memberi kesempatan pemain-pemain egois yang begitu childish (kekanak-kanakan) tersebut.

Pelajaran: Sifat egois akan lebih banyak merugikan tim, pastinya!
 

7 dari 7 halaman

Konstan Mencari Tantangan Baru

Konstan Mencari Tantangan Baru

Pep bersama Barcelona semenjak kecil. Dimulai dari seorang ball boy, jadi pemain cadangan, jadi kapten hingga pelatih yang sukses. Sejatinya ia bisa saja tinggal selamanya bersama Blaugrana.

Namun tidak, setelah 4 musim berpetualang bersama, akhirnya ia memilih mundur. Saat itu ia dalam pidatonya berbicara "Anda harus paham kapan saatnya bagi Anda untuk mundur."

Pelajaran: berani ambil sikap keluar dari zona nyaman, dan ia kini akan memulai tantangan baru bersama Bayern.