EDITORIAL: Wasit, Media dan Duopoli La Liga

EDITORIAL: Wasit, Media dan Duopoli La Liga

Bola.net - - Sepakbola Spanyol sudah merajai dunia dalam waktu yang relatif panjang. Timnas maupun klub-klub Spanyol begitu ditakuti di oleh lawan-lawan mereka dari luar negeri.

Akan tetapi ada satu masalah nyata: Liga Spanyol terlalu dikuasai oleh duo Clasico, Real Madrid dan Barcelona FC. Uniknya, semua orang di Madrid dan Barca selalu menolak mengatakan hal itu. Alasannya sepele; sepakbola tak pernah bisa diduga dan ada beberapa klub potensial yang bisa menghadang salah satu dari duo Clasico menjadi juara.

Monopoli, atau duopoli, tak melulu berarti negatif. Madrid dan Barca memiliki gaya sepakbola yang berbeda dan sangat indah jika saling berhadapan. Tak bisa dibantah juga bahwa kedua klub itu dihuni pemain-pemain paling berbakat dunia.

Media Spanyol, seperti liganya, juga terpecah. Ada beberapa outlet yang condong ke Madrid, outlet lainnya condong ke Barca. Pengaruh media terhadap sepakbola Spanyol juga sangat besar, kadang bahkan juga melebar ke negara lain, terutama jika menyangkut transfer.

Lalu ada wasit. Wasit Spanyol punya kemampuan bagus yang sayangnya ternodai dengan reputasi sering memberikan keuntungan kepada tim-tim besar (Madrid dan Barca). Ini hanya anggapan, tetapi sudah seperti menjadi pengetahuan umum di Spanyol.

Kesalahan yang dilakukan wasit Muniz Fernandez dalam laga Elche melawan Real Madrid menunjukkan semuanya. Berikut penjelasannya.

1 dari 3 halaman

Duopoli

Duopoli

Dalam sembilan tahun terakhir, gelar juara La Liga selalu menjadi milik Barcelona atau Real Madrid. Barca enam kali, Madrid tiga kali. Jika salah satu dari duo Clasico juara, yang lain akan jadi runner up kecuali pada musim 2007-08 (Madrid juara, Villarreal runner up). Ini baru dari sisi prestasi.

Madrid dan Barca juga jauh mengungguli klub-klub lain dalam aspek penting yang lain; keuangan. Menyadari menjadi daya tarik utama La Liga, Madrid dan Barca ogah berbagi uang hak siar dengan klub-klub lain. Otoritas La Liga sejauh ini tak bisa berbuat banyak karena pengaruh keduanya memang terlalu kuat.

Kekuatan keuangan itu tercermin dalam belanja kedua klub setiap musim. Madrid dan Barca nyaris selalu punya uang untuk membeli pemain yang mereka inginkan. Madrid memiliki tradisi melakukan pembelian fantastis setiap musimnya sementara Barca membanggakan lulusan La Masia meski juga tak bisa dikatakan hemat.

Bursa transfer lalu menjadi buktinya. Ketika klub-klub lain menjual pemain-pemain terbaik mereka ke luar negeri, Barca dan Madrid masih bisa mengeluarkan uang dalam jumlah besar.

Sisi positifnya, Madrid dan Barca bisa membangun tim dahsyat yang begitu ditakuti di seantero Eropa.
2 dari 3 halaman

Media

Media

Perang di lapangan pun berlanjut di tataran media. Barca dan Madrid memiliki 'pendukung' masing-masing di pers Spanyol. Dukungan itu ditunjukkan secara terang-terangan dan kadangkala dukungan yang diberikan cenderung 'buta', layaknya seorang suporter.

Media pro Catalan marah besar dengan kontroversi yang terjadi di laga Elche-Madrid. Mundo Deportivo menulis: Elche kerampokan, Muniz penuh skandal. Sport tak kalah sengit: Benar-benar perampokan. Madrid menang dari Elche dengan bantuan nyata dari wasit.

Sementara itu, media pro Madrid lebih kalem dalam menyikapi keputusan Fernandez. Marca mengakui bahwa keputusan wasit memang salah, tapi tak membesar-besarkannya dan menulis: Masih berpeluang juara.

Masalahnya adalah, media memiliki pengaruh besar dalam membentuk opini fans. Bagi fans Madrid, mereka akan menganggap tulisan Marca sebagai kebenaran. Fans Barca jelas akan lebih percaya kepada Mundo Deportivo.

Berita-berita Madrid dan Barca selalu mendapat porsi besar dan secara otomatis memberikan pengaruh kepada semua orang, termasuk mereka yang netral dalam persaingan duo Clasico.
3 dari 3 halaman

Keberpihakan Wasit

Keberpihakan Wasit

Publik Spanyol sudah memiliki anggapan bahwa Madrid dan Barca selalu mendapat keistimewaan. Bukan cuma dari media, tapi juga dari otoritas sepakbola Spanyol dan kadang juga dari wasit di lapangan. Sebagai catatan, Madrid dan Barca merupakan penyumbang pemain terbanyak di timnas Spanyol.

Anda mungkin masih ingat bagaimana semua penggawa Barca dan Madrid yang mendapat hukuman di ajang Supercopa de Espana mendapatkan ampunan khusus dari Presiden RFEF Angel Maria Villar. Mourinho, Villanova, Marcelo, David Villa dan Mesut Ozil terlibat kerusuhan, termasuk aksi colok mata yang dilakukan Mou terhadap Vilanova pada pertandingan Supercopa de Espana 2011.

Dalam Supercopa edisi 2012, semua sosok itu seharusnya tidak boleh terlibat pertandingan. Akan tetapi Villar mengampuni semuanya. Alasan utamanya; Spanyol baru saja juara Euro 2012, jadi yang bersalah layak diberi keringanan. Agak tak masuk akal tetapi tetap terjadi dan tak ada yang melakukan protes!

Entah sengaja atau tidak, wasit Muniz Fernandez memberikan beberapa keputusan yang menguntungkan Madrid dalam laga melawan Elche. Begitu jelasnya kesalahan wasit hingga media pro Madrid pun mau tak mau mengakui bahwa Los Blancos tak sepatutnya menang.

Namun jika anda fans Barca dan menganggap Fernandez adalah wasit pro Madrid, maka anda salah. Sebelum memimpin laga Elche-Madrid, Fernandez menjadi pengadil dalam laga Barca-Sevilla. Sekadar mengingatkan, Fernandez menganulir gol sah Juan Cala. Selain itu, gol kemenangan Barca yang dicetak Alexis Sanchez juga tercipta setelah waktu tambahan telah habis.

Wajar jika kemudian publik skeptis menganggap wasit Spanyol, secara umum, memang lebih condong memberikan keuntungan kepada klub besar. Madrid dan Barca tak pernah sungkan mengkritik sang pengadil jika merasa dirugikan sedikit saja.

Sepertinya duopoli Barca dan Madrid masih akan terus berlangsung di Spanyol untuk waktu yang lama. Keduanya mendapatkan keunggulan di sisi keuangan, lebih disayang media, serta terkesan lebih disukai otoritas sepakbola setempat.