EDITORIAL: Tak Banyak Jalan Menuju Roma

EDITORIAL: Tak Banyak Jalan Menuju Roma
AS Roma baru kebobolan satu gol hingga giornata 9 (c) AFP

Bola.net - - Oleh: Gia Yuda Pradana

'Banyak jalan menuju Roma' merupakan sebuah ungkapan yang sangat lazim kita dengar. Namun di Serie A 2013/14, ungkapan itu sepertinya tidak berlaku lagi, setidaknya hingga perburuan Scudetto sudah memasuki giornata 9.

Di Italia, ungkapan yang sesuai saat ini justru 'tidak banyak jalan menuju Roma'. Lebih tepatnya, 'tidak banyak jalan menuju gawang AS Roma'.

Kalimat itu terinspirasi dari rekor impresif barisan pertahanan Giallorossi. Sejauh ini, gawang sang raksasa ibu kota baru kebobolan sekali, yaitu ketika mengalahkan tuan rumah Parma 3-1 di giornata 3. Rekor itu merupakan yang terbaik di kasta tertinggi Italia, mengalahkan Napoli yang kemasukan enam di urutan dua.

Selain itu, capolista pun mereka kuasai berkat sembilan kemenangan dalam sembilan laga sejak tirai musim anyar diangkat bulan Agustus silam. Lawan-lawan yang sudah dilewati juga bukan tim sembarangan. Beberapa di antaranya bahkan dikenal memiliki daya perusak hebat, seperti sang rival sekota Lazio, Inter Milan dan Napoli. Namun, semuanya tak berdaya di hadapan pertahanan Roma yang sekuat baja.

Saat melawan Inter dan Udinese, Roma bahkan bermain dengan 10 orang, tapi itu tak mencegah pasukan Rudi Garcia untuk meraup poin maksimal sekaligus mengamankan gawangnya dari kebobolan.


Bagaimana Garcia membangun benteng pertahanan Roma hingga begitu susah untuk diruntuhkan?

Sejak memangku jabatan pelatih di Olimpico pada 12 Juni 2013 setelah hijrah dari Lille, Garcia melihat bahwa Roma memerlukan sebuah perubahan signifikan. Musim lalu, ketika masih ditangani Zdenek Zeman maupun Aurelio Andreazzoli, Roma begitu rajin mencetak gol. Namun, gawang mereka juga sering bergetar karena lini belakang yang terlalu rapuh dan barisan tengahnya kehabisan energi gara-gara para gelandang dipaksa bekerja keras untuk membantu serangan sekaligus meng-cover pertahanan. Hasilnya, Roma finis di luar zona Eropa.

Garcia memperbaikinya. Perekrutan Kevin Strootman, yang juga seorang pass master dengan kekuatan fisik mumpuni seperti Daniele De Rossi serta Miralem Pjanic, memberi Roma tambahan keseimbangan di lini tengah.


(Nilai rata-rata performa starting eleven terbaik Roma hingga giornata 9 © WhoScored)

Kehadiran kiper veteran Morgan De Sanctis di bawah mistar merupakan suntikan pengalaman dan jaminan keamanan. Namun, perombakan besar-besaran yang dilakukan Garcia adalah pada back four Roma.

Ketika diasuh Luis Enrique maupun Zeman, kedua bek sayap Roma dibebani tugas menyerang cukup besar. Namun, dalam skema Garcia, mereka naik hanya jika diperlukan.

Terpenting, seperti dilansir Four Four Two, adalah perubahan mindset yang ditanamkan Garcia kepada para pemainnya. Garcia memotivasi serta meyakinkan seluruh penggawa Roma bahwa mereka merupakan pemain hebat dan sanggup memberikan yang terbaik demi mengembalikan Roma ke puncak Italia.

Efeknya luar biasa. (32) tampil hebat di posisi bek kanan, Federico Balzaretti (31) kuat dalam bertahan maupun menyerang di sektor kiri, sedangkan Mehdi Benatia dan Leandro Castan menjadi duet tangguh di jantung pertahanan.

Tak banyak jalan menuju gawang Roma. Baru Parma yang menemukannya, dan itu pun hanya sekali lewat sundulan Jonathan Biabiany meneruskan crossing Mattia Cassani dari sayap kanan.



Setelah itu, cara yang sama maupun metode-metode lainnya tak lagi mempan. Faktanya, Roma masih memiliki rekor 100 persen kemenangan dan belum kebobolan gol kedua. Siapa yang akan menciptakan gol kedua ke gawang Roma? Sederet tim sudah mengantre untuk melakukannya.


Hanya saja, tim-tim itu tak boleh melupakan bahwa defense bukanlah satu-satunya kekuatan Roma.

Ditunjang lini tengah disiplin dan solid, serangan Roma yang diarsiteki kapten Francesco Totti pun mengalir lancar. Dukungan dua pemain anyar dengan kepercayaan diri melimpah berkat wejangan Garcia pada diri Adem Ljajic dan pun membuat Roma tak bisa dihentikan sejauh ini.

Selain itu, para pelapis semisal Alessandro Florenzi, Marco Borriello, Vasilis Torosidis, Rodrigo Taddei, , serta Michael Bradley, yang selalu siap bermain maksimal kapan pun dibutuhkan, membuat atmosfer positif di kubu Roma meningkat pesat.

Torehan gol Roma yang sudah menyentuh angka 23, sama dengan milik Inter, terbanyak di Serie A hingga giornata 9, adalah bukti bahwa Giallorossi tak hanya kuat dalam bertahan namun juga saat menyerang.

Ibarat perang, pasukan Garcia kini sudah dilengkapi perisai tangguh sekaligus senjata mematikan untuk melewati siapa saja yang menghadang. Misi La Maggica jelas - mengalahkan sang juara bertahan Juventus serta rival-rival lain dalam perebutan takhta Italia.