EDITORIAL: Sturridge Sejatinya Hanyalah Pion, Bukan Pengeruk Poin

EDITORIAL: Sturridge Sejatinya Hanyalah Pion, Bukan Pengeruk Poin

Bola.net - - Oleh: Anang Porwoko

Namanya memang tak segempar Christian Benteke, yang berhasil membungkam di laga perdana Premier League. Tidak juga Fraizer Campbell yang sanggup menyiksa Manchester City. Namun sosok Daniel Sturridge jelas tak boleh dikesampingkan dari daftar bomber Liga Inggris saat ini.

Kontribusi tiga gol dari tiga pertandingan awal Premier League musim 2013/14, membantu memuncaki klasemen sementara di pekan ketiga, yang sekaligus menjadi start musim terbaik The Reds sejak 19 tahun silam.

Tak pelak, nama penyerang yang berusia 24 tahun ketika menjebol gawang Manchester United akhir pekan lalu itu mulai riuh berdengung di Anfield. Bersama Philippe Coutinho, keduanya diharapkan sanggup mengembalikan kejayaan si Merah.

Performa impresif Sturridge sebenarnya sudah terlihat sejak paruh kedua musim lalu, ketika ia didatangkan dari pada bursa transfer musim dingin. Meski sempat diganggu cedera selama masa pra musim, namun Sturridge berhasil mempertahankan ketajaman hingga saat ini. Akan tetapi ada perbedaan penampilan tim secara keseluruhan dibanding musim lalu. Poin absolut di awal musim 2013/14 seakan menandakan progres Liverpool, yang juga menunjukkan perbaikan kinerja sang manajer, Brendan Rodgers.

Kemenangan masing-masing satu gol dari Sturridge masih dianggap sebagian pengamat, sebagai akibat kurang ganasnya lini serang Liverpool. Absennya bomber Luis Suarez dianggap salah satu penyebab agak tersendatnya revolusi di Anfield. Bagaimanapun juga, keberadaan Sturridge di skuat Rodgers memang sangat krusial, melihat dari taktik yang belakangan digunakan Liverpool. Setidaknya ia masih mampu menjadi ujung tombak yang kerap merobek gawang lawan dengan kualitas yang dimiliki.

Namun yang menarik adalah ketika skuat besutan Rodgers berhasil mempertahankan kemenangan mereka di tiga pertandingan secara beruntun, dengan tanpa kebobolan. Hal itu menunjukkan jika Rodgers punya resep baru untuk menuai tiga poin di pertandingan.

Lini pertahanan adalah sektor yang musim ini menjadi fokus Rodgers. Hal itu terbukti dengan banyaknya pemain belakang yang didatangkan manajer asal Irlandia utara itu di bursa transfer. Kolo Toure, Aly Cissokho, Mamadou Sakho dan Tiago Iliori adalah daftar defender anyar, serta tak lupa kedatangan penjaga gawang Simon Mignolet. Sedangkan dari segi taktik yang kini terus dipertahankan Rodgers adalah berupaya menjaga kemenangan. Musim lalu, sejumlah kesalahan dasar dan blunder menjadi penyebab hangusnya sejumlah tiga poin yang sudah di depan mata.

Perubahan mencolok terlihat ketika dalam dua laga terakhir (versus Aston Villa dan Manchester United), di mana Liverpool seringkali berada dalam kondisi tertekan. Musim lalu, mereka tetap berupaya bermain agresif kendati lawan sedang mengendalikan ritme pertandingan. Namun tidak dengan musim ini. Seperti tampak pada dua laga terakhir, Rodgers terus meminta anak buahnya untuk tetap fokus dalam menjaga daerah. Perubahan formasi pun berpengaruh, di mana pada situasi bertahan bentuk mereka seketika bertransformasi menjadi 4-4-2, dari sebelumnya 4-3-3 ketika dalam kondisi menyerang.

Keberadaan Mignolet di bawah mistar jelas berperan besar pada strategi yang diterapkan Rodgers sejauh ini. Pemain asal Belgia itu menjadi pondasi kuat dari impian sang manajer, untuk membangun sebuah tembok kokoh di lini belakang.

Dengan target empat besar yang dibebankan di akhir musim, maka sikap Rodgers untuk 'membatasi' permainan cantik di setiap pertandingan bisa jadi ada benarnya. Filosofi ball possession yang digunakannya saat ini lebih berorientasi pada hasil akhir pertandingan, yakni poin.

Sturridge, sekali lagi, hanya merupakan salah satu bagian penting dari strategi Rodgers untuk mewujudkan target musim ini. Begitu juga dengan trio lini tengah, Gerrard-Lucas-Coutinho, yang kian solid, plus kuartet defender yang kokoh, Johnson-Toure-Agger-Enrique.

Yang menjadi pertanyaan kali ini mungkin tidak jauh dari pertanyaan kepada Liverpool di musim sebelumnya. Mampukah mereka menjaga konsistensi performa hingga akhir musim? Tanpa partisipasi di ajang internasional, agaknya harapan Kopites musim ini mungkin tak jauh dari kenyataan.