EDITORIAL: Potensi Kejutan di 4 Laga Sisa 16 Besar

EDITORIAL: Potensi Kejutan di 4 Laga Sisa 16 Besar

Bola.net - - Oleh Titis Widyatmoko, Penggemar Sepakbola

Laga perdelapan final Piala Dunia 2014 di pool atas selesai dengan menghasilkan line up perempat final: Brasil vs Kolombia dan Belanda vs Kosta Rika. Sesuai dengan ulasan saya sebelumnya, hasil ini tidak mengejutkan.

Dari empat laga awal perdelapan final, tidak ada satupun ramalan bursa taruhan dunia yang meleset. Kalau pun ada kejutan, tentu Brasil yang butuh adu penalti dan keberuntungan untuk bisa lolos. Namun toh Brasil tetap lolos.

Jika Belanda butuh dua gol di menit-menit akhir untuk lolos, bursa juga sudah memperkirakan bahwa peluang menang De Oranje memang tipis saja. Sesuai perkiraan, Kolombia bisa mengatasi Uruguay yang bermain tanpa Suarez dan Kosta Rika berhasil memulangkan Yunani meski harus susah payah.

Lantas bagaimana dengan empat laga perdelapan final yang tersisa? Apakah juga tidak meleset dari perkiraan bursa taruhan dunia, atau bakal memaparkan kejutan? Ini yang menarik. Dari empat laga sisa, beberapa potensial menghadirkan hasil di luar perkiraan.

Laga di pool bawah itu masing-masing Prancis vs Nigeria di Brasilia dan Jerman vs Aljazair di Porto Alegre. Pemenangnya bertemu pada perempat final di Rio de Janeiro. Dua laga lainnya, Argentina vs Swiss di Sao Paulo dan Belgia vs Amerika Serikat di Salvador. Pemenangnya akan berduel dalam laga perempat final di Brasilia.

Sejauh ini, bursa masih mengunggulkan Prancis, Jerman, Argentina, dan Belgia untuk lolos ke perempat final. Namun, ada pergeseran koefisien pada laga Belgia vs Amerika Serikat. Laga ini memang yang paling potensial meleset dari prediksi karena banyak faktor licin. Tiga hari lalu, Belgia masih diunggulkan menang dengan persentasi 54%, tetapi turun menjadi 51% hari ini. Sedangkan peluang AS menang mencapai 23% naik dari 20% tiga hari lalu.

Pertandingan ini boleh jadi bakal menguras fisik dengan strategi defensif menonjol dari kedua tim. Sejauh ini, Juergen Klinsmann, pelatih AS lebih suka formasi lima gelandang dengan satu striker (Clint Dempsey), sementara Belgia bukanlah tipikal tim ofensif yang menghibur. Tiga kemenangan Belgia didapat dengan margin tipis satu gol.

Belgia terakhir ke perempat final pada Piala Dunia 1986 saat era Enzo Scifo, Eric Gerets, dan Jan Ceulemans. Dorongan untuk mengulangi prestasi 28 tahun lalu bakal sangat besar. Di sisi lain, AS sedang menunggangi ombak momentum lolos dari grup sulit menyisihkan Portugal dan Ghana. Pada Piala Dunia 12 tahun lalu di Asia, AS pernah menembus perempat final. Tahun ini di Amerika Selatan, peluang menyisihkan tim Eropa terbuka sangat lebar.

Pada laga lainnya, peluang menang Prancis dan Jerman di mata bursa taruhan justru membesar. Sementara persentase peluang menang Argentina atas Swiss masih tetap stagnan. Tetapi, belum tentu Prancis, Jerman dan Argentina memakan lawannya dengan lahap.

Dengan performa gemilangnya di penyisihan grup, Jerman diperkirakan bisa mengatasi Aljazair. Kekuatan lini serang Jerman seperti Thomas Muller (4 gol), Mezut Ozil dan Toni Kroos (persentasi umpan berhasil capai 94%) sangat menjanjikan. Belum lagi barisan pelapis seperti Mario Goetze, Lukas Podolski, atau si gaek Miroslav Klose. Titik kesulitan Jerman diperkirakan pada saat membongkar strategi parkir bus yang diperkirakan bakal dipakai Aljazair. Jerman juga punya titik lemah pada sisi Benedikt Howedes.

Sementara bagi Argentina yang berpeluang besar menang di mata bursa taruhan (67% peluang menang), juga potensial menghadapi laga licin lawan Swiss. Dua bintang Swiss Xerdan Shaqiri dan Haris Seferovic berada dalam performa terbaik. Rivalitas Brasil-Argentina potensial membawa penonton di Sao Paulo mengarahkan dukungan kepada Swiss. Mau tidak mau Argentina harus bisa melepaskan diri dari ketergantungan pada Lionel Messi jika ingin lolos dari 16 besar.

Satu pertandingan tersisa, Nigeria punya potensi mengatasi Prancis. Secara teori, pergerakan ofensif Prancis menyisakan rawan saat menghadapi serangan balik. Jika Mathieu Debuchy (bek kanan) atau Patrice Evra (bek kiri) tidak disiplin, kualitas seperti Peter Odemwingie dan Ahmed Musa bisa memberikan sentakan, seperti dilakukan saat dua kali membobol gawang Argentina.

Nigeria sebagai tim dengan banyak pemain muda, gaya main melebar dan serangan balik adalah tipikal yang tidak disukai Prancis. Main di tempat netral (Amerika Selatan) makin menambah keyakinan Nigeria untuk menyusul Kamerun, Senegal, Ghana sebagai tim Afrika pernah ke perempat final Piala Dunia.

Mulai Senin (30/6) malam nanti, skenario perempat final Jerman vs Prancis dan Argentina vs Belgia bisa jadi berantakan.