EDITORIAL: Musim Semi Sepakbola Myanmar

EDITORIAL: Musim Semi Sepakbola Myanmar

Bola.net - - Oleh: Dendy Gandakusumah

Senyum merekah di bibir Ein-Ein Piyo, Minggu (12/10) siang ini. Sembari menyajikan makan siang saya -seporsi tumis ikan saus tiram- gadis pegawai Panda Hotel Myanmar itu terus merepetkan kecintaannya terhadap sepakbola.

"Meski belum terlalu terkenal, sepakbola Myanmar terus berkembang," ujar gadis 23 tahun ini.

"Terbukti, kita bisa mengalahkan Thailand yang sudah lebih maju sepakbolanya," sambung penggemar Steven Gerrard tersebut dengan Bahasa Inggris terbata.

Disaksikan lebih dari 24 ribu pasang mata pendukungnya, Timnas Myanmar U-19 mampu mengalahkan Thailand tiga gol tanpa balas, sehari sebelumnya. Kemenangan ini, menjadi berita utama media-media Myanmar sepagian.


Myanmar saat bermain imbang melawan Yaman

Bagi rakyat Myanmar, kemenangan ini menjadi penebus kegagalan anak asuh Gerd Zeise ini meraih poin penuh kala menghadapi Yaman pada laga sebelumnya.

Sepakbola sendiri bukanlah merupakan cabang olahraga favorit di Myanmar. Orang Myanmar lebih fanatik dengan sepak takraw. Di berbagai sudut kota, mudah ditemui orang-orang memainkan bola rotan tersebut.

Kurangnya kecintaan masyarakat Myanmyar ini berimbas pada sepakbola Myanmar yang nyaris jalan di tempat. Prestasi di lapangan pun setali tiga uang. Whita Angels, julukan Timnas Myanmar, kerap hanya jadi pelengkap penderita.

Namun, kondisi ini berubah beberapa warsa silam. Sepakbola mulai bangkit di Myanmar. Meski belum mampu menggeser popularitas sepak takraw, sepakbola mulai merasuki kehidupan masyarakat negeri yang dulunya bernama Burma ini.

Menurut Deputi Sekretaris Jenderal Myanmar Football Federation, Ko Ko Thein, sepakbola kini menjadi salah satu komponen penting kehidupan masyarakat Myanmar. Menurutnya, salah satu pemersatu bagi bangsa Myanmar yang plural tersebut adalah kecintaan mereka pada sepakbola.

"Sepakbola adalah bagian penting bagi bangsa kami. Karenanya kami di federasi sangat serius dalam berupaya mengembangkan sepakbola negeri ini," ujarnya.

Perkembangan sepakbola Myanmar juga ditegaskan Zaw-Zaw. Presiden Federasi Sepakbola Myanmar ini mengaku saat ini sepakbola kian berkembang pesat di Myanmar.

"Pada dua belas tahun silam, kita bahkan belum punya kantor federasi. Apalagi untuk berbicara masalah pengembangan usia muda. Tak ada sama sekali," ujar Zaw.

Zaw tak hanya sekadar membual ketika mengatakan sepakbola Myanmar berkembang. Menurut mantan Pelatih Timnas Mynamar, Ivan Kolev, saat ini, sepakbola Myanmar sudah kian maju, terutama dibandingkan saat dia melatih di negeri tersebut.

"Secara infrastruktur dan pengembangan teknik, Myanmar sudah banyak berkembang," ujar pelatih asal Bulgaria ini.

"Mereka juga telah mengerti bahwa satu-satunya jalan untuk maju adalah dengan memperbaiki pembinaan usia muda," sambung Kolev.

Apiknya sistem pembinaan usia muda Myanmar menerbitkan optimisme di hati Khin Maung Lwin. Kapten Timnas Myanmar ini yakin mimpi negaranya tampil pada Piala Dunia bukan lagi mimpi di siang bolong.

"Saya sadar generasi saya tak mungkin bisa tampil pada Piala Dunia. Tapi, dengan pembinaan yang benar dan perkembangan pesat sepakbola seperti ini, generasi mendatang berpeluang lolos ke ajang itu," ujar penggawa Yangon United ini.

Saat ini, Piala Dunia mungkin masih jauh bagi para pesepakbola muda Myanmar. Namun, dengan penampilan rancak mereka pada Piala Asia U-19, pemain-pemain muda ini sudah berhasil menimbulkan semangat dan optimisme bagi negerinya. Termasuk mencerahkan hari Ein-Ein Piyo, terutama di deras hujan siang ini. [initial]