EDITORIAL: Marseille Salah Pilih Neraka

EDITORIAL: Marseille Salah Pilih Neraka
Marseille tak sanggup bersaing dengan Dortmund, Arsenal dan Napoli (c) AFP

Bola.net - - Oleh: Gia Yuda Pradana

Liga Champions musim ini merupakan salah satu episode terburuk dalam sejarah Olympique Marseille. Wakil Prancis itu menjadi korban paling parah di Grup F yang disebut-sebut sebagai Grup Neraka. Enam kekalahan dalam enam pertandingan membuat mereka finis di dasar klasemen tanpa angka.

Dari enam kekalahan itu, tiga ditelan Marseille di markas lawan (0-3 vs Borussia Dortmund, 2-3 vs Napoli, 0-2 vs Arsenal). Yang paling parah adalah tiga kali tunduk di kandang sendiri, Stade Velodrome, dengan skor yang persis sama, yakni 1-2.

Pukulan home defeat pertama diberikan di matchday pembuka. Tertinggal dua gol terlebih dahulu melalui aksi Theo Walcott dan Aaron Ramsey, Marseille cuma sanggup menipiskannya lewat penalti Jordan Ayew di penghujung laga.



Home defeat kedua dihadirkan oleh pada matchday 3. Mirip dengan ketika kalah dari Arsenal, Marseille kembali tertinggal 0-2 terlebih dahulu gara-gara gol Jose Callejon dan Duvan Zapata. Di penghujung laga, lagi-lagi Marseille menipiskannya jadi 1-2. Kali ini lewat Andre Ayew.



Home defeat ketiga dan terakhir merupakan 'karya' Borussia Dortmund pada matchday pemungkas, tak lama setelah pelatih Elie Baup dipecat oleh pihak klub serta digantikan sporting director Jose Anigo. Jalannya laga agak berbeda dari dua kekalahan sebelumnya. Namun, hasilnya sama-sama tidak mengenakkan bagi tuan rumah. Sempat tertinggal oleh gol cepat Robert Lewandowski di menit 4, Marseille menyamakan kedudukan melalui Souleymane Diawara sepuluh menit berselang. Hanya saja, kartu kuning kedua Dimitri Payet di akibat diving di menit 34 merusak ambisi Marseille untuk meraih kemenangan.


Winning goal Kevin Grosskreutz di menit 87 pun menjadi vonis kematian bagi Marseille sekaligus memastikan sang runner-up musim 2012/13 finis sebagai pemuncak klasemen di atas Arsenal.



Kekecewaan akibat kekalahan ini tak hanya dirasakan oleh Marseille. Arsenal dan Napoli secara tak langsung juga terkena imbasnya. Arsenal yang kalah 0-2 di San Paolo jadi tergusur ke peringkat dua, sedangkan Napoli terlempar ke Liga Europa. Semua saling berhubungan.


(Klasemen akhir Grup F © Wikipedia)

Andai Marseille bisa setidaknya menahan imbang Dortmund, maka Napoli dan Arsenal lah yang akan melaju. Marseille sendiri juga takkan menanggung malu terlalu berlebihan karena menjadi satu-satunya tim yang tereliminasi dengan poin nol di fase grup musim ini.

Pasalnya, ada Real Sociedad serta Anderlecht di Grup A dan C yang juga finis di posisi terbawah namun masih lumayan bisa meraup satu angka dari enam pertandingan.

Dalam kompetisi selevel Liga Champions, laga kandang sangat krusial. Marseille gagal memaksimalkannya. Mereka justru seolah menjadikan kekalahan 1-2 di kandang sendiri sebagai sebuah kebiasaan.

Itu memang tak bisa dilepaskan dari fakta bahwa ketiga saingan Marseille memang sangat kuat. Poin 12 yang dikumpulkan masing-masing oleh mereka adalah buktinya.

Marseille sejatinya bukan tim lemah. Dengan pemain-pemain berkualitas semacan Benoit Cheyrou, Andre-Pierre Gignac, duo Ayew, Florian Thauvin, Rod Fanni hingga Mathieu Valbuena, Marseille seharusnya bisa berbicara lebih banyak. Namun, kenyataannya menyesakkan.

Mungkin, kesalahan Marseille adalah menghuni grup yang sama dengan tiga elit eropa tersebut. Mencetak 5 gol, tapi kebobolan 14 dan menelan enam kekalahan dalam enam pertandingan merupakan indikasi bahwa Marseille memang berada di 'neraka' yang salah.