
Bola.net - - Oleh: Gia Yuda Pradana
Istanbul, 25 Mei 2005. menampilkan salah satu aksi comeback paling dramatis sepanjang sejarah sepak bola dalam perjuangan mereka menyabet gelar Liga Champions kelimanya. Namun, keajaiban di Ataturk Olympic Stadium itu gagal diulangi oleh The Reds ketika menjamu sang pemilik La Decima Real Madrid di Anfield pada matchday 3 kompetisi yang sama musim 2014/15.
Liverpool besutan Brendan Rodgers tumbang 0-3 di tangan Madrid, Kamis (23/10). Ketiga gol pasukan Carlo Ancelotti disarangkan oleh Cristiano Ronaldo dan Karim Benzema (2). Semuanya tercipta di babak pertama.
Lalu, apa hubungan antara laga ini dengan final Liverpool kontra AC Milan di Istanbul sembilan tahun silam? Jawabannya adalah persamaan jumlah gol yang bersarang di gawang The Reds sebelum jeda. Selain itu, lawan mereka di kedua laga itu semuanya merupakan tim asuhan Ancelotti.
3 - This is the first time Liverpool have conceded 3 goals before half-time in the CL since the 2005 final. Istanbul.
— OptaJoe (@OptaJoe) October 22, 2014
Ini merupakan kali pertama Liverpool kebobolan tiga gol di paruh pertama dalam sebuah partai Liga Champions sejak final 2005. Tiga gol itu sama-sama membuat Liverpool tertinggal 0-3 hanya dalam satu babak, tapi hasil akhirnya benar-benar berbeda.
Di Istanbul waktu itu, dengan diarsiteki Rafael Benitez, Liverpool sepertinya akan menanggung malu luar biasa. Pasalnya, mereka masuk ke lorong menuju ruang ganti dalam kondisi terluka parah usai dibobol oleh Paolo Maldini ketika laga baru berjalan satu menit serta sepasang gol Hernan Crespo menit 39 dan 44.
Hebatnya, di saat banyak orang merasa yakin bahwa Milan bakal meraih gelar mereka yang ke-7, Liverpool bangkit dan memutarbalikkan semua prediksi setelah restart. Diinspirasi sang kapten Steven Gerrard, The Reds menunjukkan taringnya sebagai salah satu kekuatan besar di Eropa.
Gol Gerrard menit 54, tembakan jarak jauh Vladimir Smicer menit 56 dan follow-up Xabi Alonso menyusul penaltinya yang ditepis Dida pada menit 60 membuat Liverpool menyamakan kedudukan hanya dalam waktu singkat. Setelah melalui extra time dan adu penalti, yang diwarnai sejumlah aksi penyelamatan heroik Jerzy Dudek di bawah mistar, Liverpool akhirnya duduk di takhta tertinggi Eropa.
Tertinggal tiga gol di babak pertama, Liverpool menyamakan kedudukan setelah jeda dan menang adu penalti 3-2. Berkat semangat pantang menyerah dan kualitas dasar yang mereka miliki, Liverpool menunjukkan sebuah keajaiban di Istanbul.
Fast forward sembilan tahun ke depan. Liverpool, yang sudah ditinggal Luis Suarez dan kehilangan Daniel Sturridge akibat cedera, menerima kunjungan Madrid yang sedang berada dalam form sensasional dengan Ronaldo sebagai senjata perusak utamanya. Sang bintang Portugal dan Benzema memperagakan hal serupa dengan yang dilakukan Maldini serta Crespo terhadap The Reds sembilan tahun silam.
Ketika peluit panjang tanda berakhirnya babak ditiup, Gerrard dan kawan-kawan serta para suporter setianya pasti terhenyak, tapi sekaligus tetap percaya bahwa tak ada yang mustahil dalam sepak bola. Gerrard dan beberapa dari mereka bahkan sudah pernah menjadi saksi hidup ungkapan tersebut.
Namun, vakum lima tahun dari kompetisi elit ini rupanya berpengaruh cukup signifikan terhadap Liverpool. Selama periode itu, rupanya bukan cuma mental juara Liverpool yang memudar, tapi juga kualitas mereka untuk menjadi penantang serius di kancah Eropa.
Selain itu, kualitas tim Liverpool dengan kelas yang dimiliki sang lawan saat ini harus diakui terdapat jurang yang cukup lebar. Comeback yang mereka harapkan tak pernah jadi kenyataan.
Simon Mignolet memang tak membiarkan gawangnya kebobolan gol tambahan setelah tiga kali takluk di babak pertama. Namun, ada satu yang kurang dari Liverpool: Tak ada tiga gol balasan di paruh kedua.
Statistik menunjukkan bahwa, sepanjang laga, Liverpool hanya dua kali melepas tembakan tepat sasaran ke gawang Iker Casillas melalui Gerrard dan Raheem Sterling. Sementara itu, Madrid setidaknya tujuh kali memaksa Mignolet berjibaku. Dari situ saja, kita bisa mengatakan bahwa wajar kalau Liverpool tak mendapatkan apa-apa di laga ini.
Andai masih ada Suarez, atau Sturridge berada dalam kondisi fit, atau striker anyar Mario Balotelli sanggup membuktikan bahwa dia pantas dihargai mahal, mungkin Liverpool bisa memberikan perlawanan. Namun, sebaiknya lupakan saja.
3 - Tonight is the first time in their history that Liverpool have lost a European home game by a three goal margin. Humbled.
— OptaJoe (@OptaJoe) October 22, 2014
Kekalahan kandang pertama dengan margin tiga gol sepanjang sejarah keikutsertaannya di Eropa adalah fakta yang harus diterima Liverpool. Meski pahit, tapi itulah kenyataannya.
Biarlah keajaiban Istanbul dan kehancuran Anfield ini menjadi sekelumit kisah dalam sejarah panjang mereka.
Di balik bencana, selalu ada hikmah. Liverpool, yang selalu menang atas Madrid dalam tiga pertemuan sebelumnya, kini harus bisa menjadikan kekalahan ini sebagai pelajaran berharga sekaligus pelecut motivasi untuk melangkah lebih baik lagi di masa depan. [initial]
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
-
Liga Champions 22 Oktober 2014 23:04
-
Liga Spanyol 22 Oktober 2014 22:46
-
Liga Champions 22 Oktober 2014 22:35
-
Liga Spanyol 22 Oktober 2014 19:31
-
Liga Spanyol 22 Oktober 2014 15:55
LATEST UPDATE
-
Liga Italia 21 Maret 2025 01:01
-
Liga Spanyol 21 Maret 2025 00:52
-
Tim Nasional 21 Maret 2025 00:41
-
Liga Italia 21 Maret 2025 00:40
-
Tim Nasional 20 Maret 2025 23:54
-
Liga Inggris 20 Maret 2025 23:49
MOST VIEWED
HIGHLIGHT
- 5 Pemain Gratisan yang Bisa Direkrut Manchester Un...
- Di Mana Mereka Sekarang? 4 Pemain 17 Tahun yang Pe...
- 7 Eks Pemain Real Madrid yang Bersinar di Tempat L...
- 10 Opsi Striker untuk Man United: Solusi Ruben Amo...
- 5 Pemain yang Pernah Membela PSG dan Liverpool
- 7 Mantan Rekan Setim Cristiano Ronaldo yang Pernah...
- Di Mana Mereka Sekarang? 5 Pemain yang Diminta Pau...