EDITORIAL: Hilangnya Barisan Tembok Baja Italia di Serie A

EDITORIAL: Hilangnya Barisan Tembok Baja Italia di Serie A
Paolo Maldini, Fabio Cannavaro dan Alessandro Nesta.

Bola.net - - Oleh: Gia Yuda Pradana

Italia adalah negara sepakbola yang identik dengan sistem pertahanan gerendel bernama Catenaccio. Selama bertahun-tahun, Italia seolah tak pernah henti melahirkan bek-bek tangguh yang tertempa secara sempurna di ketatnya kompetisi Serie A. Namun, akhir-akhir ini, barisan tembok baja asli Negeri Spaghetti mulai menghilang dari peredaran dan Calcio ganti 'dikuasai' oleh sederet difensore handal dari luar.

Hingga giornata ke-7 musim ini, melihat statistik Opta (via WhoScored), hanya ada tiga Italiano dalam 10 besar bek dengan rating performa terbaik di Serie A. Sisanya adalah pemain-pemain luar, termasuk Hugo Campagnaro asal Argentina di posisi puncak.


Padahal, Italia terkenal sebagai gudangnya difensore papan atas. Dari masa-masa ke masa, selalu ada saja bintang lini belakang asal Italia, yang tak hanya menuai respek di negeri sendiri namun juga di seantero Eropa, bahkan dunia. Sebut saja Gaetano Scirea, Claudio Gentile, Giacinto Facchetti, Franco Baresi, Giuseppe Bergomi, Mauro Tassotti, Paolo Maldini, Christian Panucci, Gianluca Zambrotta, hingga duet ternama Fabio Cannavaro dan Alessandro Nesta.

Sejak dua nama terakhir menghilang dari Serie A, roda regenerasi bek-bek tangguh di Italia seolah berjalan sangat lambat. Ini berdampak pada tim nasional Italia.

Pelatih Azzurri Cesare Prandelli pun mau tak mau seperti dihadapkan pada pilihan yang sangat terbatas untuk membangun tim dengan lini belakang sekuat baja. Prandelli hanya punya satu 'sumber', yaitu Juventus, di mana La Vecchia Signora memiliki empat bek sentral terbaik Italia pada diri Andrea Barzagli, Leonardo Bonucci, Angelo Ogbonna dan Giorgio Chiellini.

Bagi Prandelli, mencari bek handal Italia di klub selain Juventus bukan hal yang mudah. Pasalnya, klub-klub itu sekarang lebih mengandalkan pemain impor untuk mengawal pertahanan.

Misalnya saja, AC Milan. Rossoneri, yang dikenal sebagai rumah para bek tangguh Italia, sekarang bergantug pada Philippe Mexes (Prancis) dan Cristian Zapata (Kolombia).

Sang tetangga, Inter Milan, juga tak ada bedanya. Dari back three kepercayaan pelatih Walter Mazzarri, dua berasal dari Amerika Latin, yakni Campagnaro serta Juan Jesus (Brasil). Andrea Ranocchia adalah satu-satunya Italia di sana.

Sang capolista AS Roma tak diragukan memiliki pertahanan terbaik di Serie A sejauh ini dengan baru kebobolan satu gol. Namun, duet bek sentralnya (lagi-lagi) pemain luar, yaitu Leandro Castan (Brasil) dan Mehdi Benatia (Maroko).

Napoli pun sama. Sejak kedatangan Rafael Benitez, skema 3-4-2-1 yang identik selama masa kepelatihan Mazzarri sebelum hijrah ke Inter, ditinggalkan. Hasilnya, Paolo Cannavaro terlempar ke bangku cadangan, karena Benitez lebih mengedepankan Raul Albiol (Spanyol) dan Miguel Britos (Uruguay) di starting lineup timnya.

Kasus serupa juga bisa ditemui di Fiorentina yang mengutamakan Gonzalo Rodriguez (Argentina) dan Stefan Savic (Montenegro), Lazio yang punya Michael Ciani (Prancis) dan Lorik Cana (Albania), maupun Udinese dengan duo Brasil dan bersama Thomas Heurtaux (Prancis) untuk tiga bek sejajarnya.

Kalau Prandelli mau bek Italia yang bermain reguler di klubnya, dia harus mencari di klub-klub lain yang lebih kecil. Salah satunya adalah Davide Astori, jebolan akademi Milan yang kini memperkuat Cagliari. Namun, Astori masih belum cukup bagus untuk dibandingkan dengan para legenda Rossoneri dan Azzurri dari masa silam.

Bagi Italia, negara yang pernah dikenal dengan dinding baja pertahanannya yang sanggup meredam hampir semua jenis serangan lawan, situasi ini sungguh mengkhawatirkan.

Sampai kapan Italia dan Prandelli akan terus bergantung kepada kuartet Juventus itu? Alessandro Lucarelli milik Parma serta Guglielmo Stendardo milik Atalanta memang termasuk cemerlang performanya kalau melihat grafik di atas. Hanya saja, mereka sudah sama-sama berusia di atas 30.

Demi regenerasi, klub-klub Italia harus segera memberi lebih banyak porsi sebagai starter kepada para talenta mudanya, seperti yang pernah dilakukan Parma, Milan dan Lazio untuk Cannavaro, Maldini serta Nesta bertahun-tahun silam.