EDITORIAL: Dua Wajah Berbeda Diego Costa

EDITORIAL: Dua Wajah Berbeda Diego Costa
Diego Costa, tajam di klub melempem di timnas. (c) Bola.net

Bola.net - - Oleh: Ronny Wicaksono

Diego Costa menjadi sorotan dalam beberapa pekan terakhir, uniknya untuk dua alasan yang berbeda. Tajam di klub namun melempem di timnas, striker Spanyol itu seolah menampilkan dua wajah yang berlainan dalam penampilannya.

Diseret dengan kebijakan naturalisasi, La Furia Roja berharap banyak pada striker kelahiran Brasil itu, terutama melihat keberingasannya di depan gawang lawan bersama Atletico Madrid musim lalu. Namun asa itu seolah tak bakal berbalas kala Costa gagal tampil buas dan mandul, justru di kampung halamannya sendiri pada Piala Dunia kemarin, dan memaksa Spanyol pulang dengan malu sebagai juara bertahan.

Dan publik Spanyol pantas menyuarakan ketidakpuasan mereka karena Costa sejatinya tak punya masalah performa. Buktinya, ia bermain garang bersama di Premier League dengan melesakkan 9 gol hanya dalam 7 laga awal sejauh ini. Dan sang 'pelayan' yang membantunya di skuad The Blues, Cesc Fabregas pun hadir di timnas Spanyol. Jadi sejatinya tak ada alasan untuk Costa tak bisa tampil sama tajamnya di tim La Furia Roja.

Namun kenyataan di lapangan berkata lain. Setelah Spanyol kembali tersungkur di kaki Slovakia pekan lalu, publik pun kian gerah dengan kontribusi Costa. Statistik pun memberinya 'rekor' anyar sebagai penyerang Spanyol pertama yang gagal melesakkan gol dalam enam laga perdana bersama tim Matador.


Kecemasan publik Spanyol pun merembet saat Spanyol menghadapi tim lemah Luksemburg awal pekan ini. Hingga menit ke-500 dari total penampilannya bersama timnas, Costa belum juga membuka rekening golnya. Bandingkan dengan 500 menit bersama Chelsea di mana ia sudah melesakkan 8 gol. Bahkan sepanjang karirnya, tak pernah striker 26 tahun itu mandul dalam 500 menit pertama seperti saat berseragam Spanyol.


Penantian panjang Costa akhirnya memang berakhir pada menit 69 laga di Stade Josy Barthel. Menyempurnakan assist Sergio Busquets, ia mencetak gol ketiga Spanyol sekaligus gol perdananya dalam kemenangan 4-0 di matchday ketiga babak kualifikasi Euro 2016 tersebut. Meski demikian, rekor sudah kadung melekat di dahi Costa sebagai pemain depan yang butuh waktu paling lama untuk pecah telur di timnas (516 menit).


Publik Spanyol pun pecah opini melihat penampilan Costa. Banyak komentar di media sosial yang menyayangkan keputusan pelatih Vicente Del Bosque 'mengimpor' penyerang, bahkan tak sedikit yang menyebut mereka terkena 'karma' karena mengabaikan segudang talenta asli Spanyol, sebut saja Fernando Llorente, Alvaro Morata, Roberto Soldado, Alvaro Nefredo hingga Fernando Torres. Munculnya talenta lokal yang terbukti jauh lebih moncer ketimbang Costa yakni Paco Alcacer, membuat fans kian terpesona dan yakin mereka tak butuh 'pemain asing'.


Meski banyak teori digaungkan, tak ada yang bisa memastikan mengapa penampilan Costa di level klub dan timnas begitu berseberangan. Banyak faktor mungkin saja memberi pengaruh, namun dengan adaptasi kilat yang sudah ditunjukkan Costa di Stamford Bridge, teori tersebut sekali lagi bisa dibantah - namun dari gambaran statistik sejatinya bisa dilihat jika performa Costa (dalam hal ini tembakan on target) memang jauh lebih baik di level klub, mengindikasikan taktik dan skema yang berbeda menjadi alasan Costa lamban bersinar di timnas Spanyol.


Kini dengan laga internasional akan kembali memasuki jeda panjang, tampilan melempem Costa di level timnas mungkin akan terlupakan sejenak, dan publik akan kembali disuguhi gol demi golnya untuk skuad Jose mourinho. Namun andai nantinya Spanyol kembali merumput, perhatian publik akan kembali tertuju pada Costa - seberapa besar perbedaan wajahnya dengan level klub kembali mengemuka.

Andai masih gagal memberi bukti, bukan tak mungkin publik Spanyol akan mempertanyakan loyalitas di dalam darah Costa, atau bahkan membenarkan opini rakyat Brasil yang menuding 'pengkhianatan' sang pemain adalah bukti bahwa ia tak layak dipuja.