Barisan Pecundang Piala Dunia 2014

Barisan Pecundang Piala Dunia 2014
(c) bola.net

Bola.net - - Perhelatan Piala Dunia 2014 di Brasil telah selesai digelar. Pesta sepakbola dunia milik FIFA yang dilangsungkan dari 12 Juli hingga 13 Juni tersebut berlangsung sukses.

Di partai puncak, tampil sebagai penguasa sepakbola dunia setelah menghancurkan harapan untuk meraih trofi Piala Dunia yang terakhir mereka raih pada tahun 1986 tersebut. Skuat Panser berhasil mengandaskan perlawanan ketat Lionel Messi cs melalui gol Mario Gotze di paruh kedua babak tambahan waktu.

Gotze keluar dari kompetisi tersebut dengan senyum lebar. Ia layak dilabeli sebagai pemenang terbesar di ajang tersebut. Namun, bertolak belakang dengan cerita manis dari pemain 22 tahun tersebut, Piala Dunia 2014 juga melahirkan sejumlah pecundang.

Para pecundang ini jelas tak menuliskan tinta cerita mereka dengan manis di Piala Dunia edisi ke-20 tersebut. Diantara mereka, ada yang bermain buruk sehingga tak berkontibusi apapun bagi timnya, ada pula yang berulah sehingga merugikan timnya, hingga tak bisa memimpin timnya dari keterpurukan.

Siapa sajakah para pecundang tersebut? Simak daftarnya berikut ini:

1 dari 18 halaman

Roy Hodgson

Roy Hodgson

Hodgson mengambil keputusan berani dengan memasukan banyak pemain baru dan pemain muda dalam skuat Inggris. Nama-nama seperti Adam Lallana dan Raheem Sterling turut ia bawa ke Brasil.

Akan tetapi, ia justru gagal memaksimalkan potensi pemain-pemain tersebut. Salah satu keputusannya yang banyak dipertanyakan fans adalah ketika ia tetap mempertahankan Wayne Rooney. Padahal Wazza sendiri tampil ala kadarnya.

Sementara itu, Inggris memang berhasil tampil cukup beda. Dengan diperkuat sejumlah pemain Liverpool, The Three Lions bisa tampil dominan. Sayangnya, Hodgson tak bisa membuat timnya haus gol layaknya The Reds. Ia bahkan tampak seperti Manajer yang minim kreatifitas.

Alhasil, Inggris pun hanya dibawanya bertengger di dasar klasemen grup D dengan raihan poin 1. Timnya hanya bisa mencetak dua gol dan kebobolan empat gol. Hasil yang buruk untuk tim seperti The Three Lions.
2 dari 18 halaman

Vicente Del Bosque

Vicente Del Bosque

Pelatih berusia 63 tahun itu berangkat ke Brasil dengan kepercayaan diri yang cukup membuncah bahwa Xavi cs akan bisa berbicara banyak di kompetisi tersebut. Namun yang terjadi, Spanyol dibantai 5-1 di laga perdana kontra Belanda. Hasil yang mengejutkan memang. Namun, tim sekelas Matador pun diprediksi bakal bisa bangkit di laga selanjutnya.

Akan tetapi, di laga kedua kontra Chile, mereka kembali tersungkur. Kali ini dengan skor 2-0. Payahnya, tak ada perubahan siginifikan dari permainan mereka sebelumnya. Pemain yang diturunkan pun juga tetap yang itu-itu saja.

Xavi cs memang bisa bangkit di laga ketiga. Mereka bisa menang lawan Australia. Del Bosque merombak timnya. Akan tetapi, kemenangan itu terasa sia-sia karena Spanyol sudah tersingkir sejak kalah di laga kedua. Selain itu, Tim Cahill cs saat itu sudah tak bermain ngeyel lagi karena mereka juga sudah dipastikan tersingkir.

Spanyol sendiri akhirnya hanya bisa menempati peringkat 3 grup B. Mereka mengoleksi 3 poin, memasukkan 4 gol dan kebobolan 7 gol. Hasil yang sangat payah untuk tim sekelas La Roja, sang penguasa Eropa dalam beberapa tahun belakangan.
3 dari 18 halaman

Iker Casillas

Iker Casillas

Keputusan Jose Mourinho mencadangkan Iker Casillas di Real Madrid dua musim lalu memang jitu. Begitu pula dengan keputusan Carlo Ancelotti yang hanya memainkannya di laga-laga tertentu saja.

San Iker kini memang bukan kiper yang dulu lagi. Ia kini sepertinya akrab dengan blunder. Contohnya terlihat jelas kala Spanyol dipermak Belanda 1-5. Salah satu kesalahan yang paling fatal adalah ketika Robin Van Persie berhasil merebut bola dari penguasaannya dan mencetak gol ke-4 Oranje.
4 dari 18 halaman

Diego Costa

Diego Costa

Datang ke Brasil dengan status cukup mentereng, yakni salah satu bomber tersubur di La Liga, menyaingi Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo. Ia pun diharapkan bisa menjadi ujung tombak yang ganas bagi Spanyol.

Nyatanya, kontribusinya minim bagi La Roja. Bahkan, ia akhirnya tak bermain penuh di dua laga Spanyol, yakni lawan Belanda dan Chile. Ia digantikan oleh Fernando Torres. Ia bahkan tak diturunkan sama sekali ketika timnya menghadapi Australia. Posisinya di laga lawan Socceroos itu diisi oleh David Villa. Mantan rekan setimnya di Atletico Madrid itu bahkan langsung mencetak gol di laga tersebut.
5 dari 18 halaman

Wilson Palacios

Wilson Palacios

Palacios adalah salah satu pilar lini tengah tim asal Amerika Tengah tersebut. Ia diharapkan bisa memimpin rekan-rekannya dengan solid di Brasil. Terlebih, ia memiliki pengalaman bermain di Premier League.

Akan tetapi, ia justru mengecewakan timnya. Saat Honduras melakoni laga pertamanya kontra Prancis, ia diusir keluar akibat melakukan dua kali pelanggaran keras yang berbuah kartu kuning. Permainan gelandang 29 tahun tersebut kala itu memang keras menjurus kasar. Timnya pun kemudian dihajar dengan skor telak 3-0 oleh Les Bleus.

Palacios pun akhirnya tak bisa tampil di laga kedua kontra Ekuador dan timnya kalah 1-2. Ia bisa tampil di laga ketika kontra Swiss, namun tak banyak membantu karena timnya justru tumbang 3-0. Honduras sendiri akhirnya terseok di dasar klasemen grup E tanpa bisa mengoleksi satu poin pun. Selain itu, tim tersebut juga hanya bisa mencetak sebiji gol dan kemasukan 8 gol.
6 dari 18 halaman

Pepe

Pepe

Bek dengan emosi meledak-ledak ini terbukti sekali lagi menjadi bom waktu bagi tim yang dibelanya sendiri. Padahal, secara individu kemampuan bertahannya jempolan.

Namun, di laga kontra Jerman, ia seperti kehilangan akal sehatnya. Ia kembali berulah sehingga menyebabkan dirinya diusir oleh wasit. Ia kedapatan menanduk Thomas Muller yang terjatuh setelah berebut bola dengannya.

Portugal pun akhirnya disantap dengan mudah oleh Jerman dengan skor telak 4-0. Negaranya pun akhirnya tak bisa lolos dari fase grup setelah kalah selisih gol dari Amerika yang ada di posisi kedua kendati sama-sama mengumpulkan poin 4.
7 dari 18 halaman

Victor Moses

Victor Moses

Pemain sayap yang satu ini tampil tanpa kontribusi berarti bagi Nigeria. Ia meneruskan permainannya yang jelek sejak musim lalu ketika membela Liverpool di Premier League. Dribel bolanya kacau, umpannya juga amburadul. Ia pun mudah kehilangan bola.

Di laga perdana kontra Iran, ia dipercaya menjadi starter. Namun karena bermain jelek, ia akhirnya diganti di menit ke-52. Di dua laga berikutnya, performa The Super Eagles justru tampil lebih solid tanpa kehadiran dirinya.
8 dari 18 halaman

Wayne Rooney

Wayne Rooney

Menjadi pemain dengan gaji termahal di liga Inggris, namun performanya musim lalu justru kurang mengesankan. Hal itu akhirnya terbawa hingga ke Brasil.

Ia bahkan menjadi salah satu kambing hitam jeleknya performa Inggris di Piala Dunia kali ini. Performanya di laga lawan Italia dan Uruguay mengecewakan. Lawan Kosta Rika memang ia berhasil mencetak sebiji gol. Namun tetap saja performanya biasa-biasa saja. Ia bahkan diturunkan sebagai pemain pengganti di laga terakhir grup D tersebut.

Satu hal lagi yang sangat memalukan untuk pemain sekelas Rooney. Ingat sepak pojoknya kala melawan Italia? Ia menendang bola justru keluar lapangan, jauh ke arah tribun penonton.
9 dari 18 halaman

Steven Gerrard

Steven Gerrard

Kapten Inggris ini tampil lumayan di laga The Three Lions kontra Italia. Ia menjadi tumpuan timnya dalam membangun serangan. Sayang sekali Inggris justru kalah di laga tersebut.

Namun, bencana untuknya datang di laga kontra Uruguay. Ia terlibat dalam dua gol yang dilesakkan oleh Luis Suarez. Yang pertama, ia gagal menutup aliran bola di daerahnya sehingga bola bisa sampai di kaki Edinson Cavani dan mengumpakannya pada Suarez.

Yang kedua, Ia gagal mengantisipasi tendangan gawang dari lawan dengan baik. Alhasil, bola justru meluncur tepat ke arah Suarez yang berdiri bebas. Il Pistolero pun dengan mudah menaklukkan Joe Hart.
10 dari 18 halaman

Alex Song

Alex Song

Ia menjadi pesakitan setelah tanpa sebab yang jelas, ia tiba-tiba memukul striker Kroasia, Mario Mandzukic di laga kedua Kamerun di grup A. Perjalannya di Piala Dunia pun berakhir cepat karena ia tak boleh tampil di laga ketiga kontra Brasil.

Kartu merah itu sendiri melengkapi performa pas-pasan yang ia tunjukkan kala membela Kamerun di laga pertama kontra Meksiko. Kendati turun sebagai starter, ia tak bisa membantu timnya membendung serangan yang dibangun oleh Oribe Peralta cs. Ia bahkan akhirnya ditarik keluar di menit ke-79.
11 dari 18 halaman

Mario Balotelli

Mario Balotelli

Balotelli menjadi sasaran tembak publik Italia setelah Azzurri harus angkat kaki di fase grup. Hal itu memang bukannya tanpa alasan.

Ia tampil cukup apik di laga kontra Inggris. Namun, di laga Kosta Rika ia mulai menunjukkan gejala malas-malasan. Bahkan, karena tampak frustasi, ia pun mulai bermain keras dan mendapat kartu kuning. Hal itu memaksa Cesare Prandelli menariknya keluar di menit ke-69.

Performanya pun kian amburadul tatkala Italia bersua dengan Uruguay. Padahal, lawannya sendiri sejatinya tak menampilkan permainan yang apik. Balotelli pun tampil kian ganas, dalam arti yang negatif. Ia melakukan pelanggaran keras pada Alvaro Perreira di menit ke-22. Dalam duel perebutan bola, ia melompat sangat tinggi dari belakang dan menghajar kepala bek kiri itu dengan lututnya. Beruntung ia hanya dikenai kartu kuning. Balotelli sendiri akhirnya ditarik keluar pada menit ke 46.
12 dari 18 halaman

Luis Suarez

Luis Suarez

Salah satu highlight di Piala Dunia 2014 ini tentunya adalah aksi gigitan Luis Suarez pada Giorgio Chiellini saat Italia bersua Uruguay. Di laga kontra Inggris, ia menjadi pahlawan. Namun di laga keduanya ia menciptakan kontroversi besar.

Seperti yang diketahui, FIFA akhirnya memberik hukuman sangat berat pada pemain 27 tahun tersebut. Ia dilarang beraktifitas di dunia sepakbola selama 4 bulan dan tak boleh bermain di 9 laga internasional, plus hukuman dalam bentuk denda uang.

Uruguay pun akhirnya melaju ke babak 16 besar. Namun, tanpa superstarnya tersebut, skuat besutan Oscar Tabarez itu tak bisa menahan keperkasaan Kolombia dengan skor 2-0.
13 dari 18 halaman

Juan Zuniga

Juan Zuniga

Tak ada yang salah dengan pemain yang satu ini. Ia tampil kompak bersama skuat Kolombia. Ia bahkan berhasil mengantarkan timnya melaju hingga babak perempat final.

Namun, justru di babak itulah, namanya tercoreng. Penyebabnya, apalagi jika bukan aksi kasarnya yang membuat Neymar nyaris lumpuh. Zuniga memang jelas ingin membuat bintang muda Brasil itu cedera. Ia tak perlu mengayunkan lututnya begitu keras jika memang ingin meloncat.

Satu lagi indikasi bahwa ia memang ingin mencederai Neymar adalah posisi bola. Jika dilihat, bola saat itu sebenarnya tak dalam posisi terbang tinggi. Ketika insiden tersebut terjadi, Neymar bahkan tak meloncat untuk menyundul bola. Ia bisa menerima bola dengan dadanya dengan posisi lutut sedikit ditekuk.

Jadi, untuk apa Zuniga mencoba melompat?
14 dari 18 halaman

Fred

Fred

Entah apa pertimbangan Luis Felipe Scolari ketika membawa penyerang 30 tahun ini. Sumbangsihnya bagi Brasil amatlah minim.

Ia tak bisa membuat bek-bek lawan kerepotan menjaganya. Ia juga minim sekali bisa mengancam gawang lawan. Wajar saja jika dalam beberapa poling yang diadakan publik Samba, ia berada dalam urutan terbawah pemain yang dinilai tampil jelek di Piala Dunia 2014 kemarin.
15 dari 18 halaman

Marcelo

Marcelo

memikat bersama Real Madrid di La Liga, dan terutama Liga Champions, namun kemudian loyo bersama Brasil di Piala Dunia. Mungkin ia lelah? Mungkin saja.

Di level klub, ia adalah sosok bek yang sulit untuk dilewati. Namun, di Piala Dunia, pos-nya justru menjadi jujukan tim-tim lawan untuk memulai penyerangan terhadap gawang Julio Cesar.

Kelemahannya pun terekspos jelas kala melawan Jerman. Hampir sepanjang laga pos-nya selalu diobrak-abrik secara bergantian oleh Thomas Muller dan Philipp Lahm. Parahnya lagi, ketika pos-nya diserang, ia seakan malas untuk sekedar menutup pergerakan lawan-lawannya.

Satu lagi, ia juga menjadi pencetak gol pertama di Piala Dunia 2014 tersebut. Namun, gol itu adalah gol bunuh diri. Cara yang buruk untuk memulai sebuah kompetisi.
16 dari 18 halaman

Hulk

Hulk

Setali tiga uang dengan Fred. Ia memang sedikit berguna, karena bisa ditempatkan di sisi kanan atau kiri lapangan. Setidaknya ia juga bisa sedikit merepotkan lawan-lawannya.

Namun, di area kotak penalti, ia tak berkutik sama sekali. Pergerakan tanpa bolanya payah, begitu pula dribelnya. Namun, yang paling membuat gemas adalah akurasi tendangannya. Sepakannya memang keras, namun bola justru gagal menemui sasaran dan malah menemui tribun penonton. Lucunya, ketika tendangannya on target, sepakannya justru tak terlalu kencang.

Bersama dengan Fred, Hulk justru menjadi beban bagi Neymar yang bekerja ekstra keras sendirian di lini depan Samba.
17 dari 18 halaman

David Luiz

David Luiz

Bek kriwil ini sejatinya memiliki potensi besar. Fisiknya kuat dan visinya cukup apik dalam menyerang. Sayangnya, justru itulah masalahnya. Ia kadang terlalu asyik maju sehingga kadang melalaikan tugasnya di lini belakang.

Kita semua melihat bagaimana ia begitu digdaya ketika berhasil membobol gawang Kolombia dengan tendangan bebasnya yang brilian. Namun, kita semua juga melihat betapa rapuhnya dia ketika Selecao bersua dengan Jerman dan Belanda.

Dibobol tujuh gol oleh Jerman. Jadi, tak perlu dijelaskan lagi betapa buruknya permainan lini belakang Samba. Lalu, rapuhnya Luiz juga jelas terlihat ketika gawang Cesar dibobol oleh Daley Blind saat lawan Belanda. Usahanya menghalau crossing Daryl Janmaat berbuah petaka. Clearance yang ngawur. Saat ia mestinya menghalau bola keluar, ia justru memberikan 'umpan matang' pada Blind yang berdiri bebas di dalam kotak penalti.

Well, Chelsea beruntung bisa menjualnya seharga 50 juta Pounds. Entah apa yang sekarang ada di pikiran bos-bos PSG.
18 dari 18 halaman

Luiz Felipe Scolari

Luiz Felipe Scolari

Tim Brasil menjadi salah satu favorit juara di Piala Dunia 2014 ini, terutama berkat kemenangan mereka di Piala Konfederasi pada Desember 2013 lalu. Skuat Samba juga tak mengalami perubahan.

Akan tetapi, sejak awal tampil di fase grup, ternyata permainan mereka layaknya tim yang baru terbentuk selama sebulan saja. Buruk, dan tak ada kreatifitas.

Scolari juga keras kepala karena enggan memanggil pemain-pemain lain yang lebih memiliki skill dan kreatifitas yang lebih mumpuni ketimbang Fred maupun Hulk, seperti Philippe Coutinho, Lucas Moura atau Ganso.

Alhasil, ketika Neymar absen, ia seperti tak memiliki sumber kreatifitas lain. Ia juga gagal memaksimalkan potensi yang ada di dalam diri Oscar. Ketika ia bisa membuat skuatnya sedikit lebih baik, namun semuanya sudah terlambat. Mereka tetap kalah lawan Belanda yang lebih kaya strategi dan mematikan di depan gawang.