ANALISIS: City 1-3 Bayern, Kalah Taktik, Beda Kelas

ANALISIS: City 1-3 Bayern, Kalah Taktik, Beda Kelas
Vincent Kompany vs Thomas Muller (c) AFP

Bola.net - - Manchester City bukan tim lemah. Manajernya, Manuel Pellegrini, pun jempolan. Namun, The Citizens dipaksa menelan kekalahan 1-3 saat menjamu juara bertahan Bayern Munich besutan Josep Guardiola di matchday 2 Grup D Liga Champions 2013/14. Melihat jalannya laga, hanya satu kesimpulan yang didapat: The Bavarians memang kuat.

Di Etihad Stadium, Kamis (03/10), City seolah diberi pelajaran bagaimana caranya bermain sepakbola ala seorang juara. Dengan dominasi di lini tengah, yang tak hanya menekankan pada kuantitas namun juga kualitas serta pressing ketat dan aliran bola supercepat, Bayern menggilas habis City lewat gol-gol Franck Ribery (7'), Thomas Muller (56') dan (59'). Gol berkelas Alvaro Negredo (79') pun tak ubahnya sekadar gol hiburan tanpa makna bagi kubu tuan rumah.

Kekalahan City sebenarnya sudah bisa diraba begitu starting line-up diumumkan.


Pellegrini pasti tahu bahwa, melawan Bayern racikan Guardiola, akan ada pertarungan sengit di lini tengah untuk mendominasi penguasaan bola. Yang mengejutkan, Pellegrini bukannya mempertebal barisan tengahnya, tapi dia justru memasang dua forward (Edin Dzeko dan Sergio Aguero) tanpa instruksi spesifik pada keduanya untuk turun saat diserang.

Strategi ini cocok kalau City bermain dengan tempo dan speed tinggi untuk menyerang lini belakang Bayern. Namun, dalam pertarungan memperebutkan ball possession, City butuh setidaknya satu pemain ekstra di posisi sentral. Artinya, Aguero seharusnya berduel melawan Philipp Lahm dan membantu lini tengahnya.

Itu tidak terjadi di babak pertama. Aguero tidak turun, sehingga Lahm leluasa memainkan perannya sebagai jangkar sekaligus penghubung antarlini, dan Bayern pun bermain dominan dengan ball possession total mencapai 66%.


Serangan sayap yang merajalela berkat keunggulan penguasaan bola juga menjadi salah satu kunci kemenangan Bayern.

Dengan Samir Nasri 'dipaksa' untuk lebih banyak membantu dan Yaya Toure, jadi bebas merangsek ke depan. Di sektor sebelah juga tak jauh beda. Berkat possession timnya, David Alaba lebih banyak memberi Jesus Navas kesulitan, bukan sebaliknya. Navas bahkan lebih sering tak bisa menahan forward runs Alaba. Seringnya Alaba melakukan sayatan dari kiri membuat Ribery bisa beberapa kali menguasai bola di posisi inside-left. Salah satu hasilnya adalah gol pembuka.

Kita tahu kemampuan dan kebiasaan dua winger utama Bayern, Ribery dan Robben, yaitu melakukan cut-in dan melepas tembakan. Melawan City, mereka mempraktikkannya secara sempurna.


Satu lagi kunci kemenangan Bayern adalah pressing ketat di setiap lini. Sejak kick-off, Muller langsung menempel para bek sentral City, sementara Toni Kroos dan Bastian Schweinsteiger berperan sebagai poros di lini tengah. Kroos bahkan terlihat paling menonjol berkat upaya-upayanya dalam mengembalikan setiap possession yang hilang, baik dengan tekel maupun interception. Pass accuracy Kroos pun mencapai 97% (rasio terbaik City 89% atas nama Samir Nasri).


Berkat pressing militan ini, Bayern berulang kali memenangi perebutan bola di wilayah City sekaligus memutus alur serangan City sejak dini dan langsung menusuk di belakang barisan pertahanan.

Hasilnya adalah gol kedua, lewat bola lob di atas lini belakang City yang dituntaskan Muller setelah lepas dari perangkap offside yang buruk, dan gol ketiga berkat kesuksesan Kroos merebut bola di lini tengah sebelum memberikannya pada Robben, yang kemudian menusuk dengan dribel dan menyelesaikannya tanpa kesalahan.

Pellegrini lalu mengubah formasi City dengan James Milner di kiri, David Silva sebagai 'nomor 10', dan Negredo di depan. City bisa mengambil satu gol lewat Negredo, tapi, meski Bayern kehilangan Jerome Boateng akibat kartu merah di menit-menit akhir, semuanya sudah terlambat.