5 Solusi Untuk Rapuhnya Pertahanan Milan

5 Solusi Untuk Rapuhnya Pertahanan Milan
(c) AFP

Bola.net - - Serie A 2014/15 sudah melalui empat giornata dan kekuatan ofensif AC Milan sukses mencuri perhatian. Hanya saja, meski kuat di depan, pasukan Filippo Inzaghi sangat rapuh di belakang.

Dalam empat laga awal, Milan sudah melesakkan total 10 gol. Namun, mereka juga kebobolan delapan atau rata-rata dua gol di setiap pertandingan.

Kelemahan pertahanan itu juga yang membuat Milan terlempar dari pucuk klasemen sementara menyusul kekalahan 0-1 kontra Juventus dan hasil imbang 2-2 melawan Empoli dalam dua laga terakhirnya.

Jika Milan ingin kembali ke Eropa musim depan, hal seperti tak boleh terulang kembali di laga-laga yang akan datang karena akibatnya bisa fatal. Lima langkah berikut mungkin bisa menjadi solusi bagi Rossoneri.

1 dari 5 halaman

Buang Bonera, Segera

Buang Bonera, Segera

Mungkin terdengar sangat kasar. Namun, ini mutlak diperlukan.

Daniele Bonera telah berusia 33. Seiring pertambahan usia, performa bek Italia itu juga memudar. Banyak pihak menilai kalau dia sudah bukan lagi pemain yang pantas memperkuat Milan.

Kasarnya, duduk di bangku cadangan pun dia sudah tak layak.

Ketika Milan menang 5-4 di kandang Parma, mantan klub Bonera, pemain yang bersangkutan tampil begitu mengecewakan. Dari empat bek Milan di laga itu, Bonera mendapatkan rating terendah. Dua kartu kuning yang diterimanya juga membuat Milan keteteran hingga kebobolan empat meski akhirnya pulang dengan poin maksimal.

Bonera sering out of position. Melawan Empoli, dia juga dinilai 'berperan besar' membuat lawan dua kali membobol gawang timnya.

Kontrak Bonera akan habis pada akhir musim nanti. Namun, Milan sepertinya tak perlu menunggu sampai kompetisi selesai untuk mengganti Bonera dengan bek anyar yang lebih berkualitas di bursa Januari mendatang.
2 dari 5 halaman

Duetkan Alex dan Rami

Duetkan Alex dan Rami

Musim ini, Filippo Inzaghi belum sekali pun memasang Alex dan Adil Rami bersama sejak menit awal pertandingan. Padahal, dilihat sekilas, merekalah duet bek sentral terbaik yang dimiliki Milan saat ini.

Dibandingkan Cristian Zapata yang kerap melepas operan-operan panjang yang jauh dari kata akurat (7 sukses/total 25), Alex dan Rami lebih tenang ketika mendapatkan bola.

Khusus Rami, bek Prancis itu selalu tampil solid jika diberi kesempatan turun ke lapangan.

Alex dan Rami tak hanya punya pengalaman dan konsentrasi, tapi mereka juga kuat serta tangguh dalam menghadapi situasi set-piece, yang merupakan salah satu kelemahan Milan saat ini.
3 dari 5 halaman

Optimalkan El Shaarawy

Optimalkan El Shaarawy

Meski berposisi sebagai penyerang, Stephan El Shaarawy adalah tipe pemain yang tak pernah enggan turun untuk membantu pertahanan.

Musim lalu, penggawa muda timnas Italia itu nyaris tak beredar sama sekali akibat cedera. Performanya setelah pulih pun belum mencapai titik optimal. Namun, work rate-nya masih luar biasa dalam memerankan full-back bayangan untuk meng-cover sektor sayap.

Tak jarang El Shaarawy membuat laju winger atau bek sayap lawan teredam dengan keberadaannya di sektor kiri Milan.

Dalam skema 4-3-3 racikan Filippo Inzaghi, penyerang seperti El Shaarawy sangat berguna untuk mengurangi potensi ancaman dari sayap.

El Shaarawy diakui sebagai salah satu talenta muda terbaik di Eropa. Yang dibutuhkannya sekarang adalah menit bermain optimal guna mengembalikan performanya ke level seperti yang pernah kita saksikan dua musim silam.
4 dari 5 halaman

Perbaiki Aliran Bola di Tengah

Perbaiki Aliran Bola di Tengah

Kerapuhan lini belakang sebenarnya berbanding lurus dengan kekuatan lini tengah.

Andai saja Filippo Inzaghi memasang barisan gelandang yang lebih solid dalam hal penguasaan bola, maka possession Milan bisa berjalan dengan baik. Tak mudah kehilangan bola di tengah, berarti empat bek di belakang juga tak rentan diserang lewat counter attack seperti yang terlihat beberapa pekan belakangan.

Tiga gelandang langganan starter Milan, Sulley Muntari, Nigel de Jong dan Andrea Poli bukan tipe pemain kreatif seperti kapten Riccardo Montolivo yang masih cedera.

Khusus Muntari, dengan rata-rata operan sukses yang hanya 77,2%, layak dipertanyakan kenapa dia bisa tetap ada di starting line-up Milan.

Untuk sementara, para gelandang Milan harus berhenti membombardir lini belakang lawan dengan bola-bola panjang yang tidak akurat maupun kehilangan possession akibat kesalahan mengoper yang sangat mendasar. Itu sama saja memberi lawan kesempatan untuk menyerang balik secara cepat.

Jadi, perbaiki aliran bola di tengah dan lini pertahanan pun akan mendapatkan efek positifnya.
5 dari 5 halaman

Bebaskan De Jong

Bebaskan De Jong

Akhir musim lalu, di bawah arahan Clarence Seedorf, Milan seolah punya satu formasi bayangan yang otomatis aktif ketika berada dalam kondisi sedang menghadapi serangan lawan. Kuncinya adalah Nigel De Jong.

De jong bebas berganti posisi dari tengah lapangan menjadi pemain yang lebih defensif di depan dua bek sentral Milan, dan begitu pula sebaliknya.

Dari formasi awal empat bek, kemudian menjadi lima bek dengan De Jong sebagai 'bek sentral ketiga'. itu berfungsi cukup baik berkat insting destroyer yang dimiliki sang gelandang bertahan Belanda.

Dia bisa mematahkan aliran bola lawan yang datang secara frontal dengan power, tackle maupun interception-nya.

Saat possession kembali dalam genggaman Milan, De Jong bisa kembali ke tengah, atau bahkan merangsek naik jauh ke depan untuk coba mendapatkan angka.

Keseimbangan dalam bertahan atau menyerang mutlak diperlukan oleh Milan. Untuk itu, peran terbaik buat De Jong pun sifatnya sangat vital.