5 Pemain Yang Sangat Tempramental

5 Pemain Yang Sangat Tempramental
Gennaro Gattuso (c) AFP

Bola.net - Bola.net - Selain mengandalkan kekuatan fisik, pertandingan sepakbola terkadang juga sangat menguras emosi. Tidak sedikit pemain yang terpancing emosinya ketika tampil di lapangan.

Biasanya pemain akan meluapkan amarahnya ketika terlibat kontak fisik dengan pemain lawan atau keputusan wasit yang tidak adil. Namun, ada sejumlah pemain yang memang gampang terpancing emosinya dalam pertandingan.

Berikut ini lima pemain terkenal sangat tempramental seperti dilansir Sportskeeda.

1 dari 5 halaman

Pepe

Pepe

Salah satu pemain yang paling mudah tersulut emosinya di era modern, Pepe sering bertindak berutal ketika ia kehilangan kesabarannya. Selama beberapa tahun terakhir, dia sering melakukan hal yang kontroversi.

Banyak orang yang mengharapkan terjadi insiden di El Clasico dan mereka tidak pernah kecewa. Pepe adalah orang pertama yang memicu keributan setiap kali Barcelona dan Real Madrid saling berhadapan.

Beberapa ulah negatif Pepe yang terkenal adalah menginjak tangan Messi, melakukan tekel keras terhadap Dani Alves dan juga bertengkar dengan Thomas Muller di Piala Dunia.

Meski memenangkan banyak gelar, mantan bek tengah Real Madrid itu juga sering mendapatkan hukuman dan denda akibat sikap agresif dan tekel kerasnya di atas lapangan.
2 dari 5 halaman

Gennaro Gattuso

Gennaro Gattuso

Gennaro Gattuso

Tidak ada yang meragukan keberanian Gennaro Gattuso di San Siro. Meski punya sikap yang sangat tempramental, Gattuso punya reputasi sebagai pemimpin fantastis baik di dalam maupun di luar lapangan.

Gattuso memang bertubuh pendek, tapi itu tidak menghalanginya untuk mengintimidasi pemain lawan. Gelandang Italia itu sering lepas kendali dan menjadi pemicu keributan dan duel selama pertandingan berlangsung.

Sebagai contoh, Gattuso pernah mencekik leher asisten manajer Tottenham Joe Jordan dalam sebuah pertandingan Liga Champions. Pujian pantas diberikan kepada Carlo Ancelotti yang berhasil menangani Gattuso dengan sabar selama bertahun-tahun.
3 dari 5 halaman

Paolo Di Canio

Paolo Di Canio

Paolo Di Canio

Paolo Di Canio pernah berebut penalti dengan Frank Lampard muda ketika bermain di West Ham saat melawan Bradford. Dia sepertinya tidak akan menghiraukan siapapun yang menghalangi jalannya, entah itu teman atau musuh.

Di Canio merupakan pemain yang sangat bersemangat di lapangan, tapi terkadang, dia menunjukkan reaksi yang berlebihan dalam situasi tertentu. Saat melawan Bradford, pemain Italia itu sempat mengamuk dan meminta untuk ditarik keluar karena kecewa dengan keputusan wasit.

Di Canio juga pernah mendapat masalah karena bersikap emosional saat menangani Sunderland. Dia dipecat karena memberikan kritik kepada para pemainnya sendiri secara terbuka.

Beberapa waktu lalu, Di Canio dipecat dari pekerjaannya sebagai analis dalam saluran olahraga Sky Sport setelah memamerkan tato pemimpin fasis Italia, Benito Mussolini saat siaran langsung.
4 dari 5 halaman

Eric Cantona

Eric Cantona

Eric Cantona

Bintang Prancis Eric Cantona sudah sering mendapatkan hukuman larangan bertanding dalam karir sepak bolanya. Pendukung Manchester United memuja Cantona sebagai pemimpin yang karismatik, namun tidak diragukan lagi kalau sang stiker sering bersikap brutal dan mengadapai banyak masalah karena amarahnya.

Awalnya, Sir Alex Ferguson yang meyakinkan kapten karismatik itu untuk kembali ke sepakbola, setelah dia pensiun karena mendapat hukuman yang lama. Selama 25 tahun sebagai manajer, tidak ada pemain kecuali Cantona yang memiliki kebebasan di Old Trafford pada masa kepemimpinan Fergie. Dia merupakan satu-satunya pemain yang lolos "hairdryer treatment" saat Fergie marah.

Dan tendangan kungfu Cantona ke penonton, adalah bukti nyata kebrutalan yang dilakukan legenda Prancis itu saat kemarahannya memuncak.
5 dari 5 halaman

Roy Keane

Roy Keane

Roy Keane

Alf-Inge Haaland. Nama itu langsung muncul saat ada yang membahas kebrutalan Roy Keane. Banyak aksi brutal yang terjadi di atas lapangan tapi Keane melakukan hal tersebut karena didasari dendam.

Saat Manchester United bertemu Leeds United pada 1997, Keane berusaha untuk mentekel Haaland tapi pemain Irlandia itu justru mengalami cedera ACL. Cedera tersebut membuat Keane harus absen selama hampir satu tahun.

Pada tahun 2001, Keane melakukan tekel brutal setinggi lutut terhadap Haaland, yang membuatnya mendapat kartu merah. Dia kemudian mengakui, dalam otobiografinya, bahwa tekel itu adalah tindakan balas dendam, atas semua kritik yang dia hadapi setelah pertemuan pada tahun 1997.

Sebagai kapten Setan Merah, Keane harus berulang kali terlibat keributan untuk membela rekan-rekan setimnya. Mungkin, yang paling terkenal ialah saat Keane dan Patrick Vieira terlibat cekcok di lorong ruang ganti Highbury pada 2005 silam.