5 Pelajaran Yang Bisa Dipetik Dari Pembantaian MU Terhadap Spurs

5 Pelajaran Yang Bisa Dipetik Dari Pembantaian MU Terhadap Spurs
Para pemain MU merayakan gol yang dicetak Michael Carrick (c) AFP

Bola.net - Bola.net - Setelah sekian lama tampil buruk meski mampu memenangkan pertandingan, akhirnya Manchester United mampu menyuguhkan penampilan apik yang selaras dengan hasil akhir. Menjamu Tottenham Hotspur di Old Trafford (15/03), The Red Devils mampu membantai sang tamu dengan skor telak 3-0.

Gelandang United yang dipasang sebagai bek kiri dalam pertandingan tersebut, Daley Blind, menyebut bahwa performa kontra Spurs merupakan penampilan terbaik United sejak manajer Louis Van Gaal menjadi manajer klub musim ini. Kemenangan telak tersebut juga menjaga jarak United menjadi tinggal dua poin dengan Manchester City di peringkat kedua dan satu poin dengan Arsenal yang menghuni peringkat ketiga.

Di sisi lain, penampilan Spurs dinilai tidak sesuai harapan dalam laga semalam. Setelah menang beruntun di Old Trafford dalam dua musim sebelumnya, Spurs malah tampil loyo dalam laga kemarin. Tidak hanya bomber Harry Kane yang gagal meneruskan ketajamannya musim ini, namun lini belakang armada Mauricio Pochettino juga tampil belepotan dalam proses terjadinya tiga gol MU.

Untuk mengingat kembali laga menarik di Old Trafford kemarin, berikut Bolanet sajikan lima pelajaran yang bisa dipetik dari dibantainya Spurs oleh MU kemarin.

1 dari 5 halaman

Daley Blind, Bek Kiri Ideal Untuk United

Daley Blind, Bek Kiri Ideal Untuk United

Daley Blind bisa jadi tak akan diturunkan sebagai bek kiri seandainya Luke Shaw dan Marcos Rojo berada dalam kondisi fit. Namun keputusan manajer Louis Van Gaal untuk lebih mempercayakan posisi tersebut kepada Blind alih-alih defender muda Tyler Blackett terbukti sangat efektif.

Blind mampu tampil superior di sisi kiri United, ia mampu membuat winger Spurs, Andros Townsend mati kutu namun juga berhasil membantu Ashley Young mengacak-acak sisi kanan Spurs.

Statistik mencatat Blind sangat sibuk dalam pertandingan tersebut, dengan total tiga intersep dan tiga clearance sepanjang laga. Pemain asal Belanda ini juga memenangkan 40 persen duel perebutan bola, empat umpan silang ke kotak penalti Spurs, dan juga mencatatkan akurasi umpan 81% sepanjang laga.

Ia juga hampir saja bisa mencetak gol saat mendapatkan kesempatan menembak di awal babak pertama, namun tendangan kerasnya mampu diblok oleh Nacer Chadli dan gagal menguji kemampuan kiper Hugo Lloris.
2 dari 5 halaman

Harry Kane Tak Bisa Mengangkat Spurs Seorang Diri

Harry Kane Tak Bisa Mengangkat Spurs Seorang Diri

Sebelum laga dimulai, Harry Kane diyakini akan menjadi ancaman terbesar bagi gawang United. Pemuda 21 tahun tersebut memang tengah on fire dengan mencetak 16 gol dalam 25 pertandingan di Premier League.

Namun seganas-ganasnya permainan Kane, ia tetap tak bisa mengangkat permainan timnya seorang diri, terlebih lagi ketika rekan-rekannya tak tampil optimal seperti pada laga semalam. Buruknya performa barisan gelandang Spurs membuat Kane tak mendapatkan suplai bola yang diinginkan, dan dipaksa turun jauh maupun melebar untuk menjemput bola.

Hal ini tercermin dari heatmap Kane dalam laga semalam, ia benar-benar jarang memasuki kotak penalti United sepanjang pertandingan, seperti yang terlihat di bawah ini.



Kane sendiri sempat sekali melepaskan tembakan on target dari sudut sempit di babak kedua, namun tendangannya mampu dijinakkan oleh David De Gea. Itu adalah satu-satunya peluang yang bisa didapatkan Kane, sekaligus momen langka baginya untuk bisa masuk ke kotak penalti MU dalam situasi open play.
3 dari 5 halaman

Carrick, Jimat Poin Manchester United

Carrick, Jimat Poin Manchester United

Banyak pihak meyakini bahwa buruknya performa United di awal musim adalah karena Michael Carrick harus absen cukup lama karena cedera otot malleolar. Statistik membuktikan bahwa perolehan poin United memang jauh lebih moncer saat Carrick diturunkan. Opta melansir bahwa jumlah rata-rata poin MU saat Carrick bermain mencapai 2,2, berbanding dengan hanya 1,6 yang diraih saat sang gelandang veteran berhalangan tampil.



Laga kontra Spurs kemarin merupakan untuk pertama kalinya Carrick turun sebagai starter, setelah absen panjang akibat cedera otot sejak laga kontra QPR pada pertengahan Januari silam. Carrick langsung membuktikan kualitasnya dengan menjadi boss di lini tengah United. Berikut adalah diagram umpan yang menunjukkan mobilitas tinggi serta distribusi bola yang dilakukan oleh sosok 33 tahun tersebut.



Ia melepaskan 42 umpan sukses dengan jarak rata-rata umpan 21 meter dan akurasi mencapai 84 persen. Ia menjadi arsitek dengan menjadi penyumbang assit bagi gol pembuka yang dicetak oleh Marouane Fellaini, sebelum akhirnya mencetak gol kedua United melalui sundulan kepala memanfaatkan clearance Nacer Chadli yang tidak sempurna.
4 dari 5 halaman

Minimnya Pengalaman Skuat Muda Spurs Menjadi Bumerang

Minimnya Pengalaman Skuat Muda Spurs Menjadi Bumerang

Manajer Spurs, Mauricio Pochettino selama ini memang dikenal sebagai pelatih yang gemar memberikan kepercayaan terhadap pemain muda. Semangat dan kebugaran fisik para pemain muda ini memang menjadi nilai plus, namun di sisi lain minimnya pengalaman dan mental yang belum teruji berpotensi menjadi bumerang yang merugikan tim.

Dalam laga semalam, dua gol United tercipta berkat kelalaian pemain Spurs yang masih hijau. Pada proses terjadinya gol pertama Marouane Fellaini, Eric Dier yang masih berusia 20 tahun lalai mengawasi pergerakan gelandang asal Belgia tersebut dan juga tak bisa kembali tepat waktu untuk menutup ruang tembak.

Sedangkan gelandang Nabil Bentaleb, yang juga masih berusia 20 tahun, melakukan kesalahan fatal di daerah pertahanan sendiri dan membuat Wayne Rooney mencetak gol ketiga yang terlihat begitu mudah. Dier sendiri juga gagal membendung pergerakan Rooney dalam proses terjadinya gol.

Tak hanya kedua pemain tersebut, namun penggawa muda lainnya seperti Ryan Mason, Danny Rose, dan Harry Kane juga cenderung tampil underperform dan tak bisa mengatasi tekanan tampil di Old Trafford.
5 dari 5 halaman

Wayne Rooney Sebaiknya (Memang) Dipasang Sebagai Striker

Wayne Rooney Sebaiknya (Memang) Dipasang Sebagai Striker

Banyak kritikan pedas diterima oleh manajer Louis Van Gaal atas keputusannya untuk menggeser sang kapten, Wayne Rooney ke posisi gelandang dalam beberapa bulan terakhir. Meski memang mampu menghadirkan lebih banyak energi bagi lini tengah, namun agresivitas dan naluri mencetak gol Rooney jadi mubazir karena bermain jauh dari gawang lawan.

Cederanya Robin Van Persie dan masih melempemnya performa Radamel Falcao membuat Van Gaal kembali memainkan Rooney di lini depan dalam beberapa laga terakhir, dan hasilnya terbukti positif. Dalam laga kontra Spurs, Rooney yang dipasang sebagai striker tunggal menjadi pemain MU yang paling sering membahayakan gawang lawan.



Rooney melakukan lima percobaan tembakan ke arah gawang, dengan dua di antaranya on target, dan satu berbuah gol ketiga MU. Proses terjadinya gol tersebut pun menunjukkan naluri bomber yang dimiliki Rooney. Ia dengan cerdik memanfaatkan kesalahan yang dilakukan Nabil Bentaleb, sebelum akhirnya menggiring bola seorang diri menembus lini belakang Spurs dan dnegan tenang menaklukkan Hugo Lloris.