10 Pemain Top yang Jadi Flop Saat Berkarir Sebagai Manajer

10 Pemain Top yang Jadi Flop Saat Berkarir Sebagai Manajer
Lionel Messi dan Diego Maradona

Bola.net - - Salah satu hal paling menggembirakan bagi seorang suporter sepak bola adalah melihat sosok pemain legenda yang sudah pensiun kembali ke lapangan hijau dengan status sebagai pelatih atau manajer. Namun sering kali para manajer yang dulunya merupakan pemain hebat justru gagal total saat menekuni pekerjaan sebagai manajer.

Lantas siapa sajakah mantan pemain top yang menjadi flop saat menjabat sebagai manajer sebuah tim?

1 dari 10 halaman

Alan Shearer

Alan Shearer

Legenda Newcastle dan Timnas Inggris ini kembali ke St James Park pada tahun 2009 dengan mengemban tugas berat untuk membawa The Magpies terhindar dari jurang degradasi. Hal itu jelas tidak mudah bagi bahkan bagi seorang top skorer sepanjang masa Premier League sekalipun. Belum lagi saat itu Premier League hanya tinggal menyisakan delapan pertandingan saja.

Pada akhirnya Newcastle harus terdegradasi usai kalah dengan skor 1-0 di partai pamungkas kontra Aston Villa. Dari delapan laga tersisa tersebut, Shearer hanya mampu meraih 5 poin saja. Kegagalan Shearer sekaligus menandai penurunan kasta Newcastle setelah 16 tahun terakhir selalu berlaga di kasta tertinggi.
2 dari 10 halaman

Gianfranco Zola

Gianfranco Zola

Gianfranco Zola merupakan sossok pesepakbola terbaik asal Italia yang pernah menunjukkan sihirnya di Premier League. Saat masih aktif bermain dulu, Zola kerap kali sukses memberikan trofi kepada tim yang dibelanya. Namun kemonceran pria kelahiran Oliena, Italia itu tidak menular saat dirinya menjadi seorang manajer.

Sempat menjalani debut yang baik usai mengambil alih posisi Alan Curbishley sebagai manajer West Ham pada tahun 2008, Zola justru langsung dipecat di akhir musim depan. Alasannya, The Hammers hanya bisa dibawanya finish 5 poin di atas jurang degradasi pada musim 2009/10.
3 dari 10 halaman

Edgar Davids

Edgar Davids

Pemain yang memiliki trademark selalu memakai kaca khusus saat bermain ini sangat populer saat masih membela Ajax dan Juventus dulu. Meski bergelimang prestasi saat masih aktif bermain, karir Davids sebagai manajer justru jauh dari kata cemerlang. Sejauh ini Davids baru menukangi klub kasta bawah Inggris, Barnet. Di sana ia sempat memiliki status sebagai player-manager selama dua musim. Di bawah kepemimpinannya, Barnet yang saat itu bermain di kompetisi League Two (divisi 4 Inggris) harus terdegradasi dan bermain di level amatir.
4 dari 10 halaman

Paolo Di Canio

Paolo Di Canio

Sosok yang mengklaim bahwa dirinya hanyalah seorang fasis, bukan rasis, Paolo Di Canio merupakan pemain top yang pernah membela klub-klub besar semacam Juventus, AC Milan dan Lazio. Karirnya sebagai pemain juga lumayan cemerlang, dengan koleksi 2 scudetto sebagai buktinya.

Di Canio mengawali karirnya sebagai manajer pada bulan Mei 2011 saat diminta menukangi Swindown Town yang bermain di League Two. Awal karirnya sebagai pelatih memang cukup menjanjikan dengan berhasil membawa Swindown Town promosi ke League One. Setelah mengundurkan diri sebagai manajer Swindown Town pada januari 2013 akibat masalah financial klub, tepatnya 31 Maret 2013 Di Canio didapuk menggantikan Martin O'Neill sebagai manajer Sunderland.

Awal karirnya bersama Sunderland berjalan cukup baik dengan sukses menjaga klub yang bermarkas di Stadium of Light itu bertahan di Premier League. Di musim 2013/14, Di Canio membeli 14 bemain baru. Bukannya meraih hasil positif, Di Canio hanya mampu membawa pasukannya meraih 1 poin dari 5 laga awal. Hasilnya ia dipecat setelah hanya menjalani total 13 laga bersama Sunderland.
5 dari 10 halaman

Graeme Souness

Graeme Souness

Legenda Liverpool ini sempat mengawali karirnya sebagai manajer dengan cemerlang saat bertugas sebagai player-manager di Glasgow Rangers. Bersama Rangers ia sukses meraih tiga gelar liga sebelum kembali ke Liverpool pada tahun 1991.

Di Liverpool Souness berhasil membawa klub menjuarai FA Cup pada tahun 1992. Namun secara keseluruhan, tiga tahun masa kepemimpinannya sangat mengecewakan. Hal yang sama masih mengikuti Souness ketika dirinya menjadi manajer Galatasaray, Southampton, Torino dan Benfica.

Ia sempat memulai kembali karir manajerialnya dengan apik bersama Blackburn Rovers di tahun 2000. Selain berhasil membawa Blackburn promosi ke Premier League di musim dbutnya, Souness juga berhasil menjuarai Piala Liga di tahun 2002.

Karir manajerial Souness kembali anjlok saat menukangi Newcastle di tahun 2004. Saat ini dirinya sudah tidak melatih lagi dan lebih banyak berkontribusi sebagai komentator.
6 dari 10 halaman

Marco Van Basten

Marco Van Basten

Pahlawan Belanda di Euro 1988 ini dikenal sebagai striker mematikan saat masih aktif bermain dulu. Berbagai gelar sudah pernah ia rasakan baik itu bersama klub, negara, maupun individu.

Karir manajerial Van Basten dimulai bersama tim junior Ajax sebelum didapuk menjadi pelatih kepala Timnas Belanda di tahun 2004. Memimpin Die Oranje di Piala Dunia 2006, Belanda hanya mampu melaju hingga babak 16 besar. Tak jauh berbeda dengan kiprahnya di Euro 2008. Setelah menjalani babak kualifikasi dengan sangat meyakinkan, Van Basten hanya bisa membantu Belanda melaju hingga babak perempat final.

Yang terbaru, Van Basten memutuskan mundur dari jabatannya sebagai manajer AZ Alkmaar setelah jatuh sakit akibat terlalu stres memikirkan pekerjaannya.
7 dari 10 halaman

Tony Adams

Tony Adams

Legenda Arsenal Timnas Inggris ini merupakan sosok defender berbakat dan pemimpin yang sangat dihormati. Berstatus sebagai anggota dari 'One Man One Club', Adams mengakhiri karirnya sebagai pesepakbola di tahun 2002.

Selepas pensiun sebagai pemain, Adams mencoba peruntungannya sebagai manajer dengan menukangi Wycombe Wanderers. Tepat di musim perdananya tersebut, Wycombe Wanderers justru terdegradasi ke League Two. Pada Oktober 2008 Adams diangkat menjadi manajer Portsmouth menyusul hengkangnya Harry Redknapp. Di sana Adams hanya bertahan sebanyak 16 pertandingan dan hanya mampu meraih 10 poin saja. Keterpurukan karirnya sebagai manajer kembali berlanjut saat dirinya menukangi klub asal Azerbaijan, Gabala FC yang mana ia hanya bertahan selama semusim.
8 dari 10 halaman

Paul Gascoigne

Paul Gascoigne

Paul 'Gazza' Gascoigne merupakan salah satu pesepakbola paling berbakat yang terlahir dari tanah Inggris. Kemampuan individunya sangat cemerlang, andai bukan gara-gara kecanduan alkohol, Gazza kemungkinan besar akan jauh lebih populer dari saat ini. Buruknya lagi, masalah kecanduan alkohol tersebut tidak bisa lepas bahkan saat dirinya menjabat sebagai pelatih klub divisi 6 Inggris, Kettering Town. Karir manajerialnya hanya berlangsung selama 39 hari saja sebelum akhirnya dipecat karena Gazza tidak pernah bisa lepas dari minuman beralkohol, bahkan saat dirinya tengah bertugas.
9 dari 10 halaman

Roy Keane

Roy Keane

Sosok kontroversial asal Irlandia ini baru-baru ini kembali menghiasi headline media-media internasional setelah merilis buku yang didalamnya banyak mengkritisi mantan rekan dan lawannya di Premier League dulu. Meski meraih banyak trofi bersama Manchester United saat masih bermain dulu, karirnya sebagai manajer ternyata tidak berjalan mulus.

Di luar keberhasilan menjuarai Divisi Championship bersama Sunderland di musim 2006/07 karir manajerial Keane tidak terlalu mentereng. Kabarnya para pemainnya di Sunderland tidak menyukai gaya kepelatihan Keane yang sangat kasar. Bahkan disebutkan jika para pemain Sunderland sangat bersyukur saat Keane menyatakan mundur dari klub pada tahun 2008.

Pada April 2009 Keane diangkat menjadi manajer Ipswich Town. Awal musim Keane bersama klub barunya berjalan cukup buruk. Ipswich menjalani 14 laga perdana tanpa meraih satu kemenangan pun. Pada Januari tahun 2011 Keane dipecat oleh jajaran direksi klub. Saat ini ia tercatat sebagai asisten dari Paul Lambert di Aston Villa.
10 dari 10 halaman

Diego Maradona

Diego Maradona

Sosok yang dianggap oleh banyak orang sebagai pesepakbola terbaik sepanjang masa ini juga sangat tidak beruntung dengan karir kepelatihannya. Mengawali perjalanannya sebagai manajer dengan menukangi Mandiye de Corrientes (1994) dan Racing Club (1995), karir Maradona sangat jauh dari kata sukses. Pada bulan Mei 2011 Maradona didapuk menjadi manajer klub Liga UEA, Al Wasl. Karir El Diego di Al Wasl berjalan sangat singkat. Tepatnya pada 10 July 2012 Maradona resmi dipecat.

Namun karir manajerial Maradona yang paling terkenal adalah saat menukangi Timnas Argentina Pada babak klualifikasi menuju Piala Dunia 2010, Argentina harus tertatih-tatih dan lolos dengan susah payah. Puncaknya adalah kekalahan 4-0 atas Jerman di babak perempat final. Sesampainya di tanah kelahiran Argentina, bukannya mendapat sambutan, Maradona justru mendapati dirinya dipecat.