Opini: Kritikan untuk PSG, Sudah Rusak Transfer Kini Ingin Tampak Tak Bersalah

Opini: Kritikan untuk PSG, Sudah Rusak Transfer Kini Ingin Tampak Tak Bersalah
Neymar mengalami cedera dalam laga PSG vs Lyon, Senin (14/12/2020) (c) AP Photo

Bola.net - PSG jadi salah satu klub besar yang masih belum memberikan jawaban mereka untuk tawaran European Super League (ESL). Ada pula Bayern Munchen dan Borussia Dortmund yang masih menolak.

Di antara tiga klub besar ini, sikap PSG mungkin paling menyebalkan bagi klub-klub top lain. 12 klub penggagas Super League bisa jadi sangat kesal dengan penolakan PSG.

Pasalnya, PSG memegang peran besar dalam perubahan sepak bola Eropa. Sayangnya perubahan ini adalah perubahan buruk yang masih bertahan hingga kini.

Segalanya dimulai dari transfer Neymar beberapa tahun lalu. Dengan merekrut Neymar dari Barcelona, PSG sebenarnya telah merusak iklim sepak bola Eropa.

Agar kamu tidak ketinggalan informasi terbaru seputar Liga Champions, kamu bisa join di Channel WA Bola.net dengan KLIK DI SINI.

1 dari 3 halaman

Rusak harga dan gaji pemain

PSG mendatangkan Neymar dengan harga luar biasa mahal. Tahun 2017 lalu, Neymar menjadi pemain termahal di dunia dengan biaya transfer 222 juta euro.

Dengan kurs saat ini, kira-kira PSG mengeluarkan uang sebesar 3,9 triliun rupiah hanya untuk membeli satu pemain. Luar biasa, bukan?

Sejak saat itu, sepak bola memasuki era baru yang disebut era post-neymar. Harga pemain meroket tak keruan, klub-klub jadi kerepotan.

Pemain-pemain top juga berani mendesak klub, meminta kenaikan gaji. Ada banyak klub yang jadi korban, seperti kasus Arsenal dengan Mesut Ozil.

2 dari 3 halaman

Klub-klub lain kerepotan

Neymar mengalami cedera dalam laga PSG vs Lyon, Senin (14/12/2020) (c) AP PhotoNeymar mengalami cedera dalam laga PSG vs Lyon, Senin (14/12/2020) (c) AP Photo

Gara-gara transfer gila PSG tersebut, klub-klub top Eropa lainnya jadi ikut kesulitan. Berapa uang yang harus dikeluarkan Manchester United untuk membeli Harry Maguire?

Harga pemain jadi tidak masuk akal, padahal pendapatan klub terbatas. Lalu pandemi menghantam, laga tanpa penonton, dan klub semakin menderita.

Klub-klub top yang seharusnya punya kekuatan finansial besar seperti Barcelona, Real Madrid, bahkan Manchester United, merugi besar-besaran sejak pandemi.

Beban gaji mereka terlalu besar, padahal pendapatan macet karena tidak ada penjualan tiket.

3 dari 3 halaman

ESL jadi solusi

Karena itulah klub-klub top itu berusaha membentuk ESL. Bukan sekadar liga tandingan, tapi liga yang lebih sehat dan transparan.

ESL juga lebih menarik bagi para investor karena jaminan laporan keuangan sehat. Klub-klub mendapatkan uang, gaji pemain pun terbayarkan.

Nahasnya, PSG justru menolak tawaran awal masuk ESL. Padahal mereka memegang peran besar dalam kerusakan iklim sepak bola Eropa.

Nah, bagaimana menurut Anda Bolaneters? Tulis di kolom komentar ya!

*Catatan: Tulisan ini adalah opini pribadi penulis, tidak terkait dengan pandangan media