Franco Baresi, Ketika AC Milan Jadi Raja Eropa dengan 3 Trofi dari 5 Final dalam 7 Tahun

Franco Baresi, Ketika AC Milan Jadi Raja Eropa dengan 3 Trofi dari 5 Final dalam 7 Tahun
AC Milan musim 1993/1994 ketika meraih scudetto dan Liga Champions (c) AC Milan

Bola.net - Franco Baresi akan selalu dikenang sebagai salah satu bek terbaik dalam sejarah AC Milan dan Italia. Jumat (8/5/2020) ini, Baresi merayakan ulang tahunnya yang ke-60 dengan karier yang luar biasa untuk ditengok kembali.

Baresi pernah membentuk salah satu barisan bek paling tangguh dalam sepak bola Eropa bersama Mauro Tassotti, Alessandro Costacurta, dan Paolo Maldini. Selama itu, dia pun dikenal sebagai pemimpin yang bisa diandalkan.

20 tahun karier Baresi dihabiskan hanya di Milan, dengan 531 penampilan dan 16 gol. Dia membantu Milan meraih 6 trofi pada masa-masa itu, 5 di antaranya sebagai kapten.

Lalu, dalam rentang tujuh tahun, Baresi memimpin Milan mencapai lima final Eropa (European Cup/Liga Champions), tiga di antaranya berhasil jadi juara, dua sisanya jadi runner-up.

Kapan tepatnya Milan jadi Rajar Eropa di bawah Baresi? Mengutip Sportskeeda, Baca selengkapnya di bawah ini ya, Bolaneters!

Agar kamu tidak ketinggalan informasi terbaru seputar Liga Champions, kamu bisa join di Channel WA Bola.net dengan KLIK DI SINI.

1 dari 5 halaman

1989 ? MILAN 4-0 STEAUA BUCHAREST

20 tahun setelah trofi Eropa kedua mereka, Milan berhasil meraih trofi ketiga dengan mengalahkan Steatua Bucharest 4-0 di Camp Nou.

Saat itu Milan dipimpin Arrigo Sacchi, menyuguhkan permainan indah dengan bintang-bintang asal Belanda. Tembakan jarak dekat Ruud Gullit dan Marco van Basten membawa Milan unggul 2-0 di 30 menit pertama.

Lalu, keduanya masing-masing menambah satu gol lagi sebelum turun minum. Milan sudah unggul 4-0 di babak pertama dan tidak lagi terkejar.

Starting XI Milan (4-4-2): Giovani Galli; Tasotti, Baresi, Costacurta, Maldini; Colombo, Rijkaard, Ancelotti, Donadoni; Gullit, Van Basten.

2 dari 5 halaman

1990 ? MILAN 1-0 BENFICA

Pada edisi musim berikutnya, Milan harus berusah payah mengalahkan Benfica. Skor 1-0 menunjukkan betapa ketatnya pertandingan berlangsung, beruntung Sacchi bisa mengandalkan Rijkaard.

Gol Rijkaard di menit ke-68 jadi satu-satunya pembeda pertandingan ini. Benfica bermain baik, tapi pertahanan Milan terbukti sangat tangguh.

Baresi mampu memimpin rekan-rekannya di lini belakang untuk mengamankan clean sheet. Keberhasilan Milan mempertahankan trofi Eropa mereka dianggap luar biasa, bahkan bertahan puluhan tahun sampai Real Madrid meraih tiga trofi Liga Champions beruntun pada rentang 2016/2018 lalu.

Starting XI Milan (4-4-2): Galli; Tassotti, Baresi, Costacurta, Maldini; Colombo, Rijkaard, Ancelotti, Evani; Gullit, Van Basten.

3 dari 5 halaman

1993 ? MARSEILLE 1-0 MILAN

Milan gagal mencapai final poda dua edisi terakhir sejak mereka jadi juara, lalu kembali unjuk gigi pada edisi 1992/93, kali ini di bawah Fabio Capello.

Skuad Milan sebenarnya tidak banyak berubah, barisan bek mereka tetap sama kuatnya. Namun, pada akhirnya Rossoneri harus menyerah 0-1 dari Marseille di Olympistadion, Munchen.

Duel final kali ini bakal sulit diluapakn Rijkaard, dia membuat kesalahan yang berujung pada gol Marseille. Kegagalan Milan kali ini sebenarnya lebih layak diangagap sebagai ketidakberuntungan, mengingat mereka berhasil menjuarai Serie A musim itu dengan hanya dua kekalahan.

Sayangnya, Milan gagal unjuk gigi di final kompetisi klub paling bergengsi di Eropa, yang pada tahun itu mulai dikenal dengan sebutan Liga Champions.

Starting XI Milan (4-4-2): Rossi; Tassotti, Baresi, Costacurta, Maldini; Donadoni, Albertini, Rijkaard, Lentini; Van Basten, Massaro

4 dari 5 halaman

1994 ? MILAN 4-0 BARCELONA

Gagal di tahun sebelumnya tak lantas membuat Milan putus asa. mereka kembali mencapai final di tahun 1994 dan menjuarainya dengan kemenangan telak 4-0 atas Barcelona di Athena.

Milan masih ditangan Capello dan menghadapi tantangan besar menghadapi era emas Barcelona di bawah Johan Cruyff. Pertandingan ini jelas sulit, tapi taktik Capello jelas mengejutkan Barca.

Tanpa Baresi dan Coistacurta yang tidak bisa beratnding karena akumulasi, Milan memulai pertandingan dengan pandangan diremehkan. Namun, justru situasi sulit inilah yang membuat Milan bermain lebih baik.

Mereka unggul dua gol lewat brace Massaro di babak pertama, lalu Savicevic mencetak gol cepat di awal babak kedua untuk mengubah skor jadi 3-0. 10 menit berselang, Desailly menggenapkan kemenangan Milan jadi 4-0.

Staring XI Milan (4-4-2): Rossi; Tassotti, Galli, Maldini, Panucci; Boban, Albertini, Desailly, Donadoni; Savicevic, Massaro

5 dari 5 halaman

1995 ? AJAX 1-0 MILAN

Jauh sebelum Real Madrid mengejutkan dunia dengan menjuarai Liga Champions tiga musim beruntun, Milan nyaris melakukannya puluhan tahun silam. Capello membawa Milan mencapai tiga final beruntun (1993, 1994, 1995), meski akhirnya hanya bisa meraih satu trofi.

Memasuki tahun-tahun terakhirnya, Baresi masih jadi salah satu pemain paling penting dalam skuad Milan. Kualitasnya sebagai pemimpin tidak perlu diragukan.

Sayangnya, tim Ajax musim itu dikenal sebagai salah satu tim ajaib dengan pemain-pemain luar biasa. Pengalaman Milan tidak terlalu berguna, pada akhirnya mereka menyerah 0-1 usai super-sub Patrick Kluivert mencetak gol di menit ke-85.

Starting XI Milan (4-4-2): Rossi; Panucci, Costacurta, Baresi, Madini; Donadoni, Albertini, Desailly, Boban; Massaro, Simone

Sumber: Sportskeeda