5 Pelajaran dari Laga PSG vs Bayern Munchen: Hansi Flick, Pucuk Revolusi Die Bavarians

5 Pelajaran dari Laga PSG vs Bayern Munchen: Hansi Flick, Pucuk Revolusi Die Bavarians
Bayern Munchen dinobatkan sebagai juara Liga Champions 2019/20. (c) Bolanet

Bola.net - Bayern Munchen sukses menambah koleksi trofinya dari ajang Liga Champions menjadi enam buah. Yang terbaru sukses mereka dapatkan usai mengalahkan PSG pada hari Senin (22/8/2020).

Seperti yang diketahui, Die Bavarians bertemu dengan PSG dalam laga final Liga Champions di Estadio Da Luz, Portugal. Mereka meraih kemenangan dengan skor tipis 1-0 berkat gol tunggal Kingsley Coman.

Munchen, yang mampu menggilas Barcelona delapan gol, sempat mengalami kesulitan menembus pertahanan PSG yang cukup rapat. Bahkan gol satu-satunya itu baru tercipta pada babak kedua, tepatnya di menit ke-59.

Selain menyajikan duel yang sengit, laga final Liga Champions ini juga memiliki beberapa pelajaran penting yang patut diketahui Bolaneters sekalian. Yuk simak informasi selengkapnya di bawah ini.

Agar kamu tidak ketinggalan informasi terbaru seputar Liga Champions, kamu bisa join di Channel WA Bola.net dengan KLIK DI SINI.

1 dari 5 halaman

Bintang yang Melempem

Kedua tim dihiasi oleh sejumlah pemain bintang. Jadi bukan hal yang mengherankan kalau publik menggantungkan harapan tinggi. Mereka percaya pertandingan ini bakalan menghasilkan banyak gol.

Bayern Munchen memiliki sosok Robert Lewandowski yang dikelilingi pemain seperti Thomas Muller, Serge Gnabry serta Kingsley Coman. Sementara PSG punya trio Neymar, Kylian Mbappe dan Angel Di Maria. Sungguh materi yang menggiurkan!

Untuk meraih kemenangan, jelas masing-masing tim harus membatasi pergerakan pemain-pemain bintang tersebut agar kesulitan mencetak gol. Kedua tim ternyata bisa melakukannya dengan sangat baik.

Bahkan Lewandowski, yang mencetak 55 gol musim ini, tak bisa berbuat banyak. Gol Kingsley Coman pun berawal dari kelengahan Kehrer yang sudah dibuat kewalahan dengan tusukan bertubi-tubi darinya.

2 dari 5 halaman

Bayern Munchen Sang Penguasa Lini Tengah

Babak pertama tidak menghasilkan gol. Namun memang sepakbola tidak selalu bisa menjanjikan gol-gol yang ciamik. Ada kalanya kedua tim yang bertanding harus melakukan observasi dan mencoba memenangkan setiap lini.

Stallningskirg, atau yang biasa disebut 'position war', dilakukan oleh kedua tim. Mereka saling mengobservasi taktik dan memilih bersabar dalam melakukan serangan. Tapi, Munchen mampu memenangkan lini tengah serta penguasaan bola.

Bayern Munchen telah menanam pondasi kemenangannya dengan menguasai lini tengah, sehingga gol pertama bisa tercipta. Thiago Alcantara benar-benar memainkan peran pentingnya di pertandingan ini.

Sang maestro melepaskan 86 operan dengan keberhasilan mencapai lebih dari 80 persen. Ia juga menuntaskan tanggung jawabnya sebagai penyaring serangan PSG. Tanpa dia, Bayern Munchen mungkin akan menjadi tim yang bertekuk lutut di akhir pertandingan.

3 dari 5 halaman

Pertahanan Menjadi Kunci

Ada faktor lain yang membuat Die Bavarians bisa meraih kemenangan atas PSG. Yakni kemampuannya dalam mengawal pertahanan. Perlu disadari bahwa ada sebuah filosofi penting dalam sepakbola: Selama tidak kebobolan, tim tidak akan menelan kekalahan.

Manuel Neuer menunjukkan kelasnya di pertandingan ini. Kiper yang sudah berusia 34 tahun tersebut berhasil melakukan sejumlah penyelamatan gemilang hingga membuat barisan pertahanan PSG gigit jari.

Dinding yang harus dihadapi Neymar dkk begitu tinggi menjulang. Bahkan sebelum berhadapan dengan Neuer, Les Parisiens sudah dibuat pusing dengan permainan disiplin yang diterapkan oleh Joshua Kimmich dkk.

Ada satu momen di mana Bayern Munchen bisa menelan kekalahan, yakni kala Jerome Boateng harus keluar di menit ke-25. Namun harapan itu sirna lantaran Niklas Sule yang ditunjuk sebagai penggantinya juga mampu melaksanakan tugasnya dengan sangat baik.

4 dari 5 halaman

Bocah dari Paris yang Mengalahkan PSG

PSG memiliki segala alasan untuk merasa sakit hati. Tidak hanya gagal meraih trofi yang sudah diidam-idamkan sejak lama, kekalahan ini juga didapatkan karena gol dari Kingley Coman.

Masih segar diingatan publik bagaimana pemain berdarah Prancis tersebut meninggalkan PSG pada tahun 2014 untuk bergabung dengan Juventus. PSG pun nampaknya merasa baik-baik saja dengan kepergian salah satu talenta terbaiknya itu.

Tidak ada yang menyangka kalau Coman akan menjelma jadi salah satu pemain penting di laga final Liga Champions. Apalagi menjadi sosok yang membuat Neymar melangkah keluar dari lapangan dengan tangis di matanya.

5 dari 5 halaman

Hansi Flick, Pucuk dari Revolusi Munchen

Bayern Munchen melakukan bisnis di bursa transfer dengan cara yang gemilang. Perlu diketahui bahwa skuatnya yang sekarang hanya berharga setengah dari nilai transfer Neymar ke PSG pada tahun 2017 lalu.

Namun keberhasilan Munchen ini tidak bisa lepas dari racikan strategi Hansi Flick. Sulit untuk dibayangkan bahwa delapan dari 11 pemain yang diusung Munchen di laga kali ini juga bermain dalam pertandingan melawan Liverpool di bulan Maret 2019 lalu. Belum termasuk Joshua Kimmich dan Thomas Muller yang absen dalam laga tersebut.

Manajemen Munchen bahkan sempat ragu saat memberikan pos kepelatihan kepada Flick. Ya, pada akhir tahun lalu, ia hanya ditunjuk sebagai pelatih interim sampai manajemen menemukan pengganti Niko Kovac yang dipecat. Andai keraguan itu tetap dipelihara, mungkin Munchen takkan meraih kesuksesan ini sekarang.

(Bavarian Football Works)