Mengenang Lukas Podolski, Si Kidal yang Mematikan dari Cologne

Mengenang Lukas Podolski, Si Kidal yang Mematikan dari Cologne
Lukas Podolski (c) DFL

Bola.net - Bagi para penggemar sepakbola Eropa, nama Lukas Podolski bukanlah nama yang asing di telinga. Pada tahun 2014 silam, ia menjadi salah satu pemain yang menghantarkan Timnas Jerman memenangkan Piala Dunia 2014 di Brasil.

Striker yang kini berusia 34 tahun itu bisa dikatakan memiliki perjalanan karir yang mentereng. Tidak hanya pernah memenangkan Piala Dunia, Podolski juga pernah mencicipi bermain di beberapa klub kenamaan dunia, seperti Bayern Munchen.

Jika dibandingkan dengan kompariotnya seperti Thomas Muller, Miroslav Klose, Poldi memang tidak punya catatan statistik yang sementereng mereka. Namun Podolski punya tempat yang spesial di hati para penggemar sepakbola Eropa.

Salah satu yang dikenang dari Poldi adalah kaki kirinya yang mematikan. Berkat kontribusi kaki kirinya itu, Poldi berhasil mengumpulkan total lebih dari 200 gol sepanjang karirnya.

Nah kali ini kami akan mengajak Bolaneters untuk mengintip lebih dalam sosok Podolski dan bagaimana perjalanan karirnya. Skuy intip di bawah ini!

1 dari 4 halaman

Pangeran Poldi

Lukas Josef Podolski, penyerang kelahiran Gliwice, Polandia, adalah pemain sepak bola berkewarganegaraan Jerman yang sejak awal tahun ini bermain untuk klub Antalyaspor di Super Lig Turki, dan pada Maret 2017 lalu telah mengumumkan pengunduran dirinya dari tim nasional Jerman.

Dikenal melalui sepakan kaki kiri yang mematikan dan ditakuti semua penjaga gawang tim lawan, bakat Podolski pertama kali diketahui saat baru berusia 18 tahun ketika bergabung dengan klub sepak bola 1. FC Koeln.

Pada tahun 2003, klub tempat di mana "Pangeran Poldi" memulai lembaran awal karier sepak bola profesionalnya tersebut sedang berjuang mati-matian menghadapi ancaman degradasi dari divisi utama Bundesliga.

2 dari 4 halaman

Penuh Perjuangan

Manajer tim saat itu, Marcel Koller, dengan bekal anggaran yang sangat ketat mengajak Podolski untuk mengikuti sesi latihan dengan pemain senior. Selang beberapa waktu kemudian, Poldi mencatatkan debut seniornya pada 22 November 2003.

Die Geissboecke memang tidak berhasil menghindari penurunan kasta ke 2. Bundesliga, namun bagi Podolski sendiri, debut musimnya sebagai pesepak bola senior mempunyai arti tersendiri: Ia berhasil menunjukkan kelasnya sebagai pemain profesional yang mampu diandalkan dengan mencetak 10 gol dari total 19 penampilan, sekaligus mencetak rekor baru dalam sejarah Bundesliga.

Uniknya, meski namanya melambung seiring dengan prestasi dan menjadi rebutan berbagai klub papan atas, bahkan terpilih sebagai skuad inti tim nasional Jerman dalam gelaran EURO 2004, pemain dengan tinggi 180 sentimeter itu memutuskan tetap setia berjuang bersama Koeln dan membantu klub tersebut promosi pada kampanye berikutnya.

Dengan perolehan 24 gol, penyerang klinis tersebut dikenal sebagai pencetak gol terbaik dalam Liga Jerman dan membuat namanya awet bertahan dalam skuad nasional Jerman walaupun tidak bermain di level tertinggi ketika itu.

Setelah sukses membawa 1. FC Koeln kembali ke divisi utama Bundesliga, Poldi berhasil mencetak 12 gol sepanjang musim 2005/06, meski sumbangsih tersebut pada akhirnya terbukti tidak mampu mempertahankan klubnya dalam persaingan ketat antar-klub papan atas Jerman, dan menyeret mereka kembali ke 2. Bundesliga.

3 dari 4 halaman

Tantangan Baru

Memasuki musim 2007/08, Pangeran Poldi memutuskan untuk mencari tantangan baru dengan menembus masuk lini depan klub kawakan pemegang rekor terbanyak juara liga Jerman, Bayern Muenchen. Lagi-lagi, ketatnya persaingan di papan atas membawa Podolski merasakan pasang-surut prestasi di klub tempatnya bergabung sepanjang payung kontraknya berjalan.

Semusim kemudian, Podolski kembali ke klub yang membesarkan namanya sebelum akhirnya pada tahun 2012 memutuskan pindah merumput bersama klub Eropa lainnya, Arsenal. Tiga tahun dengan The Gunners, ia kemudian sempat dipinjamkan semusim ke Inter Milan, sebelum ditransfer secara permanen ke Galatasaray pada musim 2015/16.

Di Galatasaray, Poldi kembali menemukan performanya dengan berhasil menorehkan 20 gol dari 56 penampilan. Pada tahun 2017, untuk pertama kalinya Poldi merasakan atmosfer sepak bola Asia dengan bergabung bersama klub asal Jepang, Vissel Kobe. Dan setelah tiga tahun berpetualang di Negeri Sakura, Podolski kembali ke Turki untuk merumput bersama Antalyaspor hingga sekarang.

4 dari 4 halaman

Gaya Bermain

Podolski memiliki bidikan eksplosif dan akurat, yang mencapai kecepatan hampir 160 km/jam. Di tahun-tahun awalnya, Podolski memiliki sprint dengan kecepatan dan akselerasi mengagumkan yang lambat-laun dipengaruhi oleh beberapa cedera panjang.

Ia biasa bergerak dengan memotong ke dalam -atau biasa disebut cutting-inside- untuk menembak atau mengoper bola ke rekannya yang bebas. Podolski adalah pemain yang kuat secara fisik dan mampu menahan bola serta menghasilkan umpan-umpan kunci.

Podolski memiliki keterampilan dribbling dan teknis yang baik dan juga seorang pengumpan bola yang andal setelah terbukti mampu menciptakan banyak gol untuk rekan satu timnya dari sisi kiri. Seperti Cristiano Ronaldo atau Messi, ia juga seorang spesialis penalti, dengan hanya dua kali tembakan meleset dalam kariernya. Fantastis.

(Bundesliga)