Tontowi Ahmad Kenang Momen Berlaga Bareng Liliyana Natsir, Pelajari 'Kegalakannya'

Tontowi Ahmad Kenang Momen Berlaga Bareng Liliyana Natsir, Pelajari 'Kegalakannya'
Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (c) AFP

Bola.net - Eks pebulu tangkis ganda campuran Indonesia, Tontowi Ahmad, baru-baru ini mengenang pertemanan serta laga-laganya bersama Liliyana Natsir, dan mengaku bahwa ada banyak pelajaran yang ia petik dari 'kegalakan' sang tandem. Hal ini ia sampaikan dalam sesi 'Silaturahome' oleh Liputan6.com dan group KLY, Selasa (26/5/2020).

Sepekan lalu, Tontowi memang membuat heboh dunia bulu tangkis karena mengambil keputusan pensiun dalam usia 32 tahun. Peraih medali emas Olimpiade Rio 2016 ini pun mengaku mendapat dukungan dari Liliyana, atau yang akrab disapa Butet. 'Owi' mengaku bahwa Butet merupakan salah satu orang pertama yang tahu soal niatannya gantung raket ini.

"Ci Butet mendukung apa pun keputusan saya. Ci Butet memang memberi arahan dan masukan. Menurutnya, mungkin saya sudah cukup, apalagi jika melihat situasi dan kondisi yang ada sekarang. Jadi mungkin sekarang waktu yang tepat bagi saya pensiun. Target awal saya, sebelum Ci Butet pensiun, kan memang Olimpiade, dan ternyata Olimpiade dimundurin lagi. Jadi mungkin juga sudah susah mengejar Olimpiade," ujarnya.

1 dari 3 halaman

Kenangan Manis Bareng Liliyana Natsir

Kenangan Manis Bareng Liliyana Natsir

Liliyana Natsir/Tontowi Ahmad (c) Inasgoc/Antara

Owi pun mengenang perjuangannya dengan Butet selama bertandem demi meraih kesuksesan di bulu tangkis. Ia pun tak memungkiri, mereka memiliki banyak memori menyenangkan bersama, namun juga ada kalahnya mengalami cekcok.

"Saya dan Ci Butet ibaratnya seperti orang pacaran di lapangan. Jadi ada ngambeknya, ada senengnya, ada sedihnya. Kami pernah saling diam, seperti tahun 2015, sebelum Olimpiade. Tapi kami juga pernah 'romantis', menikmati permainan, seperti Kejuaraan Dunia 2017," ungkapnya.

"Memori lain yang berkesan dengan Ci Butet mungkin Kejuaraan Dunia 2013, karena selain itu Kejuaraan Dunia pertama saya, posisi kami waktu itu hampir kalah. Kami sudah sampai set ketiga, tertinggal 18-20, tapi ternyata kami bisa membalikkan keadaan. Itu momen yang tidak bisa dilupakan," lanjut Tontowi.

2 dari 3 halaman

Kisah 'Kegalakan' Liliyana Natsir

Tontowi pun menyebut Liliyana sebagai tandem yang 'galak', namun dalam artian positif. Menurutnya, tanpa 'kegalakan' Liliyana, ia tak bisa meraih banyak kesuksesan, termasuk medali emas Olimpiade 2016 dan hattrick Kejuaraan Dunia.

"Ci Butet itu galak, tapi galaknya positif. Saya ambil positifnya dari pelajaran dan ketegasan Ci Butet. Jika ingin jadi juara sejati, maka saya butuh konsistensi, dan itu didapat dari sikap tidak pernah puas. Misalnya, sekarang juara, besok tetap gak boleh latihan santai-santai. Kalau tidak, Ci Butet pasti marah-marah," ungkapnya.

Tontowi pun sekali lagi menyatakan bahwa sikap tak pernah puas pada prestasi adalah pelajaran penting yang ia terima dari Butet. "Banyak pelajaran yang bisa saya dapat dari Ci Butet, salah satunya dengan dari kegalakannya itu, saya jadi sadar bahwa jika ingin juara terus, saya tidak boleh cepat puas," lanjutnya.

"Jika ada adik-adik junior yang bertanya kepada saya, saya selalu menjawab sama, mindset mereka harus seperti Ci Butet, yang tak pernah mau kalah. Jika hari ini juara, besok tidak boleh lagi beranggapan saya masih juara. Dalam pertandingan, saya bukan 'mempertahankan' kemenangan, melainkan berusaha 'meraihnya'," pungkasnya.