Komisi X DPR RI Puas Kinerja PBSI dan PBBSI

Komisi X DPR RI Puas Kinerja PBSI dan PBBSI
Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir (c) AFP
- Komisi X DPR RI memuji kinerja pengurus Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesi (PBSI) dan Pengurus Besar Persatuan Angkat Besi (PBBSI) setelah atletnya mampu mempersembahkan medali emas dan medali perak. Pujian itu langsung dilontarkan Ketua Komisi X, Teuku Riefky Harsya.


Seperti diketahui, masyarakat Indonesia telah dibuat bangga setelah lagu Indonesia Raya berkumandang di perhelatan Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Itu seiring dengan kesuksesan pasangan ganda campuran bulu tangkis Indonesia, Tantowi Ahmad/Liliyana Natsir meraih medali emas usai mengalahkan pasangan Malaysia, Peng Soon Chan/Liu Ying Goh dua set langsung, 21-14, 21-12.


"Tantowi dan Liliyana telah mempersembahkan kado terindah kepada rakyat Indonesia yang sedang merayakan hari kemerdekaannya yang ke 71 tahun. Komisi X mengucapkan syukur, selamat dan terima kasih kepada Tantowi dan Liliyana yang telah berhasil melanjutkan kembali torehan tinta emas bagi olahraga Indonesia sekaligus mengharumkan nama bangsa kita di mata dunia," ujar Teuku dalam rilis yang diterima Bola.net, Kamis (18/8).


Perolehan medali emas tersebut juga telah melengkapi pencapaian dua medali perak yang terlebih dahulu diraih atlet dari cabang olahraga (cabor) Angkat Besi, yakni Eko yuli Irawan yang turun di kelas 62 kg dan Sri Wahyuni di kelas 48 kg.


"Khusus kepada Eko dan Sri yang beberapa hari sebelumnya telah sukses merebut 2 medali perak, Komisi X salut atas perjuangan mereka menjaga tradisi medali angkat besi kita di Olimpiade," ungkap pria asal Jakarta ini.


Menurut Teuku, keberhasilan tersebut tak terlepas dari para pengurus cabor masing-masing. Untuk itu, pria 44 tahun ini meminta kepada pengurus cabor olahraga lainnya untuk mencontoh PBSI dan PABBSI.


"Kekompakan dan Profesionalitas para pengurus serta pelatih PBSI dan PABBSI terbukti menjadi kunci keberhasilan prestasi tersebut. Hal ini patut dicontoh oleh para pengurus cabor lainnya terutama yang sering mempertontonkan konflik internal pengurus maupun permasalahan akuntabilitas yang kemudian menjadi penyebab terhambatnya kualitas dan kontinuitas pembinaan atlet," pungkasnya. (fit/dzi)