Termasuk Maldini dan Ferdinand, Deretan Pesohor Bola yang Pindah Cabang Olahraga

Termasuk Maldini dan Ferdinand, Deretan Pesohor Bola yang Pindah Cabang Olahraga
Mantan kapten AC Milan, Paolo Maldini (c) AFP

Bola.net - Masa pensiun kerap kali menyulitkan bagi para pesepak bola profesional, yang terbiasa berada dalam kompetisi tinggi. Namun, di sisi lain, kondisi fisik yang tak lagi mumpuni membuat mereka kesulitan bertahan di lapangan hijau.

Dalam kondisi demikian, pindah cabang olahraga lah yang menjadi solusinya. Dengan pindah cabang olahraga, mereka bisa tetap menyalurkan jiwa kompetitif, tentunya dengan tuntutan fisik yang lebih rendah intensitasnya.

Selain itu, menjajal cabang olahraga lain bisa jadi merupakan bentuk mengejar mimpi. Banyak pesepak bola yang ternyata memiliki passion tak sekadar berkaitan dengan sepak bola.

Siapa saja para pesepak bola yang banting setir ke cabang olahraga lain? Simak artikel selengkapya di bawah ini.

1 dari 8 halaman

Petr Cech

View this post on Instagram

A post shared by Petr Cech (@petrcech) on

Cech tak sepenuhnya meninggalkan dunia sepak bola ketika ia pensiun. Ia diangkat sebagai penasihat teknik Chelsea, klub yang ia bela selama 11 tahun.

Namun, Cech tetap rindu nuansa kompetitif yang biasa ia rasakan. Karenanya, pria asal Republik Ceko ini memilih untuk bergabung dengan Guildford Phoenix, sebuah klub hoki semi profesional. Di klub yang bermain di NIHL 2 South West Division tersebut, Cech berposisi sebagai penjaga gawang.

"Merupakan sebuah pengalaman menakjubkan bagi saya bisa bermain di olahraga yang biasa saya tonton dan mainkan sejak kecil," kata Cech, seperti dilansir dari CNN.

"Saya beruntung bisa bergabung dengan Phoenix dan mendapat pengalaman bermain. Saya harap, saya bisa membatu tim ini meraih target mereka dan memenangi sebanyak mungkin pertandingan," ia menambahkan.

2 dari 8 halaman

Paolo Maldini

View this post on Instagram

A post shared by Paolo Maldini (@paolomaldini) on

Siapa tak kenal Paolo Maldini? Legenda AC Milan ini dikenal sebagai salah seorang pemain belakang terbaik pada zamannya bermain. Namun, siapa sangka, pria berusia 52 tahun tersebut juga merupakan pencinta tenis.

Pada 2017, sewindu setelah pensiun, ia mengikuti turnamen tenis profesional, the Aspria Tennis Cup, di Milan. Pada ajang tersebut, ia berpasangan dengan pelatihnya, Stefano Landonio.

Pada ajang tersebut, Maldini dan rekannya harus kalah hanya dalam waktu 42 menit.

Seperti dilansir Tennis365, Maldini mengaku kesulitan pada laga profesional pertamanya tersebut. "Ini seperti menulis puisi setelah bertahun-tahun belajar matematika," tuturnya.

Maldini sendiri tak perlu terlalu bersedih hati dengan kegagalan debutnya tersebut. Pasalnya, ia dinilai memiliki bakat dalam cabang olahraga tersebut.

"Paolo memiliki kemampuan service yang bagus. Selain itu, ia juga memiliki penempatan bola yang lumayan," puji Landonio.

"Memang, secara teknis, masih banyak yang harus ia benahi. Namun, ini karena ia baru saja bermain tenis. Jika ia mulai berlatih sejak dulu, siapa yang tahu sehebat apa ia sekarang?" sambung pria yang pernah menempati ranking 975 tenis dunia tersebut.

3 dari 8 halaman

Gabriel Batistuta

View this post on Instagram

A post shared by Gabriel Omar Batistuta (@gabrielbatistutaok) on

Pahlawan sepak bola asal Argentina tersebut, sempat membuat pernyataan kontroversial. Ia mengaku tak terlalu suka sepak bola. Olah si kulit bundar itu hanya pekerjaan baginya.

Karenanya, setelah resmi pensiun dari sepak bola, Batistuta tak lagi berkecimpung di lapangan hijau. Pria berusia 51 tersebut lebih memilih bermain polo dan golf.

Seperti dilansir dari Planet Football, Batistuta bergabung dengan klub polo, Loro Piana. Pada debutnya, ia mencetak dua gol.

Namun, hal ini tak membuatnya puas. Menurut pria yang karib disapa Batigol tersebut, ia masih harus banyak belajar lagi agar bisa lebih baik. Kurang dari setahun kemudian, pria yang sempat memperkuat Fiorentina, AS Roma, dan Inter Milan tersebut sukses membantu timnya meraih tropi Stella Artois.

4 dari 8 halaman

Bixente Lizarazu

View this post on Instagram

A post shared by Lizarazu Bixente (@bixentelizarazu) on

Sebagai pemain, Lizarazu adalah salah seorang pemain dengan gelar terbanyak. Di level klub, pemain asal Prancis tersebut sempat beberapa kali membawa timnya menjuarai liga. Sementara, di level timnas, pria yang kini berusia 50 tahun tersebut, juga sukses membawa Les Bleus meraih gelar juara Piala Dunia dan Piala Eropa.

Namun, semua hal tersebut tak membuatnya puas. Usai gantung sepatu, ia mencari tantangan baru.

Brazilian Jiu Jitsu lah yang menjadi pilihan Lizarazu. Dua tahun setelah pensiun, pada 2006, ia langsung memilih cabang olahraga bela diri tersebut. Ia menjadi murid Yannick Beven, pemegang sabuk hitam BJJ.

Setahun berselang, seperti dilansir dari Vice, Lizarazu mengikuti kejuaraan European Brazilian Jiu Jitsu Open, yang digelar di Lisbon. Waktu itu, ia sukses meraih gelar juara di kategori sabuk biru kelas ringan. Setahun berselang, ia naik kelas, berkompetisi di kategori sabuk ungu. Kali ini, ia meraih gelar juara ketiga.

5 dari 8 halaman

Jerzy Dudek

View this post on Instagram

A post shared by Jerzy Dudek Official (@jerzydudek_official) on

Selama karirnya di lapangan hijau, Dudek memang tak terlalu akrab dengan kecepatan. Maklum saja, posisinya adalah penjaga gawang.

Namun, setelah pensiun pada 2011 silam, eks penggawa Liverpool dan Real Madrid ini kembali ke cinta sejatinya, dunia balap mobil. Pria, yang saat ini berusia 47 tahun tersebut, mengikuti sejumlah seri balapan mobil. Salah satunya adalah Volkswagen Castrol Cup, sebuah kejuaraan balapan yang dihelat di sejumlah sirkuit Eropa Timur.

"Balapan mobil adalah hasrat saya sebelum bermain sepak bola. Saya sempat menjadi pembalap gokar. Namun, saya berhenti balapan ketika menjadi pesepak bola profesional," kata Dudek, seperti dilansir laman resmi Liverpool.

"Setelah pensiun, saya rindu adrenalin, yang biasanya muncul dalam pertandingan. Kita semua perlu hasrat dalam kehidupan. Inilah yang membuat kita terus berjalan. Balapan mobil memberi saya banyak kesenangan. Saya sangat mencintainya," ia menandaskan.

Selain Dudek, ada beberapa pesohor bola yang juga memilih menjadi pembalap. Mereka adalah Fabien Barthez, Santiago Canizares, dan Andres Villas-Boas. Kisah mereka sebelumnya sudah sempat ditulis Bola.net.

6 dari 8 halaman

Joe Hart

View this post on Instagram

A post shared by Joe Hart (@joehartofficial) on

Selain piawai menjaga gawangnya dari serbuan pemain lawan, Joe Hart juga memiliki kemampuan lain. Eks kiper Manchester City ini juga dikenal piawai bermain cricket.

Pada 2018, Hart tak masuk ke skuad Piala Dunia Timnas Inggris. Ia kemudian mudik ke Shrewsbury dan memperkuat tim cricket kampung halamannya tersebut.

Bagi Hart, Cricket sendiri bukan merupakan hal baru. Sebelum ia memutuskan menjadi pesepak bola profesional, pria berusia 33 tahun tersebut sempat bergabung dengan tim remaja Worchestershire, satu tim dengan mantan pemain Timnas Inggris, Steven Davies.

Sementara itu, Hart bukan satu-satunya pesepak bola yang banting setir ke Cricket. Hal ini juga dilakukan senior Hart di Timnas Inggris, Nigel Martyn. Setelah gantung sarung tangan kipernya, eks pemain Leeds United ini pun memilih bermain cricket.

7 dari 8 halaman

Tim Wiese

Mari lupakan perdebatan apakah laga-laga pada ajang WWE sudah diskenario atau tidak. Yang pasti, menjadi pegulat pada ajang WWE adalah pilihan karier Tim Wiese usai memutuskan pensiun sebagai pesepak bola.

Selama menjadi pesepak bola profesional, Wiese sukses meraih sejumlah penghargaan bersama timnya. Ia pun juga sempat terpilih memperkuat Timnas Jermam pada Piala Dunia 2010 dan Piala Eropa 2012.

Setelah gantung sarung tangan kiper, Wiese tampil di WWE. Ia mendapat nama julukan The Machine.

"Saya tak menganggap bahwa gulat merupakan sebuah pelarian. Ini merupakan cara alternatif menjadi gendut dan duduk di sofa," tuturnya.

8 dari 8 halaman

Rio Ferdinand

View this post on Instagram

A post shared by Rio Ferdinand (@rioferdy5) on

Sebuah pernyataan mengejuatkan diungkapkan Rio Ferdinand pada September 2017 lalu. Salah seorang pesepak bola Inggris paling sukses ini mengumumkan bahwa ia ingin meretas karir anyar di bidang olahraga, menjadi petinju profesional.

"Tinju adalah olahraga yang menakjubkan bagi jiwa dan raga. Saya selalu memiliki hasrat pada olahraga ini. Ini adalah tantangan dan kesempatan yang sempurna pada publik untuk menunjukkan apa yang mungkin dilakukan," tutur Rio.

"Ini adalah tantangan yang tak akan saya anggap enteng. Jelas tak semua orang bisa menjadi petinju profesional," sambungnya.

Rio tak main-main dengan ucapannya. Di bawah arahan mantan juara kelas menengah WBC, Richie Woodhall, ia berlatih empat kali dalam sepekan. Ia berlatih di English Institute of Sport, markas tim tinju Inggris.

Namun, asanya menjadi petinju profesional harus kandas. Pasalnya, ia tak mendapat lisensi dari British Boxing Board of Control, otoritas tinju profesional Inggris.

Rio sendiri mengaku kecewa dengan keputusan ini. Namun, mantan kapten Manchester United tersebut memastikan tak akan berhenti begitu saja dari dunia tinju.

(Bola.net/Dendy Gandakusumah)