Tanpa Pertandingan, Penjualan Atribut Arema Turun 70 Persen

Tanpa Pertandingan, Penjualan Atribut Arema Turun 70 Persen
(c) Darmadi Sasongko
Bola.net - Kerugian mulai dirasakan oleh para pebisnis jersey dan aneka aksesoris sepakbola Arema di Malang, Jawa Timur menyusul tidak adanya jadwal pertandingan. Sudah sekitar dua bulan terakhir, tepatnya setelah kompetisi dihentikan, penjualan atribut Arema mengalami penurunan secara drastis.

Toko City of Arema yang berlokasi di Jalan Trunojoyo kota Malang mengaku mengalami penurunan produksi dan penjualan antara 50 persen sampai 70 persen per bulan.

"Sejak 2 bulan terakhir sudah terasa penurunannya, antara 50 persen sampai 70 persen. Penyebabnya ya karena Arema tidak main," kata Mifta Nur Ifayati, manajer City of Arema di tokonya, Senin (01/6).

"Ya rugi Arema tidak main, produksi tidak bisa banyak-banyak. Takut juga kalau lama-lama bisa gulung tikar," tambahnya.

City of Arema memiliki dua toko, yang masing-masing menjual aneka aksesoris tim Arema. Satu toko berada di Jalan Trunojoyo dan satu lagi di Jalan Galunggung kota Malang. Selama ini, mereka memproduksi dan menjual jersey, boneka, topi, kaos supporter, syal dan lain-lain.

Mifta mencontohkan, produksi kaos suporter mengalami penurunan dari kondisi normal sebanyak 50 potong sehari menjadi 20 sampai 30 potong per hari. Bahkan, produksinya beberapa jenis juga harus dihentikan karena stok yang masih banyak.

Aksesoris Arema terkecil yang dijual dalam bentuk gantungan kunci dibanderol harga Rp 5 ribu. Sementara item termahal jenis jersey dan kaos suporter seharga Rp 150 Ribu.

"Omzetnya kalau saat ada pertandingan atau kondisi normal sampai Rp 5 juta per hari. Sekarang mungkin sekitar Rp 1,5 Juta sampai Rp 1,8 Juta per hari. Sehari ini saja yang laku belum ada 10 potong," katanya.

Saat pertandingan Arema digelar, biasanya banyak penjual tiket nongkrong di depan tokonya. Tidak sedikit juga para suporter nonton bareng di depan toko yang tersedia beberapa unit televisi 32 Inchi. Namun, sekarang pemandangan itu sudah tidak terlihat lagi.

Konflik antara Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) dengan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) berbuntut pembatalan seluruh kompetisi. Akibatnya, tidak ada jadwal pertandingan.

Federasi sepakbola dunia, FIFA, akhirnya juga menjatuhkan sanksi, yang membuat Indonesia dilarang mengikuti segala bentuk pertandingan internasional. Pemerintah dianggap melakukan intervensi pada dunia sepakbola Tanah Air. (dar/gia)